Chereads / Pendekar dari timur / Chapter 2 - Bab 2 Dalam Pelukan Hutan

Chapter 2 - Bab 2 Dalam Pelukan Hutan

Wei melangkah cepat memasuki hutan lebat, di mana cahaya matahari hanya mampu menembus sebagian dedaunan. Suara gemericik air sungai dan kicauan burung menjadi latar belakang petualangannya. Jiro dan Mei mengikuti di belakangnya, berusaha menyusul langkah cepatnya.

"Li Wei, tunggu sebentar!" teriak Jiro, kehabisan napas. "Kami tidak bisa mengikuti langkahmu yang terburu-buru!"

Li Wei berhenti dan menoleh. Dia bisa melihat ketegangan di wajah teman-temannya, tetapi hatinya dipenuhi semangat dan harapan. "Aku harus menemukan sesuatu, Jiro! Aku merasa ada sesuatu di hutan ini yang bisa membantuku."

Mei mendekat, wajahnya serius. "Kamu tidak tahu seberapa berbahayanya hutan ini, Li Wei. Banyak makhluk liar berkeliaran di sini, dan kita tidak bisa sembarangan."

"Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Aku sudah merasa terjebak dalam kehidupan yang sama," jawab Li T Wei, menegaskan keinginannya.

Jiro dan Mei saling pandang, dan dalam sekejap, mereka mengerti bahwa tidak ada yang bisa menghentikan tekad Li Wei. "Baiklah, kita akan ikut bersamamu. Tapi kita harus berhati-hati," kata Jiro akhirnya.

Dengan bersemangat, ketiga sahabat itu melanjutkan perjalanan mereka ke dalam hutan. Setiap langkah mereka membuat suasana semakin misterius. Li Wei memimpin jalan, matanya tertuju pada setiap detail. Dia berharap menemukan sesuatu yang bisa membawanya lebih dekat pada impiannya.

Setelah beberapa waktu, mereka tiba di sebuah area terbuka yang dipenuhi bunga liar berwarna-warni. Di tengahnya, terdapat sebuah altar kuno yang terlihat megah meskipun sudah ditutupi lumut dan dedaunan. Li Wei mendekati altar itu dengan hati-hati, merasakan getaran energi yang kuat.

"Ini... Apa ini?" gumamnya, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

"Sepertinya ini adalah peninggalan dari zaman kuno," kata Mei, terpesona oleh keindahan altar tersebut. "Mungkin ada sesuatu yang berharga di sini."

Li Wei menyentuh altar dengan lembut, merasakan aliran energi di dalamnya. Tiba-tiba, dia mendengar bisikan lembut, seolah suara dari dalam altar itu sendiri. "Carilah kunci di dalam dirimu, anak muda."

"Hah? Apa itu?" tanya Jiro, terkejut.

"Bisikan ini... seperti panggilan," jawab Li Wei, berusaha memahami makna di balik suara itu. "Aku harus mencari tahu lebih dalam."

Dia menutup matanya, mencoba merasakan kekuatan yang mengalir di sekelilingnya. Dalam ketenangan, Li Wei melihat gambaran-gambaran indah dalam pikirannya: seorang pendekar hebat dengan senjata legendaris, melindungi orang-orang dari ancaman. Dia merasakan semangat dan keberanian yang belum pernah dia alami sebelumnya.

Mendadak, sebuah suara memecah keheningan. "Kau mencari kekuatan, anak muda?"

Li Wei membuka matanya dan melihat sosok misterius muncul dari balik pohon. Seorang pria tua dengan jubah hitam, wajahnya bersih dan matanya tajam. Dia memancarkan aura yang menakutkan namun sekaligus menenangkan. I

"Siapa kamu?" tanya Li Wei, merasa sedikit ketakutan namun tetap berani.

"Aku adalah penjaga peninggalan ini. Hanya mereka yang memiliki hati yang murni dan tekad yang kuat yang dapat menemukan jalan menuju kekuatan sejati," jawab pria tua itu.

Li Wei merasakan denyut jantungnya semakin cepat. "Aku ingin belajar. Aku ingin menjadi lebih kuat."

Penjaga itu tersenyum, namun ada sesuatu yang misterius di balik senyumnya. "Jika kau benar-benar ingin, kau harus melalui ujian. Hanya dengan menghadapi tantangan, kau bisa menemukan kunci yang kau cari."

Li Wei menatap sahabat-sahabatnya, dan mereka semua saling mendukung. "Kami siap menghadapi ujian apa pun," kata Jiro, bersemangat.

Pria tua itu mengangguk. "Baiklah. Ujianmu dimulai sekarang. Ingatlah, keberanian dan ketulusan hati akan membawamu menuju kemenangan."

Dengan satu gerakan tangan, penjaga itu mengeluarkan cahaya yang membentuk lingkaran di sekitar Li Wei. "Masuklah ke dalam lingkaran ini, dan hadapilah tantanganmu."

Li Wei menarik napas dalam-dalam. Dia tahu, ini adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Dengan tekad yang bulat, dia melangkah ke dalam lingkaran, merasakan energi mengalir ke dalam tubuhnya. Dalam sekejap, pandangannya gelap dan dia merasakan seolah-olah dirinya dibawa jauh dari tempat itu.

Ketika cahaya kembali muncul, Li Wei mendapati dirinya berada di medan pertempuran yang asing. Di hadapannya, musuh-musuh yang mengerikan muncul, menantang keberaniannya. Li Wei menatap mereka dengan penuh keteguhan. Di sinilah tantangannya dimulai.