Hari -hari berlalu dengan cepat setelah Li Wei dan timnya menemukan senjata legendaris. Latihan mereka semakin intensif, dan semangat anggota klan terasa meningkat. Namun, di balik semua
kebahagiaan itu, Li Wei terus merasakan ketegangan yang mengintai. Ancaman dari Jenderal Tatsuya tidak pernah jauh dari pikirannya.
Suatu malam, saat bulan bersinar terang, Li Wei memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar klan. Dia ingin merenungkan strategi yang lebih baik dan mencari cara untuk meningkatkan kemampuan timnya. Saat ia berjalan di antara pohon-pohon, Li Wei mendengar suara samar yang datang dari arah hutan. Suara itu membuatnya berhenti dan bersembunyi di balik semak-semak.
Dengan hati-hati, Li Wei mengintip ke arah sumber suara. Dia melihat sekelompok prajurit yang mengenakan baju zirah hitam, berbicara dengan serius. Di tengah mereka, berdiri sosok yang tinggi dan berwibawa, jelas Jenderal Tatsuya. Li Wei bisa melihat garis-garis kemarahan di wajahnya.
"Kita tidak bisa membiarkan klan kecil itu merasa aman," Jenderal Tatsuya berkata, suaranya tegas dan penuh kebencian. "Mereka mungkin memiliki senjata legendaris itu, tetapi mereka tidak tahu bagaimana menggunakannya dengan benar. Kita akan menyerang mereka saat mereka paling tidak siap!"
Li Wei merasakan jantungnya berdegup kencang. Mereka sedang merencanakan serangan! Li Wei tahu bahwa dia harus segera memberi tahu Saki dan anggota klan lainnya. Dengan hati-hati, dia mundur dari tempat persembunyiannya dan berlari kembali ke klan.
Sesampainya di klan, Li Wei langsung mencari Saki. Dia menemukannya sedang berkumpul dengan para pemimpin lainnya di ruang pertemuan. "Saki! Kita dalam bahaya!" serunya, memasuki ruangan dengan napas terengah-engah.
Semua orang menoleh, dan Saki langsung berdiri. "Apa yang terjadi, Li Wei?"
"Aku melihat sekelompok prajurit Angkara di hutan. Mereka sedang merencanakan serangan terhadap kita! Jenderal Tatsuya memimpin mereka!" Li Wei menjelaskan, wajahnya serius.
"Ini adalah kabar buruk. Kita tidak bisa menunggu sampai mereka menyerang," Saki menjawab. "Kita harus bersiap-siap dan mempersiapkan pertahanan kita."
Li Wei mengangguk. "Kita harus memperkuat pos penjagaan dan melatih semua anggota klan agar siap bertarung. Ini adalah saat yang paling kritis."
Saki segera mengorganisir rapat darurat dengan semua anggota klan. Dalam waktu singkat, seluruh klan berkumpul untuk mendengar informasi yang baru saja Li Wei sampaikan. Li Wei berdiri di depan mereka, menjelaskan apa yang telah dilihatnya.
"Kita harus bersatu dan memperkuat pertahanan kita," kata Li Wel. "Kami telah berlatih keras, dan sekarang saatnya untuk menerapkan semua yang telah kita pelajari. Jika kita bekerja sama, kita bisa mengalahkan mereka!
Semangat anggota klan terasa membara. Meskipun mereka adalah klan kecil, tekad mereka untuk melindungi rumah dan orang-orang yang mereka cintai membuat mereka siap untuk berjuang.م
Setelah pertemuan, Li Wei berkumpul dengan Jiro dan Mei. "Kita harus menyiapkan rencana pertahanan yang solid," katanya. "Aku rasa kita bisa memanfaatkan kelebihan senjata legendaris ini."
"Bagaimana kalau kita membuat jebakan di sekitar klan?" usul Jiro. "Kita bisa menggunakan lingkungan kita untuk keuntungan kita."
Mei mengangguk setuju. "Dan kita juga harus melatih semua anggota klan untuk menggunakan senjata mereka. Setiap orang harus siap bertarung."
Li Wei merasa semangat membara di dalam dirinya. "Baiklah, kita lakukan semua itu. Kita harus bergerak cepat!"
Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan persiapan dan pelatihan. Mereka membagi tugas, dan setiap anggota klan memiliki perannya masing-masing. Beberapa membangun jebakan di sekitar area, sementara yang lain berlatih dengan senjata dan teknik bertarung.
Li Wei, Jiro, dan Mei memimpin pelatihan, memastikan setiap orang merasa percaya diri. Senjata legendaris itu berada di tangan Li Wei, dan setiap kali ia berlatih, dia merasakan kekuatan yang semakin meningkat.
Di malam sebelum serangan yang diantisipasi, Li Wei duduk sendirian di bukit tempat ia sering merenung. la mengingat kata-kata Kaori tentang kekuatan dalam diri. Li Wei memutuskan untuk kembali ke meditasi, berharap bisa mendapatkan lebih banyak pencerahan.
Di dalam ketenangan malam, saat Li Wei menutup matanya, ia mulai merasakan aliran energi dalam dirinya. Dia berusaha untuk menyatu dengan kekuatan yang dimilikinya, merasakan betapa kuatnya tekad dan keberanian dalam hatinya.
"Besok adalah hari yang menentukan," bisiknya pada diri sendiri. "Aku akan melindungi klanku."
Ketika fajar menyingsing, Li Wei terbangun dengan semangat baru. Ia merasa siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Dengan tekad bulat, ia menuju ke tempat latihan, di mana anggota klan berkumpul untuk mendapatkan pengarahan terakhir sebelum pertempuran.
"Semua, dengarkan!" Li Wei berteriak, menarik perhatian semua orang. "Hari ini adalah hari kita! Kita telah berlatih dan bersiap untuk ini. Ingat, kita berjuang untuk rumah kita, untuk keluarga kita! Jangan pernah kehilangan semangat! Bersama, kita bisa mengalahkan mereka!"
Anggota klan bersorak, semangat mereka membara. Li Wei bisa merasakan energi positif di antara mereka. "Mari kita tunjukkan kepada Jenderal Tatsuya dan pasukannya bahwa kita bukanlah klan yang mudah dikalahkan!"
Dengan semangat yang membara, Li Wei dan anggota klan-bersiap untuk menghadapi ancaman yang mengintai. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi satu hal pasti-mereka akan berjuang dengan segenap jiwa dan raga.
Saat itu , bayangan gelap muncul dari hutan, menandakan kedatangan musuh,.Li wei dan klan siap bertempur, mengingat semua latihan dan persiapan yang telah mereka lakukan. Pertempuran untuk keberlangsungan klan mereka baru saja dimulai.