Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Vampir Barat: Eight

KharaChikara
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.2k
Views
Synopsis
Kisah dari seorang vampir ke delapan di dunia ini. Bukan dunia biasa, dunia yang di penuhi fantasi tiada tanding, mulai dari ras kucing, bidadari, bahkan ratu es hingga roh hantu tak terdeteksi....
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1: Kompas Makanan

Vampir di lahirkan berbeda beda, seperti layaknya manusia mereka juga akan tinggal di bumi ini. Sebelah bumi bagian barat yang di sebut dengan kota barat akan menunjukan seorang vampir bernama Eight. Dia bernama Eight karena dia adalah vampir ke delapan dari 8 vampir di dunia ini. Bisa dikatakan, dia yang terakhir.

Sebenarnya bumi ini hanya menyisakan 8 vampir saja. Mereka bisa menjadi apapun seperti manusia termasuk Eight yang akan menjadi karyawan kantoran.

"(Namaku Eight, seorang vampir yang baik. Kebanyakan dari manusia benar benar menganggap garis darah keturunanku adalah yang terkeji. Itu memang benar. Nenek moyangku dulunya ratu Elizabeth dia suka mandi darah dan minum darah.

Dia melahirkan generasi dan aku adalah generasi ke... 8 nya namun aku hanyalah vampir ke 8 ataupun bisa di sebut yang terakhir di dunia ini. Kebiasaanku sangatlah ramah, aku tidak minum darah dari leher, tapi dari kantong darah, aku membeli dari rumah sakit. Hari ini hingga seterusnya biarkan aku bercerita tentang diriku, seorang vampir...

Kebetulan, Hari ini saudaraku Seven datang dan aku harus menyambutnya layaknya tamu di sini,)" Eight membuka pintu apartemennya dan melihat seorang pria di depan pintu.

"Yo Eight, lama tak bertemu, bagaimana kabarmu?"

"Kabar ku baik, sebenarnya kita baru saja bertemu kemarin. Jangan basa basi seperti itu."

"Oh garing yah... Kalau begitu izinkan aku masuk," Seven, saudaranya itu masuk dan melepas sepatunya.

"(Saudara ini sangat sopan dengan melepas sepatunya itu sebelum masuk... Tapi....)" Eight yang ada di depan nya menjadi terdiam mencium bau di udara perlahan, wajahnya menjadi aneh. "(Kenapa di udara baunya...)" dia terdiam lalu menoleh ke bawah di mana ada kaki Seven. Dia sudah tahu bahwa Seven memakai kaus kaki bau yang belum di cuci.

"(Lebih baik aku diam saja, lagi pula dia hanya sebentar di sini.)"

"Saudara, kenapa kau memandangku terus menerus?" tatap Seven membuat Eight tersadar.

"Baiklah... Maksudku... Kemarilah duduk, aku akan menyajikan mu makanan," Eight menunjuk meja makan putih di depannya lalu Seven duduk dan Eight memberikanya makanan barat.

Tapi Seven tampak terdiam bingung dengan alis yang tebal. "Kenapa kau menyajikan makanan barat padaku?" tatap Seven. Lalu Eight terdiam.

"(Sepertinya aku harus mulai berpikir... Dia bertanya seperti itu... Aku memang sengaja menyajikan makanan khas negara ini karena memang ada di sini... Tunggu... Saudara dari selatan bukan... Kalau begitu aku akan menggantinya,)" Eight mengambil kembali jamuan itu lalu memberikan Seven makanan khas selatan. Tapi sekali lagi Seven benar benar terdiam. "Kenapa kau memberiku makanan selatan?"

"(Apa... Tunggu... Aku salah?! lalu apa, lebih baik aku bertanya.) Apa yang kau inginkan saudara?"

"Aku lebih suka makanan timur," kata Seven. Lalu Eight tersadar. "(Oh, benar sekali... Kenapa aku baru sadar, Saudara merantau di timur, seharusnya aku tahu dari awal. Apakah aku telah mengecewakan selera makan nya dari tadi? Sebaiknya aku akan menyiapkan nya cepat....)" ia mengambil kembali makanan tadi dan menggantinya di dapur.

