Chereads / Pesona Paman Seno / Chapter 1 - PPS | Prolog

Pesona Paman Seno

Karl_Valerie
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 267
    Views
Synopsis

Chapter 1 - PPS | Prolog

Rindu tersenyum sinis saat melihat seorang wanita paruh baya yang tampak tersenyum bahagia saat mendapatkan sebuah kalung emas dari pria paruh baya yang ada di depannya.

Dadanya bergemuruh dengan mulutnya yang terkatup rapat untuk meredam amarah yang ada di dalam dirinya. Ketika melihat orang yang telah menjadi penyebab kedua orang tuanya meninggal tampak berbahagia saat ini.

"Terimakasih ya, Mas. Aku suka sekali dengan hadiah ini." kata wanita itu.

Sang pria yang melihat istrinya tampak senang tentu saja merasa bahagia.

"Sama-sama, Hanum. Saya ikut senang karena kamu menyukai kalung pemberian saya." balasnya sembari mengelus pipi tirus wanita itu.

Hanum tersenyum malu-malu ketika mendapat perlakuan manis itu dari suaminya. Tak menyadari jika sedari tadi seseorang tengah menatapnya dengan pandangan tajam penuh dendam. Siapa lagi jika bukan Rindu, keponakannya sendiri.

Gadis cantik bernama lengkap Rindu Sarasvati Budiman itu begitu membenci bibinya sendiri. Kebencian itu tidak datang bukan tanpa alasan. Awalnya Rindu tidak memiliki masalah apapun dengan bibinya, Hanum. Mereka justru sangat akrab karena sejak kecil wanita itulah yang ikut mengasuhnya.

Namun semua itu berubah dalam sekejap ketika Rindu mengetahui jika Hanum adalah dalang dibalik kematian tragis kedua orang tuanya. Wanita itu tega melenyapkan keduanya demi menguasai harta yang dimiliki oleh Ayah Rindu. Hanum melakukan perbuatan keji itu dengan dibantu oleh orang suruhannya. Dia menyabotase mobil yang sering dikendarai Ayah Rindu dan membuat seolah-olah kematian mereka adalah murni karena kecelakaan.

Tangan Rindu menggenggam erat sendok besi yang ada di tangannya dengan gigi bergemelutuk. Ketika mengingat pembicaraannya bersama sahabat ayahnya, Om Danu. Dan berkat pria itulah usaha yang dibangun oleh ayahnya selama ini terselamatkan dari ancaman rubah sejenis Hanum.

Semasa hidupnya, Ayah Hanum yang bernama Heru Budiman adalah pemilik pabrik gula generasi ke-lima. Karena dia merupakan anak laki-laki satu-satunya di keluarga Budiman, maka sang ayah memberikan kepercayaan penuh pada Heru untuk mengelola pabriknya.

Namun siapa sangka jika keputusan itu membuat anak keduanya, Hanum merasa iri. Wanita itu merasa ayahnya terlalu memprioritaskan Heru daripada anak-anaknya yang lain. Sehingga sejak saat itu Hanum mulai menyimpan dendam pada Heru. Dan merencanakan untuk melenyapkan kakaknya sendiri.

Setelah kematian Heru dan istrinya, pabrik gula yang sudah berdiri sejak 50 tahun silam itu akhirnya jatuh di tangan Rindu yang merupakan generasi ke-enam. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena jauh sebelum Heru meninggal, pria itu telah memberikan seluruh warisannya pada putri tunggalnya itu. Dan semua akan diberikan ketika Rindu sudah menginjak usia 21 tahun.

"Bagaimana, Rin? Bibi cocok tidak pakai kalung ini?" tanya Hanum sedikit pamer dengan senyum sumringah. Membuat Rindu seketika sadar dari lamunannya.

"Eh-Iya, Bik. Bibi cocok sekali pakai kalung itu. Paman Seno ternyata pintar juga ya pilih kalung buat Bibi Hanum." jawab Rindu sedikit terbata. Senyum kecil tersemat di bibir ranumnya yang terpoles lip balm. Senyum yang menyiratkan sebuah makna lain dari ucapannya barusan.

Mendengar pujian dari sang keponakan, tak pelak membuat Hanum merasa semakin senang. Sepanjang acara makan malam mereka, wanita itu tak henti merekahkan senyumnya. Yang membuat Rindu merasa sangat muak melihatnya.

"Senyumlah sepuasnya, Bibi. Sebelum senyum menyebalkanmu itu berubah menjadi tangisan darah karena Rindu akan membuat hidup Bibi berantakan." desis Rindu dalam hati sembari menatap kemesraan dua pasangan lanjut usia di depannya ini dengan sinis.

***