Beberapa waktu berlalu
Seorang pria yang tertidur di depan api unggun membuka matanya dan menatap kosong ke api yang sedang membara.
Memalingkan wajahnya ke kiri dan melihat sebuah belati yang tertancap di pohon pinus dengan tas kulit yang tergantung di sana.
Belati itu memiliki bilah putih dan sepertinya terbuat dari tulang suatu makhluk, panjangnya sekitar 30 cm dengan ukiran nama "Vindicator" dalam bahasa kuno.
"Belati itu..., aaahhh..., kepalaku" Pria itu menepuk pelipisnya dan mencubitnya.
Apa ini...?, siapa aku?, dan ada apa ingatanku ini siapa Ashen Rosselvelt ini..., tidak..., sebenarnya siapa Luki Constantine ini?, seakan kedua ingatan ini berbenturan dan saling bertarung memperebutkan siapa sebenarnya pemilik tubuh itu. Pikir pria itu sambil mencoba berdiri dan mendekati belati yang tertancap di pohon.
"Dan dimana ini, shh..., hahh...., suara ini..?, tubuh ini..?, ini .. seakan aku sudah menjadi orang lain saja, tidak... Aku adalah aku, " kata pria itu sambil berjalan mendekati belati putih di depannya.
Meraih belati yang tertancap itu pria bermantel panjang berwarna coklat itu menurunkan tas kulit yang tergantung di belati itu, menarik belatinya dari pohon, dan terduduk di tanah.
"Tidak, mungkin aku memang sudah menjadi keduanya, aku adalah Luki Constantine dan juga Ashen Rosselvelt..,hahaha.... hahaha..., hahahaha...., hahahhaahh"
Dia tertawa seperti orang gila mengangkat belatinya ke atas kepala.
Jleb...
Pria itu menusukan belati itu ke paha kaki kirinya, darah segar mengalir keluar membasahi bilah belati dan celana hitam panjangnya.
Dia terus tertawa hingga suaranya menggema di antara pepohonan, setelah beberapa saat dia berhenti tertawa secara tiba tiba dia terdiam sorot matanya di penuhi oleh keputusasaan seolah pasrah dengan keadaannya, tiba tiba dia terkekeh dan berjalan mendekati api unggun dengan kaki pincang, dan cairan merah menetes dan celana hitam panjangnya.
Thud...
Dia duduk kembali di dekat api unggun dan memadamkan lentera yang tergeletak di dekat api unggun, setelah itu dia berbicara sendiri di kegelapan hutan berkabut sambil di temani cahaya redup kekuningan lentera.
"Baiklah.., mari kita urutkan kejadian ini".
"Pertama aku adaah Luki Constantine seorang detektif, sebelumnya aku mendengar suara suara aneh yang mencoba meledakan kepalaku, dan waktu itu aku sedang sekarat dan tak sadarkan diri, tapi tiba tiba aku terbangun di sini".
Klak....suara bara api menggeltuk, pria bermantel coklat panjang itu mengambil beberapa jamur yang ada di dalam tas kulit dan membakarnya sembari dia memasang ekspresi senyuman sambil mengeluarkan sebuah buku catatan dari dalam tas kulit dan meletakkannya di atas tanah.
Apa itu kekuatan supernatural?, apa kekuatan seperti itu memang benar benar nyata dan jika seperti itu apa aku menyinggung suatu makhluk seperti makhluk aneh atau hantu dan setelah aku menjawab dengan bahasa aneh itu dia berhenti, tetapi aku malah meninggal dan karena rasa bersalah dia melemparkan ku ke sini, jadi apakah aku memang sudah mati?. Pikirnya sambi mengambil sepotong kain dari tas kulitnya dan mengikat pahanya yang terluka dan melanjutkan berbicara seorang diri.
"Kalau tidak salah ingat suara itu berbunyi Sersh servsh atau Severdius..., itu terdengar seperti bahasa Eldritch, kalau tidak salah artinya buku, pengetahuan, keabadian, atau takdir, apa ada makhluk mistis yang sangat kuat yang dapat pergi ke bumi dan aku tidak sengaja menyinggungnya" kata pria itu sambil memutar mutar jamur yang dia bakar.
