Pukulan lurus bersiul melintasi udara, mendarat tepat saat Petarung Satu telah kelelahan dari tenaga awalnya dan sebelum tenaga berikutnya bisa digunakan. Petarung Satu, yang terkejut, mencoba memutar tubuhnya untuk menghindar, hanya untuk menyadari sudah terlambat. Dengan gigi terkatup, ia mempersiapkan diri untuk menahan pukulan itu.
Namun, target serangan Petarung Dua jelas tidak semudah itu. Tepat saat pukulannya hendak mengenai dada Petarung Satu, tubuh Petarung Dua dengan cekatan berkedip, dan dia sudah berada di sisi Petarung Satu.
Ah!
Petarung Satu jelas tidak mengantisipasi ini, dan dalam kejutannya, dia mencoba menghindar, tetapi sudah terlambat.
Whoosh!
Tepisan tangan Petarung Dua meluncur bagaikan angin, dan sabetan ganas mendarat di arteri karotis lawannya. Petarung Satu langsung lemas, roboh seperti ular yang dipukul di bagian vitalnya.
"Satu, dua, tiga…"
Melihat Petarung Satu jatuh ke lantai, wasit cepat berlari mendekat dan mulai menghitung.