Setelah malam penuh misteri itu, Gira merasa hidupnya mulai berubah. Mimpi aneh menghantuinya sepanjang malam, sosok-sosok bayangan dengan mata berapi menatapnya, berbisik dalam bahasa yang tidak ia mengerti. Ketika terbangun, keringat dingin membasahi tubuhnya, dan suara detak jantungnya bergema keras di telinganya.
Pagi itu, meski tubuhnya terasa lelah, ada sesuatu yang lain, energi baru yang mengalir di tubuhnya. Ia merasa lebih kuat, lebih tajam, seolah setiap indra dalam tubuhnya terbuka. Gira mencoba mengabaikan perasaan ini, meyakinkan dirinya bahwa itu hanya efek dari membaca buku yang aneh dan menyeramkan. Namun, keingintahuannya tidak bisa ditahan.
Setelah melewati hari yang panjang di sekolah, Gira memutuskan untuk kembali membuka Rahasia Tak Terungkap. Dengan jantung berdegup kencang, ia mengunci pintu kamarnya dan duduk di meja belajar. Di balik debu dan lembaran-lembaran tua, ia menemukan halaman yang baru dilihat semalam, bergambar sebuah lingkaran besar dengan simbol-simbol aneh di sekelilingnya.
Ia mencoba membaca tulisan di samping gambar itu:
"Lingkaran Kebangkitan - hanya untuk mereka yang telah meminum 'Air Pengetahuan'."
Gira mengerutkan alisnya. Apa itu "Air Pengetahuan"? Tulisan itu tak menjelaskan lebih lanjut. Namun, di bawahnya, ada petunjuk lain yang menuntunnya untuk melakukan sebuah ritual kecil. Dengan penuh rasa penasaran, Gira mengikuti instruksinya. Ia menutup matanya, merapalkan kalimat-kalimat dalam bahasa yang sama sekali tidak ia mengerti, dan menggambar lingkaran dengan jari telunjuknya di atas meja.
Pada saat lingkaran imajiner itu selesai, udara di ruangan terasa berubah. Suasana dingin menyergap seketika, dan Gira mendapati bulu kuduknya meremang. Pandangannya kabur, dan sekejap kemudian, bayangan dari mimpinya muncul di hadapannya—makhluk dengan mata berapi, berdiri di tengah lingkaran yang ia buat.
"Siapa... siapa kau?" suara Gira terdengar bergetar, meski ia berusaha untuk tetap tenang.
Makhluk itu tidak menjawab. Mata merahnya menatap tajam, seolah ingin menusuk langsung ke dalam jiwa Gira. Perlahan, sosok itu menghilang, menyisakan keheningan yang mencekam.
Gira masih duduk diam, napasnya memburu, dan ia merasa tubuhnya tiba-tiba menjadi berat. Namun, meski peristiwa tadi membuatnya ketakutan, ada bagian dalam dirinya yang justru merasa lebih kuat, lebih percaya diri. Ia merasakan sesuatu yang baru mengalir dalam dirinya—sebuah energi yang ia tidak pernah rasakan sebelumnya. Tanpa ia sadari, dalam beberapa menit, ia telah melakukan sesuatu yang bahkan tidak pernah ia bayangkan: ia telah memanggil sesuatu dari alam lain.
Keeseokan harinya, perasaan aneh itu kembali muncul. Di sekolah, ia merasa bahwa ia bisa melihat lebih tajam, mendengar suara-suara yang jauh, dan bahkan memahami perasaan orang-orang di sekitarnya. Teman-temannya menatapnya aneh ketika ia bisa menjawab pertanyaan yang belum mereka lontarkan.
"Hei, Gira, kamu kenapa? Belakangan ini kelihatan berbeda," tanya Rian, sahabatnya yang duduk di sebelah.
"Beda gimana?" Gira mencoba bersikap biasa, namun ia tahu bahwa sesuatu telah berubah dalam dirinya.
"Kamu kelihatan... lebih dingin. Seperti punya tatapan yang beda. Semua orang juga merasa aneh waktu kamu tiba-tiba bisa jawab soal yang bahkan belum dijelasin oleh guru."