"Selain itu suara itu sepertinya mengatakan hal lain seperti Arshen dan Archivis, untuk Arshen apa yang dia maksud adalah Aku?, lalu apa maksud dari Archivis?, dan sepertinya dia mengatakan kata ketiga sesuatu seperti, World tapi itu dalam bahasa inggris bukan Eldrich"
"Baiklah, mari pikirkan itu nanti saja sekarang masalah yang paling penting.., siapa aku?, hap..." Pria itu menyantap jamur yang sudah dia bakar dengan senyuman yang tergambar di wajahnya.
"Hmm..., rasanya sedikit gurih dan lembut seperti jamur yang ada di bumi dan ada sedikit rasa asin dan umami di dalamnya, secara fisik kita berdua sudah menyatu menjadi kesatuan tidak peduli siapa kita kita sekarang telah menyatu, karena ini tubuhmu mari gunakan namamu" kata Arshen sambil mengunyah jamur yang telah dia bakar dan mulai membakar jamur yang lainnya.
"Baiklah sekarang giliran tuan rumah kita ini, aku awalnya adalah seorang pesulap jalanan yang hidup sebatang kara demi bisa hidup, hmm.., yahh, hidupnya kurang lebih mirip mirip denganku, hingga suatu hari dia sampai di suatu bar bernama Elderwood dan bertemu dengan pria paruh baya bernama Mr. Broughstone yang seorang Commoner, itu adalah nama untuk orang orang yang terlibat dan dapat menggunakan kekuatan mistis, darinya Arshen akhirnya terlibat dan resmi menjadi Commoner, untuk menjadi Commoner seseorang hanya harus menyadari dan menyaksikan langsung hal hal mistis". Kata Arshen sambil menyantap jamur lainnya yang sudah dia bakar.
Arshen menatap buku di sampingnya yang tergeletak di atas tanah, lalu dia mengambilnya dan membolak balik halaman secara singkat untuk menemukan beberapa halaman telah robek dan beberapa seperti hangus terbakar.
Arshen menambahkan beberapa ranting kayu yang dia temukan di dekatnya lalu membaca buku itu yang menggunakan tulisan dan bahasa Serapian dari kerajaan Seraphia tempat Arshen tinggal..
"12 Juni 1501, Hari ini aku ke Fran untuk mengadakan pertunjukan sulap bersama rekan sirkusku, walau uang yang aku hasilkan tak seberapa tapi aku bertemu dengan Mr. Broughstone yang mengajarkanku tentang Commoner, ini lebih berharga dari apapun"
"Ini membuatku melihat dunia lebih luas lagi, Mr. Broughstone adalah seorang Commoner, seseorang yang terlibat di dunia mistis, dan karena aku sudah mengetahui beberapa hal darinya bisa di bilang aku juga seorang yang berada di Pathway 9 Commoner"
"25 Juni 1501, hari ini aku kembali ke Fran untuk bertemu Mr. Broughstone, dan itu hal bagus karena untuk pertama kalinya aku melihat sihir, itu seperti api dan petir yang muncul dari ketiadaan, Mr. Broughstone mengatakan kalau aku bisa melakukannya juga jika naik ke Pathway 8 dan merasakan energi mistis"
"Tapi setelah aku bertanya bagaimana cara menjadi Sorcerer seperti Mr. Broughstone, Mr. Broughstone hanya terdiam dan berkata bahwa aku tidak bisa terlibat lebih jauh lagi, dunia para Commoner itu kejam, penuh keanehan, dan kegilaan"
"jika aku benar benar ingin menjadi Commoner, aku benar benar harus memikirkannya dengan matang, aku tidak boleh tertarik hanya dengan melihat kehebatan kekuatan yang di dapat dan menghiraukan dampak negatifnya".
Penuh kegilaan dan keanehan, haha apa penyatuanku dengan Luki Constantine yang berasal dari bumi pasti salah satunya Pikir Arshen dengan sedikit tertawa.
