Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Yum Yum Moments

🇮🇩goldenanimalia
--
chs / week
--
NOT RATINGS
647
Views
Synopsis
Pewaris cantik, gadis Bar-bar×Suka makan+Cinta segiempat+Romantis】Siapa yang tidak suka dengan kucing? Suka. Bahkan ketika hewan satu ini dalam bahaya sontak kita berusaha melindunginya. Namun, ketika akibatnya adalah dirimu yang menjadi kucing, bagaimana rasanya? Itulah yang dialami Sophie. Ketika melindungi seekor kucing yang hampir tertabrak mobil, dirinya bertukar tubuh menjadi kucing. Bahkan sebagian ingatannya menghilang. Untungnya, Sophie adalah wanita yang tegar dan kuat. Di tengah perjuangan mengembalikan ingatan dan tubuhnya, dia diselamatkan oleh Davian, pria dingin yang tampan. "Mulai sekarang namamu adalah Yum Yum!" ucapnya sambil membelaiku. "Meong!" protes Sophie. Tapi apa daya, si kucing lemah hanya bisa pasrah. Harga diri menjadi nomor dua di balik perutnya yang sudah kelaparan. Dengan dampingan Davian, kebenaran perlahan mulai terbuka. Bersamaan itu tanpa dia sadari, benih benih cinta muncul di hati Sophie terhadap majikannya, meskipun Davian tidak mengetahuinya. Bisakah Sophie kembali ke tubuh manusianya dan menggapai hati Davian? Ikuti perjalanan seru dan mendebarkan dari Yum Yum Moments.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1. Perubahan!?Meong!?

Ciiiiiitttttttt!!!!Brakkkkk!!!!!

Dentuman keras yang memekakkan telinga tedengar keras bagai petir di siang bolong. Seakan-akan semuanya terhenti dan fokus pada satu pemandangan yang cukup mengerikan. Terlihat sebuah truk oranye yang meluncur cepat berusaha menghentikan laju kendaraannya dengan menekan rem secara mendadak. Sesaat dua tubuh terlihat terpental dan melayang tinggi bagaikan layangan yang putus dari senarnya. Semua orang di sekitar terdiam. Keheningan yang mencekam menyelimuti dan tidak lama kemudian jeritan kepanikan dan ketakutan terdengar di mana-mana. Seorang ibu memeluk dan menutup telinga putrinya sembari menepuk punggung putrinya yang menangis ketakutan melihat kejadian naas di depannya. Beberapa orang terdekat menutup mulutnya sambil menunjuk dua tubuh yang tergeletak lunglai bersimbah darah. Ada yang sigap menelpon ambulans. Beberapa yang pemberani segera berlari menuju korban untuk segera memberikan pertolongan pertama. Sesampainya di sana, mereka tertegun dan mengernyitkan dahi mendapati perbedaan mencolok kedua korban. Merekapun segera berpindah haluan, menolong salah satu korban dan ironisnya, mereka seakan-akan buta, mengabaikan tubuh korban satunya yang tergeletak tak jauh dari mereka. Mereka yakin bahwa korban sudah tidak bernyawa dan sia-sia untuk menolongnya. Tanpa mereka sadari korban yang mereka abaikan itu perlahan menunjukkan pergerakan.