Gira tersenyum tipis. "Ah, itu cuma kebetulan," ujarnya sambil mengalihkan pembicaraan. Namun dalam hatinya, ia tahu bahwa ini bukan kebetulan. Sesuatu dalam buku itu telah membangkitkan kekuatan tersembunyi dalam dirinya.
Hari demi hari berlalu, dan kekuatan ini makin lama makin berkembang. Gira mulai menyadari bahwa ia bisa merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar indera biasa. Ia bisa mendengar suara bisikan di tengah keramaian, merasakan kehadiran orang-orang bahkan sebelum mereka muncul, dan yang paling mengherankan, ia mulai bisa melihat bayangan-bayangan yang tidak bisa dilihat oleh orang lain.
Namun, kekuatan itu bukan tanpa efek samping. Setiap kali ia menggunakan kemampuannya, ia merasakan sedikit bagian dari dirinya hilang, seperti ada sesuatu yang menghisap energinya. Kepalanya sering pusing, dan tubuhnya semakin lemah. Gira berusaha menahan diri, tetapi godaan untuk mengeksplorasi kemampuan barunya terlalu kuat.
Suatu malam, saat ia sedang berjalan pulang sendirian, Gira merasa ada yang mengikutinya. Suara langkah yang samar terdengar dari belakangnya. Awalnya, ia mengira itu hanya imajinasinya. Namun, saat ia mempercepat langkah, suara itu juga semakin cepat.
Dengan jantung berdegup kencang, Gira menoleh, namun jalan di belakangnya kosong. Tidak ada siapa-siapa.
"Siapa di sana?" tanyanya dengan suara bergetar.
Tidak ada jawaban. Namun, saat ia menajamkan pandangannya, ia melihat bayangan aneh melayang di sudut jalan, sosok tinggi kurus dengan mata berapi yang sama seperti yang pernah ia lihat dalam mimpinya.
"Gira…" suara serak dan dingin itu memanggil namanya.
Tubuh Gira membeku. Suara itu terasa familiar, namun juga mengerikan. Ia tahu bahwa makhluk ini adalah bayangan yang muncul dari ritual pertamanya.
"Kenapa kamu memanggilku?" tanya Gira dengan suara lirih.
Makhluk itu hanya tersenyum, matanya menyala lebih terang. "Kamu yang telah membangunkanku. Sekarang aku adalah bagian dari dirimu."
Kata-kata itu menggema di kepala Gira, dan tiba-tiba, dunia seolah berputar di sekitarnya. Saat ia berusaha untuk tetap berdiri, tubuhnya terasa lemas dan ia jatuh ke tanah. Dalam kegelapan yang mulai menyelimuti penglihatannya, ia mendengar suara-suara yang semakin jelas, seolah ada ribuan bisikan yang berebutan masuk ke dalam pikirannya.
Ketika ia tersadar, Gira mendapati dirinya terbaring di atas tempat tidurnya. Kepala dan tubuhnya terasa berat, seolah-olah ia baru saja melewati mimpi buruk. Namun, ketika ia mencoba mengingat apa yang terjadi, ia merasa bahwa pengalaman tadi terlalu nyata untuk dianggap sebagai mimpi.
Gira menyadari bahwa kehadiran makhluk itu bukan sekadar khayalan. Makhluk itu benar-benar ada di dunia ini, bersemayam dalam dirinya, dan mungkin saja akan mempengaruhi hidupnya ke depannya.
Sementara ia merenungkan hal tersebut, matanya kembali tertuju pada Rahasia Tak Terungkap yang masih terletak di atas meja. Meski tahu akan bahayanya, rasa penasarannya tidak pernah padam. Di dalam dirinya, ada keinginan yang kuat untuk memahami dan menguasai kekuatan yang baru saja ia rasakan.
Ia tahu bahwa ia telah memulai sesuatu yang berbahaya, tetapi ia tak mampu berhenti. Gira pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ini, terlepas dari risiko yang menantinya. Dunia yang tersembunyi di balik buku itu telah membuka pintunya, dan Gira tahu bahwa ia tak bisa kembali.
Malam itu, Gira membuka buku itu lagi, dengan tekad yang bulat dan hati yang bergejolak. Ia tahu bahwa ini bukan sekadar petualangan biasa, melainkan sebuah jalan yang mungkin akan mengubah takdirnya selamanya.