"Arte, bangunlah. Arte."
"Zzz… Zzz…"
"…Arte? Arte?"
Aku mendengar suara seseorang. Suara yang tengah membangunkanku. Aku sangat mengantuk sampai-sampai aku bisa mati, dan bisa-bisanya kau membangunkanku?
Merasa kesal, aku mengulet, lalu suara itu menghilang, membuatku merasa lebih baik. Bantal yang keras, hangat, dan menenangkan membuatku merasa nyenyak. Sambil tersenyum puas, aku meraba-raba ke sana kemari, mencari bantal yang sedang kupeluk, tetapi tanganku tidak meraih apa pun.
…Aneh. Seharusnya itu ada di dekat sini.
"Hei, bagaimana kalau dia bangun?! Yang harusnya kau lakukan saat ini adalah membelai rambutnya lembut!"
"…Tapi kakiku mulai terasa sakit."
"Bisa gak sih kau menahannya sedikit? Ini kan demi ayangmu?!"
"Ayang atau bukan, ini sudah empat jam."
"Ssssstttttttttt. Dia akan bangun."
Saat aku terkejut mendapati bantal yang seharusnya ada di sekitar, suara-suara itu kembali memasuki telingaku. Saat aku hendak berguling lagi sebagai bentuk protes, aku terdiam, mempertanyakan isi pembicaraan.
…Kaki?
Hah. Kalau dipikir-pikir, apakah bantal di rumahku sekeras ini?
Aku rasa aku tidak punya?
"…Untungnya, dia tidak terbangun. Biarkan dia tidur lebih lama, Siwoo. Dia terlihat lelah."
"Aku tahu, aku tahu. Aku hanya ingin bertanya sedikit tentang kejadian kemarin."
"Itu bisa ditunda. Mari kita biarkan dia tidur lebih lama untuk saat ini. Dia pasti sangat kelelahan."
Mendengar perkataan Amelia berharap aku bisa tidur lebih lama, Dorothy dan Siwoo menyuarakan setuju. Namun sudah terlambat. Rasa kantukku telah lama hilang. Jujur saja, aku ingin tidur lebih lama, tapi aku tidak bisa tidur.
…Mengapa aku tidur di antara mereka bertiga?
Karena tidak mampu memahami situasi tersebut, aku mencoba mengurutkan kejadian sebelum aku tertidur
Hmm, mari kita mulai. Aku tidak dapat tidur, jadi aku terjaga sepanjang malam. Aku tidak punya pilihan lain selain memaksa diriku bangun dan berangkat ke akademi. Aku ingat Lyla dan Lee Ha-Yul menatapku dengan aneh saat aku terhuyung.
…Lalu? Apa yang terjadi selanjutnya?
Sesampainya di akademi, aku melihat Siwoo dan Amelia sedang mengobrol. Saat pertama kali melihat Siwoo, aku rasa aku punya kesimpulan. Alasanku tidak bisa tidur adalah karena aku kekurangan kehangatan. Dan ketika aku berada di pelukan Siwoo kemarin, rasanya sungguh hangat.
Aku yakin aku pernah berpikir seperti itu, lalu…
Aku dapat merasakan wajahku perlahan memanas.
Aku ingat semuanya. Kenapa aku tidur di sini. Apa yang telah kulakukan.
Aku, aku, aku pasti sudah gila…?!
Yang menjadi bantalan kepalaku sekarang… mereka dengan jelas mengatakan itu adalah kaki. Itu bukan kaki Amelia atau Dorothy. Kaki keduanya tidak mungkin sekeras ini. Kalau begitu, hanya tinggal satu orang saja. Orang yang mengeluh kakinya sakit. Hanya orang itu.
"Dia benar-benar terlelap."
"Dia bilang dia begadang semalaman. Tentu saja dia akan tidur nyenyak."
"Begitukah? Tetap saja, aku senang. Arte tampaknya baik-baik saja."
Sepertinya tidak seorang pun menyadariku sudah bangun. Bahkan guru-guru pun kesulitan menilai apakah aku sedang tidur atau terjaga. Sungguh nyaman di saat-saat seperti ini.