"4 Juli 1501, aku kembali ke Fran sekali lagi tapi aku tak bisa menemukan Mr. Broughstone dimanapun, mungkin dia tidak ingin membuatku terlibat lebih jauh dengan dunia mistis dan meninggalkanku"
"Aku bertemu dengan..."
Sebuah coretan menutupi baris selanjutnya dari tulisan itu.
Hmm apa ini kenapa di coret?
Pikir Arshen sambil mencoba mengingat ingat.
"Hmpp.., aku benar benar tidak bisa mengingatnya, apa ini bentuk penolakan alami atau ingatanku tentang orang ini telah di hapus oleh sesuatu" Arshen berfikir keras mencoba mengingat ingat, tetapi tak membuahkan hasil.
"Hap..." Arshen melahap jamur yang sudah matang dan melanjutkan membaca paragraf terakhir dalam buku itu.
"15 Juli 1501, aku tidak bertemu Mr. Broughstone lagi tapi aku bertemu dengan dia, dia masih memakai pakaian aneh dengan kacamata bundar dan terlihat cantik di bawah sinar matahari".
Cantik..?, itu berarti dia seorang wanita, dan di bawah matahari berarti dia bertemu saat siang hari. Pikir Arshen sambil mengunyah jamur bakarnya, dan melirik ke baris kata terakhir dalam buku itu.
"Dia mengawasiku"
Tulisan itu berakhir di sana halaman halaman berikutnya kosong dan tidak ada apa apa.
Arshen menutup buku yang terbuat dari kulit kambing itu dan meletakkannya di pahanya setelah itu dia menghela nafasnya.
Tap...tap..
Suara langkah kaki terdengar.
Seseorang datang, 2 tidak 4 orang sedang mendekat. Arshen berdiri karena terkejut menyadari keberadaan orang itu.
Tak jauh darinya 2 orang pria, 1 orang pria paruh baya, dan 1 orang gadis dengan gaun merah mendekat ke tempat Arshen.
Tak...tak...
Mereka semakin dekat dengan Arshen
"Ini tidak baik.." Arshen membereskan barang barangnya dan memasukannya ke dalam tas kulitnya lalu mengikatkannya ke pinggangnya, dan bersiap dengan belati putih yang dia sembunyikan di balik lengannya.
Arshen duduk kembali di tempatnya sambil membakar beberapa jamur.
Tak...
Seorang gadis bergaun merah yang di temani 3 orang pria terlihat keluar dari kabut dan pepohonan mendekati Arshen yang sedang duduk dan membakar jamur.
Manusia?, tidak mungkin saja dia monster yang menyamar, tapi monster mana yang menyalakan api unggun dan membawa lentera. Pikir Miss Wednesday sambil menatap lentera yang menyala di dekat Arshen.
"Siapa kau?" Tanya gadis bergaun merah.
Serapian?, dia juga orang seraphia, bagus aku bisa mendapat petunjuk untuk keluar dari hutan ini.
"Bukankah seharusnya kau memperkenalkan dirimu terlebih dulu, nona bergaun merah" jawab Arshen sambil menatap ketiga pria di belakangnya yang terlihat gagah dan mendominasi.
Dua pria satu orang tua dan satu gadis muda,apa yang mereka lakukan disini, setidaknya mereka tidak agresif, dan sepertinya mereka bukan semacam pembunuh, aku juga bisa mencoba berkomunikasi dengan mereka, apa mereka semacam para Commoner?.
Pikir Arshen sambil memutar mutar jamurnya agar terbakar merata.
Gadis bergaun merah itu menoleh dan menatap pria yang memakai tailcoat hitam dengan wajah yang terlihat sudah paruh baya seolah memberikan sebuah kode.
Pria paruh baya itu maju kedepan Arshen yang memiliki pupil mata abu abu kehitaman, rambut hitam yang disisir kebelakang, dia mengenakan sarung tangan hitam dengan motif bintang, mantel coklat panjang, celana hitam dengan kain putih yang terikat di pahanya, dia seakan hanya peduli dengan jamur yang sedang dia bakar.
