Mata Layla terbelalak kaget pada saat Alekis mengucapkan kata-kata itu.
"Matteo-lah yang membawanya ke dalam kehidupan ini," Alekis memulai, suaranya terdengar menyesal. "Dan saya yakin Lucius telah memberimu banyak alasan untuk membenarkan tindakannya. Tapi di lubuk hati, saya tahu dia menggunakan ini sebagai saluran untuk amarahnya. Amarah pada saya karena telah mengabaikannya saat masih kecil, sementara ibunya tenggelam dalam dunianya sendiri. Ketika saya menyadari kesalahan saya, sudah terlambat untuk memperbaiki kerusakan itu." Bahunya terkulai, dan dia menghela napas panjang sebelum mengangkat cangkir tehnya sekali lagi untuk menikmati minumannya, suara gentar porselen memecah kesunyian.
"Bagaimana saya seharusnya melakukannya, Ayah?" tanya Layla ragu-ragu, jarinya gelisah bermain dengan ujung lengan bajunya. "Dan... apakah itu mungkin? Mengapa tiba-tiba Anda ingin dia meninggalkan mafia? Dia sudah terlibat di dalamnya begitu lama."