"(Saudara suka makanan timur, baiklah aku sudah tahu kesukaannya sekarang. Aku bahkan telah membuat kesalahan tadi, semoga dia masih bisa menerima yang ini dan aku harap aku tak melakukan kesalahan lagi.)"

Setelah selesai makan, Seven memegang perutnya dengan rasa kenyang dan senang.

"(Setelah makan tadi, aku akan mengajak saudara untuk bermain permainan projek favorit hiburanku.)"

Eight berjalan mendekat meletakan papan lima catur di meja membuat Seven terdiam bingung.

"Saudara, kau duluan," kata Eight mengajaknya main.

Lalu Seven berpikir sebentar.

"(Dia jelas berhati hati, pasti dia orang yang sangat profesional kan?)" Eight menatap sabar. Lalu Seven menggerakan Wuzi seketika Eight menjadi terdiam, suasana pun juga sangat hening. "(Aku menonton Wuzi?.... Apa ini hobi burukku, aku akan di salah pahami,)" dia menatap wajah Seven yang menunggu gilirannya.

Tapi tiba tiba dari luar, orang melihat Seven terlempar keluar dari apartemen Eight. Dimana Eight mendorong saudaranya itu untuk keluar dan langsung menutup pintu.

"Saudara kau baik baik saja, kenapa kau mengusir ku?" Seven mengetuk pintu dengan panik sekaligus bingung.

Lalu Eight membuka pintu dengan wajah kesalnya. "Aku tak suka orang yang menggerakkan Wuzi terlebih dahulu. Bawa barang mu pergi," Eight melempar sepasang sapatu milik Seven, ia menjadi terdiam sendirian di luar.

Eight menjadi duduk di sofa dengan kesal. Lalu ponselnya berbunyi pesan dari Seven.

Eight menghela napas pasrah lalu membacanya.

=Besok, bisa kita makan malam di restoran pilihanku, kau pasti akan suka, saudara=

"(Baiklah.... Terserah dia saja... Wuzi... Kupikir kau bisa menjaga tata tertib dan bisa bermain projek hiburan ku, ternyata kau bukan orang profesional, lain kali aku juga akan membuat mu menyesal telah mempermainkan ku, aku rela memasak berbagai makanan yang ada di kompas, tapi hasilnya dia bahkan seorang Wuzi!)" Eight tampak sangat kesal.

Lalu di televisi ada siaran langsung drama dari Korea Selatan. Di sana ada aktor gadis manis yang berperan saat ini juga di lihat oleh Eight. Sepertinya Eight selalu memutar drama yang di perankan oleh gadis itu.

Eight menjadi tersenyum kecil. "(Hm... Dia adalah gadis kucing, di Korea Selatan memang di kenal dengan banyak nya gadis kucing, dia bisa berubah menjadi kucing dan manusia. Keberadaan mereka sama seperti keberadaan kami para vampir hanya terabaikan oleh manusia dan tersiksa ketika sudah tahu identitas kita... Aku benar benar tertarik padanya, harus kah aku ke kota Selatan... Mungkin besoknya setelah makan malam ini,)" dia berpikir dengan senyum licik.

Malam berikutnya Eight dan Seven duduk di meja restoran. Eight melihat sekitar dengan bingung. "(Malam ini aku benar benar makan malam dengan saudaraku lagi Seven, dia membawaku ke tempat aneh... Di mana aku tak tahu sama sekali tulisan nama tempat ini,)" dia menjadi bingung.

"Saudara, aku senang kau mau datang, ini, aku membawakan ini untukmu," Seven memberikan sebotol anggur merah. Eight menerimanya dengan senang.

"(Dia memberikan ku sesuatu, itu berarti aku harus memberikan nya sesuatu juga...)" dia terdiam berpikir hingga memberikan Seven sekeranjang telur. Hal itu membuat Seven terdiam. "(Kenapa aku punya saudara aneh sekali?)"

"Apa kau suka, saudara?" tatap Eight lalu Seven mengangguk begitu saja.

Lalu buku menu sudah datang. "(Aku membuka buku menu.... Dan...)" Eight terkejut berpandang lurus ketika ia sadar di menu itu adalah bahasa timur semuanya pun juga menggunakan bahasa yang tidak ia mengerti, ia menjadi panik dalam hatinya lalu melihat ke Seven yang sudah memesan dengan pelayan di samping mereka.

