suasana duka meliputi pemakaman, marvin tak berhenti henti menangisi jasad sang ibu seolah-olah tak percaya akan hal ini, beca,kevin dan maya turut berduka atas kepergian ibunya.
sang kakak yg mendengar kabar kematian ibunya benar benar marah, ia terus menerus menyalahkan marvin karna ia yg di tugaskan untuk slalu menjaga ibunya,, marvin sudah tak punya energi lagi untuk berdebat dengan kakanya ia memilih untuk diam.
"gua ngerasa bersalah deh, tau gitu seharusnya kita ga pergi nginap di rumahnya marvin" ucap kevin
"udah kematian ga ada yang tau, jangan begitu" saut maya
"tapi aneh, masa kita kemarin main sampe larut malam ga denger jeritan dari ibunya,aneh juga kepala nya ga ada, ini kasus pembunuhhan ga sih" celetuk beca
"iya lah, ga normal juga ibunya di temuin meninggal tanpa kepala, udah pasti pembunuhhan lah" saut kevin
seorang detektif mengintro gasi mereka ber empat.
pada saat marvin di introgasi ia terlihat cemas dan hanya diam, joana sebagai detektif yg mengambil kasus ini juga turut berduka denga kabar ini, ia juga merasakan rasa sakit dan sedih dari marvin.
"marvin,, ucap lirih joana,, you okey, jangan takut"
ucapan joana tak di gubris oleh marvin, ia hanya terdiam dengan tatapan kosong
"marvin udah siap buat di mintain keterangan? " tanya joana, sama saja ucapannya tak di gubris.
sedikit membuang buang waktu rekan joana, gama menyerobot masuk ke ruang introgasi
"sana biar gue yg introgasi" ucapannya pada joana.
'okey, marvin?,, panggilan tersebut tidak mambuat marvin sadar,,marviin, hello?,, panggilan tersebut masih di hiraukan oleh marvin'
gama memukul meja dengan keras membuat suara yg keras, mambuat kevin sadar,, "marvin sekarang kasih saya keterangan atas kejadian kemarin, yang marvin tau"
"saya ga tau apa apa, saya cuman ingat, saya bermain game berempat bareng temen saya dan paginya saya menyiapkan sarapan buat ibu dan,,"
"haha ga mungkin kalo kamu ga dengar suara aneh dari kamar ibu entah itu teriak atau segala hal? tanya nya
" engga saya ga denger apa apa" -marvin
"bener? " -gama
"iya saya ga dengar apa apa" -marvin
gama melihat ke arah joana dengan keheranan, karna semua teman dari marvin juga tak mendengar suara jeritan atau apa pun dari kamar ibunya.
joana memilih untuk mengakhiri introgasi ini karna mereka sedari tadi tidak menemukan titik terangnya.
marvin pulang ke rumah kakanya, ia melihat kakaknya yg menangis sendiri di kamar, baru kali ini ia melihat kakanya menangis sampai segitunya, tak ingin mengganggu kakanya iya pergi ke kamar nya dan tidur untuk memenangkan isi pikiran nya.
tak terasa marvin sudah tertidur dari pagi ke malam, kepalanya benar benar pusing, ia bangun dari ranjangnya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum, ia melihat kakanya yang duduk di sofa ruang tengah, ia menghampiri nya
"kak,, sambil menepuk pundaknya"
police dan detektif joana sudah berada di kediaman rumah kakak marvin.