"Tapi apakah itu benar? Cerita itu."
"Jika sulit dipercaya, kau tidak perlu mempercayainya. Kami tahu betul bahwa ini juga cerita yang tidak masuk akal."
"Tidak. Aku percaya. Aku yakin kau bukan tipe orang yang suka bercanda dengan cerita seperti ini."
"Aku menghargai itu."
Dorothy mendesah kecil dan bergumam.
"Fakta bahwa Arte sebenarnya adalah anggota Arachne dan telah menyebabkan berbagai insiden di akademi… Sulit dipercaya."
"Sudah kubilng jika sulit untuk mempercayainya, kau bisa berpura-pura tidak mendengarnya untuk sekarang."
"Tidak, aku percaya."
"Mengapa kamu begitu yakin?"
"Aku melihatnya. Aku melihat Arte membunuh seseorang."
"…Apa?"
Untuk sesaat, aku hampir melompat karena terkejut.
…Dia melihatnya? Aku membunuh seseorang? Kapan?
"Kau ingat, Siwoo? Wanita naga Übermensch itu. Orang yang mengendalikan angin."
"…Ya. Aku tidak akan pernah melupakannya seumur hidupku. Dia begitu tangguh."
"Aku bilang begitu karena orang itu tewas tepat di depan mataku."
Dengan kata-kata Dorothy, aku akhirnya menyadari. Mengapa Siwoo yang tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan, dapat mengimbangi naga itu begitu sengit. Kenapa dia bisa pingsan setelah beberapa serangan. Rupanya dia telah menerima peningkatan buff dari Dorothy.
Bagaimana? Di mana? Hal-hal itu tidak penting. Itu adalah sesuatu yang sudah lama berlalu.
"Arte membunuh orang itu dalam sekejap. Itu adalah serangan diam-diam yang sempurna."
Apakah dia berbicara tentang itu?
Suara Dorothy sedikit bergetar.
"Saat itu aku tidak bisa keluar dari persembunyian. Itu adalah pertama kalinya aku melihat seseorang tewas, jadi aku takut."
"… Bukankah identitas pembunuhnya tidak diketahui?"
"Itu memang tidak diketahui. Karena Arte tidak mengungkapkannya. Tidak, bukan itu yang penting. Untuk sesaat, Arte meracau tidak jelas."
"Meracau tidak jelas?"
"Ya."
Dorothy menelusuri kembali kenangan yang dilihatnya sekali lagi dan berbicara dengan suara penuh keyakinan. Itu adalah racauan tidak jelas.
"'Boneka tidak seharusnya melukai manusia. Kamu sudah melewati batas,' atau semacamnya."
"… I-Itu."
Siwoo dan Amelia menyadarinya. Mengapa Dorothy memercayai perkataan mereka. Itu karena dia sudah melihatnya secara langsung. Arte berbicara tentang boneka dan manusia.
"…Tapi Dorothy. Kenapa kamu tidak bilang?"
"Hah?"
"Kau bertingkah seolah-olah kau tidak menyadari apa pun sampai sekarang. Kau bahkan berhubungan baik dengan Arte."
Benar. Aku sama sekali tidak tahu. Sampai kemarin, aku bahkan tidak bisa membayangkan kalau Dorothy telah melihatku seperti itu. Karena dia bersikap sama seperti biasanya, seolah-olah dia tidak melihat apa pun.
"Aku tidak perlu menceritakannya."
"Tidak perlu …?"
"Dia membunuh seseorang. Memang itu salah. Tapi apakah membunuh penjahat yang mencoba membunuh teman adalah kesalahan?"
Dorothy memperlakukanku sama seperti biasanya. Seolah tidak terjadi apa-apa. Sama seperti biasanya. Tapi dia tahu segalanya.
"Terkadang penting untuk menutupi kekurangan teman."
"…Benar, aku paham."
Ketika rasa kantukku sudah hilang sepenuhnya, aku mendengarkan pembicaraan mereka. Dorothy, Amelia, Siwoo, mereka semua percaya padaku. Mereka menganggapku sebagai teman, membenarkan tindakanku, dan memercayaiku.