"Baiklah, bagaimana denganmu, Tuan?" pelayan itu sudah selesai mencatat pesanan Seven dan menoleh ke Eight.

"E..... Aku... Ingin sama seperti dia," Eight menunjuk Seven yang bingung.

"Oh baiklah, tolong katakan seberapa matang dagingnya?" tanya pelayan.

"(Dia bertanya begitu.... Aku suka makanan yang lebih mentah di sini, jadi apakah tak apa jika aku mengatakan...) Matang sedikit untukku," kata Eight sambil memberikan buku menunya tapi pelayan itu menjadi terkejut dan bingung.

Hal itu juga membuat Eight terdiam bingung juga melihat ekspresi pelayan bahkan juga Seven yang mengangkat satu alisnya. "(Mereka melihat ekspresiku, mereka juga akan tahu ini pertama kalinya untukku, aku berpikir selama 3 detik untuk menghilangkan rasa malu, aku harus mengatakan apa... Oh aku tahu, aku akan mengatakan....) Karena perutku kurang enak," kata Eight lalu Seven dan pelayan itu mengangguk mengerti.

Lalu saat makanan sudah di sajikan, Eight benar benar terdiam. "(E... Aku melihat makanan ini di depanku... Dan aku sedang... Mencari... Alat makan...)" dia melihat kedua tangan nya yang tak membawa sendok maupun garpu sementara Seven sudah memakanya dengan tangan.

"Saudara apa yang kau lakukan, pakai lah tanganmu, lebih enak pakai tangan."

"(Dia memintaku memakai tangan..... Mungkin karena dia sudah terbiasa dengan makanan yang harus dimakan menggunakan tangan, aku bahkan juga baru tahu ada makanan yang tidak menghargai pabrik sendok... Dia meminta ku makan menggunakan tangan kan? Tidak bisa,)" Eight menggeleng dan mengeluarkan sendok dan garpu dari sakunya membuat Seven terkejut. "(Se... Sendok garpu... Bagaimana bisa?! Dia bahkan mengantongi alat makan? Orang macam apa dia?!)"

Dengan cepat Eight memakannya. Membuat Seven menjadi malu karena mereka ada di restoran timur Tengah tapi mengapa Eight bersikap layak orang barat, itu akan di lihat pelayan sekitar dan melirik Seven yang telah membawanya ke sana. "(Sepertinya aku tak harus mengajaknya makan malam lagi.)"

Setelah itu mereka selesai makan, Seven tampak mencuci tangan di wastafel depan, lalu terlihat Eight mendekat. "Saudara, terima kasih telah membawaku makan di sini, makanan nya enak, hanya saja aku tak suka budaya makan di sini... Apakah mereka memang melakukan nya dengan tangan?" Eight bertanya tanya sambil melihat ke dalam.

Tapi Seven yang mendengar teori Eight menjadi terkejut bahkan pelayan yang ada di sana juga mendengar dan langsung melirik layaknya mereka menunggu Eight mengatakan lagi.

"Bagaimana jika tangan mereka kotor, kuku kuku mereka hitam. Bahkan yang paling buruk, apakah kokinya juga pakai tangan? Itu benar benar-- UMP!!" Eight langsung di tutup mulutnya menggunakan tangan Seven.

Seven terkejut bahkan langsung melepas tangan nya. "Aduh saudara, maaf, tangan ku tak sengaja..." dia beralasan membuat Eight mengusap bibirnya dengan cepat.

"Apa yang kau lakukan?"

"Hei saudara jangan menghina makanan di sini, meskipun kita makan menggunakan tangan, tapi pastinya kita juga menjamin kebersihan di sini... Jadi jangan bicarakan teori ini di sini," kata Seven.

Eight menjadi berpikir. "(Sepertinya aku telah meremehkan makanan di sini, setiap orang pasti memiliki makanan khas sendiri... Aku harus menghargai lebih banyak.) Saudara, maafkan aku, aku tak akan mengulanginya lagi... Aku tak akan mempermalukan mu lagi," kata Eight.

Lalu Seven mengangguk dan menepuk pelan baju Eight. "Bagus, bagus... Aku juga minta maaf kemarin merepotkan mu yah... Harusnya aku juga menghargai makanan khas mu," tatapnya.

"(Akhirnya kita bisa menghargai makanan....)"