Sepertinya dia bukan monster, kami kesini karena melihat cahaya api dan aku pikir itu semacam tanaman langka ternyata ada seorang pemuda yang lebih dulu sampai disini. Pikir pria paruh baya itu.
"Namaku Ricard Karlson, kau bisa memanggilku Rick, aku seorang kepala pelayan nona ini, dia Miss Wednesday, dan dua orang di belakangku adalah tentara bayaran yang kami sewa, jadi bisa anda perkenalkan siapa anda" Kata Rick dengan membungkuk.
"Tentara bayaran...?,apa tujuan kalian kemari?" Arshen berdiri dan kembali bertanya menghiraukan pertanyaan Rick.
"Itu..., rahasia" Jawab Rick singkat.
Seorang nona yang sepertinya seorang bangsawan ke hutan bersama 2 tentara bayaran dan satu kepala pelayan, bukankah kalian terlalu mencurigakan.. Arshen mengernyitkan keningnya dengan waspada dan curiga.
Suasana menjadi canggung sejenak.
"Rahasia..., hahaha" jawab Arshen membalas kata kata Rick dan tertawa untuk memecah suasana.
"Apapun itu, kalian bisa memanggilku Arshen Constantine, seorang pengembara, aku sedang tersesat di hutan ini" Arshen berdiri dan menunduk, memperkenalkan dirinya dengan sopan.
"Tersesat?, memangnya dari mana asalmu?" Wednesday bertanya dengan nada gadisnya sambil membuka kipas yang dia bawa.
Asalku?, aku dari dunia lain, apa kau akan mempercayainya nona, kekeke. Pikir Arshen dengan sedikit terkekeh.
"Aku dari Persepolis, apa ada diantara kalian yang tahu tempat itu?" Arshen menjawabnya dengan senyuman sambil mengangkat jamurnya yang sudah matang.
Persepolis?, kalau tidak salah itu kota kecil di wilayah utara Seraphia, hmph...
Loyd yang dari tadi diam bersama Harvey maju ke samping Rick dari belakang Miss Wednesday.
"Aku tidak yakin tapi apa itu kota kecil di utara Seraphia?, sudah berapa lama kau ada di sini?" Loyd dengan ekspresinya yang mengintimidasi menatap tajam ke arah Arshen.
Arshen sedikit merinding menghadapi tatapan Loyd tetapi dia menghiraukannya dan menjawabnya dengan tenang.
"Benar, tapi aku tidak tahu sudah berapa lama waktu berjalan karena disini selalu gelap jadi aku tidak memperhatikan waktu " berhenti sejenak Loyd mengacungkan ranting yang berisi jamur bakar ke arah Loyd.
"Apa kau mau satu tuan, jika kalian juga mau akan aku berikan satu" Arshen menawarkan jamurnya dengan senyuman ramahnya.
"Tidak terima kasih" Wednesday menolaknya sambil menatap jamur bakar yang ada di tangan Arshen dengan tatapan aneh.
"Anda bisa menyimpan itu untukmu" Rick menolak dengan halus.
Loyd dan Harvey yang ada di belakangnya mengangguk mendengar ucapan Rick, dengan keempat orang itu menatap Arshen dengan curiga.
Apa?, apa aku seaneh itu aku hanya seorang pria baik yangmenawarkan jamur bakar yang enak ini. Pikir Arshen dalam diam.
"Aku tahu kalian mewasadaiku tapi kalian tidak perlu sewaspada itu, aku hanya ingin keluar dari hutan ini secepatnya, jadi.."Arshen berhenti sejenak sambil menambahkan ranting kayu ke kobaran api untuk membuatnya menyala lebih lama.
Arshen menoleh ke arah Miss Wednesday.
"Apakah kalian bisa membantuku untuk keluar, aku akan sangat berterima kasih untuk itu"
"Apa yang akan kami dapat jika kami membantumu keluar" Miss Wednesday menjawab sambil mengantongi kipas lipatnya dan memasang ekspresi lick di balik senyumannya.