Satu-satunya orang yang tidak bisa percaya pada orang-orang seperti itu adalah aku sendiri. Aku hanya menghibur diri, mengatakan semua orang kecuali Siwoo hanyalah boneka.
"Kunci untuk membantu Arte adalah kamu, Siwoo."
"…Aku?"
"Ya. Hanya kau yang bisa. Satu-satunya yang dianggap Arte sebagai manusia di dunia ini."
Jadi hal itu juga ketahuan. Kupikir sebelumnya, Dorothy hanya seorang sub-heroin biasa yang tidak punya karakter pasti seperti Amelia.
"'Boneka biasa menyerang manusia.' Itulah yang dikatakan Arte. Dengan kata lain, Arte melihat semua orang di dunia ini sebagai boneka. Kecuali kamu."
"…"
"Aku tidak tahu alasan dia berpikir seperti itu. Aku juga tidak tahu bagaimana kriteria antara manusia dan boneka yang Arte bicarakan."
"Aku juga tidak. Aku belum menemukan jawabannya."
"Jika kau ingin menghentikannya melakukan lebih banyak dosa, kau harus membuatnya melihat orang lain sebagai manusia. Meskipun itu akan sulit."
"Dengan begitu, dia akan ragu untuk menyakiti orang lain."
Sambil berkata demikian, tangan Dorothy membelai rambutku.
(TN: Terharu sama pertemanan mereka. J)
"…Kamu punya pemikiran yang bagus."
"Karena kemampuanku tipe caster. Bukankah seharusnya aku punya setidaknya wawasan sebanyak ini?"
"Ah, itu. Bukankah itu hanya seperti mantra atau semacamnya?"
"Itu mantra. Aku hanya berpura-pura sedikit… Tapi, bukankah aku terlihat seperti penyihir?"
"Baiklah, Nona Penyihir."
"Hehe."
Mereka sedang memikirkanku. Dorothy dan Amelia. Mereka sedang membicarakanku, menganggapku sebagai teman sejati.
Aku tahu. Tentu saja aku tahu.
Aku tidak pernah mempunyai teman yang begitu peduli padaku, bahkan sebelum aku diculik ke dunia ini. Hebatnya, aku memiliki begitu banyak orang yang peduli padaku dalam waktu yang singkat ini.
…Tetapi aku tidak dapat mempercayainya. Karena aku tidak pernah tahu kapan mereka akan mengkhianatiku.
Bagaimana jika Author mengubah pengaturan cerita untuk keduanya?
Bagaimana jika dia memperkenalkan kekuatan jahat baru untuk pengembangan novel dan menambahkan latar bahwa Dorothy sebenarnya adalah mata-mata organisasi tersebut?
Bahkan percakapan ini sekarang pun bisa jadi sebuah kebohongan. Kekhawatiran Dorothy terhadapku akan berubah menjadi tindakan untuk menipu kita. Itulah sebabnya aku tak dapat mempercayainya. Itulah sebabnya aku menutup hatiku rapat-rapat.
Aku menekan emosi yang menyerbu berusaha menerobos sedikit lubang yang terbuka. Hanya ada satu orang yang bisa kupercaya. Satu-satunya orang yang dapat aku percaya. Adalah Siwoo, yang tidak terpengaruh oleh perubahan Author.
Amelia dan Dorothy memanglah temanku. Tapi sampai kapan?
Author mengubah pengaturan dunia ini sesuai keinginannya. Dia bahkan mengubah tatanan dasar dunia. Dia mengubah dunia dengan latar akademi biasa menjadi dunia dengan gerbang misterius yang terbuka 500 tahun lalu.
Aku tidak tahu kapan pengaturan Amelia dan Dorothy akan berubah sesuai keinginan sang Author. Aku menahan semua emosi yang mengetuk pintu hatiku, berusaha menerobos sekuat mungkin.
Seperti dugaanku, hanya ada satu makhluk yang bisa kupercaya.
Hanya Siwoo seorang.
Berpura-pura bicara sambil tertidur, aku meringkuk sebentar dalam pangkuan Siwoo. Ini pastinya adalah bantal yang paling hangat dan paling keras yang pernah kupakai.