Sophie merasakan sekujur tubuhnya yang kesakitan. Sangat sakit melebihi rasa sakit pasca operasi yang dijalaninya di Singapura. Terutama di bagian kepalanya yang berdenyut-denyut. Dia berusaha membuka matanya, hanya saja pandangan kabur yang tampak. Rasa mual dan pusing menyerang dan semakin menjadi-jadi ketika hidungnya mencium bau amis darah yang pekat. Sophie seketika panik. Suara-suara asing yang bising pun memenuhi telinganya. Amarah dan panik hampir takterbendung lagi. Sophie menarik dan menghembuskan napas. Perlahan dia menggerakkan tangannya berniat menutup hidungnya,menjauhkannya dari bau yang mengganggu tersebut. Namun tidak berhasil. Kedua tangannya terbujur kaku seakan menyatu dengan aspal di bawahnya. Sophie mencoba kembali. Gagal. Tidak kehilangan akal, Sophie sekali lagi  berusaha mencoba menggerakan kedua kakinya, namun percobaannya kali ini juga gagal. Kelelahan menyelimutinya. Mungkin dia mengalami kecelakaan. Dugaannya bertambah kuat karena kali ini dia mencium bau asap kendaraan tidak jauh dari dirinya. Sophie kembali melihat sekitar, memusatkan pada suara bising kerumunan yang didengarnya sembari meminta pertolongan.

'Tolong!'  rintih Sophie. Anehnya,tidak ada uluran tangan, bahkan jawaban.  Menyembunyikan keraguannya, Sophie berteriak sekali lagi, dengan nada yang lebih tinggi. Tapi kali ini dia tertegun. Suara asing namun familiar yang malah melintas dari mulut ke telinganya. Bahkan ketika otaknya mengatakan mustahil.

"Meoongg!"

Bagaikan disambar petir, Sophie terdiam mematung. Mulutnya yang hendak berteriak lagi hanya bergerak tanpa suara. Hanya bola matanya yang semakin melotot, memperlihatkan isi hati pemiliknya yang bertambah bingung dan kacau. Rasa bingung, tidak percaya, takut, dan panik seakan bercampur menjadi satu, mencambuk hati Sophie yang takhentinya bergetar tak karuan.

"Meeeooong!"

Sekali lagi Sophie mencoba, dan hanya keputusasaan yang meluap dan menjalar keseluruh tubuhnya. Seakan tersadar, pelan-pelan dia menundukkan kepalanya, melihat tangan dan kakinya yang entah kapan sudah mengecil dan berbulu.

'Ada apa denganku? Kenapa aku bisa berubah menjadi..!?' batin Sophie, tidak berani menyebut sosok dirinya sekarang. Sophie merasa aneh. Dia berusaha keras mengingat-ingat kejadian yang menimpanya, berharap menemukan petunjuk dari keanehan dirinya. Sophie mengingat betul dirinya manusia, bukan kucing. Nama, keluarga, rumah, teman-teman dan kenangan masa kecil hingga dewasa melekat kuat, tapi...kecuali ingatannya hari ini, persis sebelum dia berubah menjadi kucing. Sophie yakin ingatannya hanya tertambat di malam kemarin saat dia di bandara menuju rumah orang tuanya. Setelah itu...blank. Dia merasa seakan-akan ingatannya terhapus sebagian. Ketika pikirannya masih di tempat lain, matanya tak terarah menelusuri kerumunan orang-orang di sebelahnya. Namun dia hanya bisa menelan pil pahit. Tidak ada yang ia kenali.

Suara sirine ambulans dari jauh terdengar sayup-sayup, membuyarkan lamunannya. Harapan di hatinya yang mati seketika hidup kembali, melihat malaikat putih beroda yang bisa menyelamatkannya. Ambulans pun berhenti, tepat diantara dirinya dan kerumunan orang di sebelahnya. Sopir ambulans bergegas keluar menuju kerumunan, mengarahkan mereka untuk segera menepi dan membuka jalan. Lalu dia kembali dan mengeluarkan stretcher (semacam tandu ambulans). Setelah meletakkan korban, sopir bergegas membawanya masuk ke bagian belakang ambulans.

"Meeoong! Meonnggg! Meeeooong!!!"