"Entahlah aku tidak punya apapun untuk kuberikan padamu" Arshen mengernyit dan memalingkan wajahnya.
"Tidak, kau punya" Miss Wednesday menatap lengan Arshen dengan penuh minat.
Arshen membeku sesaat sebelum berdiri dan menatap ke arah Miss Wednesday.
"Apa maksudmu?".
"Jangan pura pura bodoh, belati itu, aku menginginkannya jika kau mau memberikannya kepadaku aku akan meminta Rick untuk membawamu keluar bagaimana"
Belati itu tampaknya memiliki aura yang spesial yang membuat aku tertarik.
Pikir Wednesday yang masih berdiri di posisinya sambil meletakan tangan kanan miliknya di pipi wajahnya.
Hei nona kenapa kau bisa tahu, dan kalau aku memberikan belati ini kepadamu aku nanti jadi tidak bersenjata lalu bagaimana jika kalian mencoba merampok aku di tengah jalan.
Arshen terdiam sejenak, membuat suasana menjadi tegang dan canggung dengan Arshen dan Miss Wednesday yang saling bertatapan.
"Baiklah, aku akan memberikannya tapi itu akan kulakukan jika aku sudah keluar dari hutan ini, apa kau keberatan" Arshen menawarkan penawarannya kepada gadis bergaun merah di depannya.
"Tidak masalah"
"Rick putar arah kita akan keluar dulu" Wednesday menatap Rick dan memberinya perintah.
"Baik" Rick menjawabnya dengan membungkukkan badannya.
Loyd dan Harvey hanya terdiam, memperhatikan kesepakatan keduanya dari belakang Miss Wednesday.
"Baiklah, ayo" Arshen mengambil tas kulit coklatnya, mengambil lentera redupnya dan memadamkan api unggunnya.
Miss Wednesday dan ketiga pria di belakangnya berbalik ke arah kabut dan diikuti oleh Arshen dari belakang mereka.
Arshen berjalan di antara Harvey dan Loyd, membuat Arshen sedikit merinding melihat sarung pedang milik Loyd dan revolver hitam milik Harvey, tetapi Arshen berhasil menstabilkan kondisinya dan berjalan layaknya tak peduli dengan keduanya yang terus menatapnya di sepanjang jalan.
Tap...tap..
Arshen dan rombongan Miss Wednesday sampai di ujung kabut putih dan pepohonan, memperlihatkan padang rumput dan sungai yang diiringi suara serangga.
Arshen akhirnya keluar dari hutan berkabut dan melihat langit malam berbintang.
"Sesuai perjanjian kita sudah sampai di luar hutan" Wednesday berbalik dan menatap Arshen.
"Baiklah" Arshen mengeluarkan belati putih dari balik lengan mantel coklat panjangnya, tertulis di bilahnya nama Vindicator dalam bahasa Eldritch.
"Ini, ambilah"
Arshen menyerahkan belati itu ke gadis bergaun merah dengan nama Wednesday itu.
"Baiklah Miss Wednesday, Mr.Rick, Mr. Mercenaries selamat tinggal" Arshen membungkukkan badannya dan mengucapkan selamat tinggal kepada 4 orang itu.
Wednesday dan ketiga pria itu menatap kepergian Arshen yang terus berjalan menjauh dari mereka.
"Baiklah ayo kita kembali kita tidak bisa buang buang waktu lebih lama lagi, dia tampaknya benar benar hanya orang biasa yang tersesat" Wednesday berbalik memasuki hutan itu lagi bersama ketiga pria di belakangnya.
Tak lama setelah itu jauh di dalam hutan sebuah kuncup bunga berwarna kuning yang daunnya di penuhi kantung dengan cairan putih benih perlahan tapi pasti mulai mekar dan suara terompet yang merdu mengiringi mekarnya bunga itu, tetapi karena kabut tebal di sekelilingnya membuat suaranya menjadi rendah dan hanya terdengar dengan samar.