Sophie panik dan berusaha sekuat tenaga memanggil sopir. Dia adalah harapan terakhir Sophie. Untunglah sopir ambulans tersebut peka. Dia mencari sumber suara dan menemukan seekor kucing mungil. Melihat fisiknya, dia menduga kucing tersebut keturunan campuran Angora dan bukan kucing liar. Tampak percikan darah di muka kucing tersebut dan dia yakin kucing tersebut juga terluka. Benar saja, ketika ia menanyakan ke sekitarnya, mereka memberitahu kucing tersebut juga tertabrak dan semua mengira kucing tersebut sudah tewas. Bayangkan saja, dengan tubuh mungil seperti itu kecil kemungkinan untuk selamat. Sopir pun menanyakan pemilik si kucing dan sempat mencari namun nihil. Ia menduga pemiliknya adalah korban satunya yang mengalami kecelakaan bersama si kucing. Kucing tersebut terus mengeong, menatapnya dengan mata bulat seakan mengirim sinyal SOS. Hati sopir yang sudah iba semakin trenyuh melihatnya.

Sopir pun menggendong Sophie perlahan, mencegahnya menyentuh luka di tubuh kucing tersebut. Kemudian ia meletakkan Sophie dengan lembut di sebelah kursi tempat ia menyetir. Dia mengelus-elus kepala Sophie, menenangkan dan mengurangi kegelisahan Sophie. Mobil ambulans pun segera melaju menuju rumah sakit terdekat.

" Meong!" Terima kasih, Pak!

Sophie lega dan bersyukur. Untunglah, harapan terakhirnya tidak mengecewakan dirinya. Sambil memandang pohon-pohon dan pemandangan yang berlalu dari balik kaca, Sophie merasa semakin sedih. Tak sadar air mata menetes seperti gerimis kecil. Sophie merasa dirinya bagaikan kapal yang tersesat saat badai, terombang-ambing oleh laut malam yang hitam pekat. Dirinya sudah tidak bisa kembali ke keluarga yang mencintainya selama wujudnya masih sebagai kucing. Apa yang harus dilakukannya bila kedua orangtuanya mengetahui putrinya menghilang? Pasti mereka akan dilanda kekhawatiran dan terus mencari dirinya.

'Tuhan apa yang harus kulakukan? Rasanya ke depan menjadi sangat gelap,' keluh Sophie. Kini, ia hanya bisa memasrahkan nasibnya kepada Tuhan.

Mobil ambulans terus melaju kencang. Sepuluh menit kemudian mereka tiba di rumah sakit. Sopir ambulans bergegas keluar dan memanggil petugas yang sudah bersiap. Petugas dengan cekatan mendorong stretcher keluar dan memindahkan pasien ambulans ke ranjang emergency untuk segera dibawa ke UGD.

"Meong!? Meeoong!!!" Bukankah itu..tubuhku? Bukan main terkejutnya Sophie. Tubuhnya...tubuh aslinya terlihat di depan matanya, terbaring di ranjang emergency yang didorong ke UGD. Berarti, tanpa sepengetahuannya, selama ini tubuhnya selalu dekat dengannya, mulai dari tempat kecelakaan hingga tiba di rumah sakit. Firasat buruk melintas dalam pikiran Sophie. Keyakinannya selama ini bahwa tubuhnya berubah menjadi kucing kini sirna. Dugaan-dugaan baru bermunculan di kepalanya, seperti kumpulan jamur yang bermunculan setelah hujan. Sophie semakin bingung.

'Apa sebenarnya yang terjadi sebelumnya? Takkusangka aku melihat tubuhku sendiri sedangkan aku berada di sini. Bagaimana bisa?Apa mungkin jiwaku berpisah dengan tubuhku dan berpindah ke tubuh kucing ini? Lalu di mana pemilik asli tubuh ini?' 

Sophie mulai bertanya-tanya. Dia teringat alasan orang-orang yang mengabaikan tubuh ini karena mengira kucing tersebut tewas.

'Mungkinkah perkataan mereka benar? Tetapi kalaupun itu benar, kenyataannya aku berada dalam tubuh ini yang seharusnya sudah meninggal,' tolak Sophie yakin.

'Berarti tersisa satu kemungkinan terakhir..jiwa kami tertukar di tubuh yang salah?'

Sophie merasa hatinya berdebar-debar, yakin telah menemukan jawaban yang tepat. Kesabarannya sudah sangat menipis. Sophie adalah tipikal wanita yang lebih suka untuk bertindak ketika dirinya sudah memantapkan hatinya.

Sophie berusaha mencari celah di berbagai sudut tetapi tidak ada satupun. Ia berusaha membuka handle pintu tetapi terkunci. Kini ia hanya bisa berharap sopir ambulans mengingat dirinya masih di sini dan segera kembali. Sophie ingin segera memastikan kebenaran dugaannya. Pasti ada jalan untuk dirinya kembali ke tubuhnya sendiri. Untungnya, takberapa lama sopir kembali. Dia segera membuka pintu mobil, lalu menggendong Sophie dan menyerahkannya ke petugas rumah sakit. Melihat kebaikan sopir ambulans, hati Sophie tersentuh dan merasa hangat. Dia merasa sangat berterima kasih pada sopir ambulans yang telah banyak menolongnya. Namun sebagai kucing, dia tidak bisa mengutarakannya. Sophie akhirnya berusaha menunjukkan senyum terbaiknya kepada sopir ambulans. Sopir balik tersenyum dan mengelus lembut kepala Sophie dan meminta tolong petugas untuk merawat Sophie dengan baik. Dia juga mengutarakan dugaannya bahwa pemilik kucing tersebut kemungkinan adalah korban lainnya yang sekarang berada di UGD. Sophie tertegun, apakah yang sopir ini maksud adalah dirinya mengingat tubuhnya yang terbaring di UGD? Mengingat ini bisa menjadi cara untuk mendekati tubuhnya, Sophie berjanji untuk membalas budi kebaikan sopir ambulans ketika dia sudah bisa kembali ke tubuhnya sendiri.

Petugas membawa Sophie ke klinik hewan. Sesampainya di sana dokter segera memeriksa Sophie. Meskipun Sophie merasa sekujur tubuhnya sakit, tetapi hasil pemeriksaan menyatakan bahwa luka yang dialami adalah luka yang ringan. Mendengarnya, lalu membandingkan tubuhnya terluka parah dan dirawat di UGD, Sophie menduga bahwa kemungkinan dirinya menyelamatkan kucing tersebut. Bukankah banyak kasus kucing yang tertabrak? Sedangkan hewan favoritnya adalah kucing. Jadi saat melihat hewan favoritnya hampir tertabrak, pasti dia akan berusaha menyelamatkannya. Atau adakah alasan lain? Apakah memang benar ia adalah pemilik asli kucing ini? Sophie tidak bisa memikirkannya. Ia hanya bisa tersenyum kecut, memikirkan nasib kini sedang mempermainkannya. Kini hanya ada satu yang menjadi fokus Sophie. Ia harus menyembuhkan tubuh barunya dulu lalu mencari cara untuk bertukar dan kembali ke tubuhnya sendiri.

Dokter pun meletakkan Sophie ke dalam kandang kucing yang sudah dipersiapkan rumah sakit. Sophie masih harus diobservasi selama beberapa hari hingga kondisinya membaik. Selama itulah dokter berencana untuk mencari pemilik kucing tersebut. Melihat kucing tersebut terlihat terawat, tidak seperti kucing liar, dan mendengar dugaan sopir ambulans dari mulut petugas, dia merubah rencana untuk menunggu pasien ataupun menyerahkannya pada keluarga pasien.

Setelah menentukan langkah selanjutnya, Sophie berusaha menenangkan dirinya dan berniat menjalani pengobatan hingga dinyatakan sembuh. Dirinya kini lega dan tidak khawatir mengetahui dia dan tubuhnya sendiri dirawat di rumah sakit yang sama. Lima menit kemudian, rasa kantuk dari suntikan dan obat menyerang Sophie. Setelah memposisikan tubuhnya dengan nyaman, taklama ia terlelap dalam tidur.