Rudy Astana mendesah lelah saat menyeret kakinya di sepanjang jalan setapak yang sudah dikenalnya.
Hari itu melelahkan. Pulang dari kerja lembur selama satu minggu penuh beban kelelahan terpancar dari kantung mata hitam di matanya yang lelah.
Lampu-lampu terang dari supermarket di dekatnya menarik perhatiannya, dan ia memutuskan untuk mampir untuk membeli beberapa kebutuhan pokok berupa garam, merica, mie instan dan kopi.
-Setidaknya aku akan makan enak sampai kenyang supaya tidur bisa lebih nyenyak. Pikirnya di dalam hati.
Saat Rudy berbelok ke jalan sepi menuju rumahnya. Sensasi aneh menyelimuti dirinya. Udara berderak, dengungan samar memenuhi telinganya. Samar-samar dia seperti mendengar dentingan lonceng.
Sebelum dia dapat memproses apa yang terjadi, kelihatan silau menyelimuti pandangannya. Rudy menutup matanya secara naluriah, melindungi dari dirinya dari cahaya menyilaukan itu.
Ketika ia membuka matanya lagi, ia mendapati lingkungan yang sama sekali asing. Perumahan beton padat, dan jalanan aspal hitam telah di gantikan oleh rumah-rumah bata dan juga jalanan yang tertutupi bata juga.
Dia sepertinya berada di salah satu gang kecil di samping rumah-rumah bata itu. Ada sedikit bau besi terpancar memasuki hidungnya
"Apa-apaan ini? Ini dimana?.." seru Rudy matanya terbelalak karena bingung.
"-tunggu! Jangan bilang..aku masuk ke isekai! tidak, tidak , tidak, itu tidak mungkin" menyadari asumsinya yang tidak masuk makal Rudy menggelengkan kepalanya sambil memegang dagunya dengan tidak percaya.
- ini beneran jadi masalah.
Rudy berjalan keluar dari gang. Berdiri tepat di simpang gang, sudut mata kebanyakan orang-orang lewat memandangnya seakan menatap hal aneh yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Tapi wajar-wajar saja. Lagipula dia antara semua orang tidak ada yang berambut hitam dan berpakaian olahraga biru. Rambut mereka pirang, merah, cokelat..bahkan biru dan hijau, di tambah ada yang memakai baju zirah atau jubah hitam,atau jenis kostum yang dikenakan penari..semacam itu.
Selagi berdiri di hadapan gelombang tatapan terbuka. Rudy menyilangkan tangan hanya mampu menerima kenyataan.
"Sekarang aku yakin, pasti ini salah satu.." katanya menjentikkan jari dan menunjuk kerumunan penonton. " Kejadian yang disebut-sebut aku telah di panggil ke dunia lain, 'kan?" ucapnya bergitu kendaraan bak gerobak yang di tarik kuda bertanduk melintas di hadapannya.
...
Rudy Astana adalah pria dewasa biasa pada umumnya, lahir di Bumi. Planet ketiga di tata surya, dari keluarga kelas menengah di Indonesia. Jika kau meringkas kehidupannya selama 21 tahun, itu hanya satu kalimat buat mendeskripsikan nya yaitu gila kerja. Hal ini yang membedakannya dari anak-anak seumuran dia. Tidak mempunyai uang buat melanjutkan pendidikan, dia mati matian kerja di sebuah pom bensin tanpa pernah mendapatkan libur.
Ini bagaikan mimpi di siang bolong, meski sudah mencubit pipinya, membenturkan kepalanya ke dinding dia tidak bangun-bangun.
Rudy mendesah pasrah, di sorot banyak tatapan penasaran, dan kini duduk bersandar di dinding gang tempat dia pertama kali bangun.
"Hei! Apakah kamu tuan Astana!?"
Merasa namanya di panggil, Rudy menoleh melihat ke arah suara wanita yang memanggilnya.
Penasaran karena sekarang ada yang mengenalnya hatinya menjadi sedikit lebih waspada.
-jadi ada yang mengenalku.
Rudy melihat seorang wanita berambut putih lurus sebahu tersenyum menghampiri dirinya, wajahnya cantik, matanya yang berwarna merah membuat dia seperti bukan dari dunia ini.
"Siapa anda nona?" Rudy bertanya padanya.
Wanita itu bediri di depan Rudy, tingginya sekitar satu kepala di bawah Rudy bisa dipastikan lebih tinggi dari kebanyakan wanita rata-rata. Karena tinggi Rudy saja 190 cm.
Wanita menawan itu menangkat sedikt rok putihnya seperti adat bangsawan Eropa untuk menyapa dan memperkenalkan diri.
Menatap tutur lembut wanita serba putih bak seorang bangsawan penyihir di fantasi di depannya Rudy tidak bisa tidak tersipu malu.
"Namaku Natalia Gloria Kingston, aku adalah penyihir yang membawamu ke sini"
-dia yang membawaku ke dunia ini
"Tidak ada waktu buat menjelaskannya, kita sekarang harus segera pergi" Natalia berseru sambil menarik tangan Rudy segera berlari masuk ke gang gelap.
"Tunggu,tunggu kemana kamu akan membawaku? Aku akui kamu memang cantik tapi aku juga tidak semudah itu percaya pada orang asing!" Rudy berseru menepis tangannya yang di pegang oleh Natalia.
"Kita sedang di kejar oleh para pengikut fanatik itu, jika kita tidak melarikan diri, kita akan mati" seru Natalia.
" Pengikut fanatik? Siapa mereka? dan mengapa mereka mengejar kita? Apakah kau menipuku, iya.. pasti kau menipuku!" Rudy berhenti berlari dan memutuskan untuk berbalik ke arah jalan utama daripada masuk ke gang gelap yang mencurigakan di depannya.
Melihat sikap Rudy, ekspresi Natalia menjadi tegas, tanpa menunggu respon Rudy. Natalia menarik paksa tangannya untuk segera berlari ke arah gang gelap itu.
Merasakan tangannya di tarik paksa, Rudy mencoba melawan, tapi sebelum sempat melawan dia mendengar di jalan utama seperti ada pasukan yang berlari ketempat mereka.
Melihat ke arah jalan, Rudy melihat sekelompok berjubah putih berlambang sayap memblokir jalan keluar dari arah jalan utama.
Natalia yang mengenali mereka sedikit panik, tanpa menghiraukan Rudy dia menarik paksa lengannya, berlari bersamanya ke arah gang.
"Itu dia! Penyihir Putih terlihat di arah gang! Segera blokir jalur melarikan diri, dan musnahkan semua yang bersamanya" salah satu dari orang berjubah putih menunjuk ke arah Natalia dan Rudy, memberikan perintah kepada yang lain.
"Baik!" sekelompok berjubah putih segera berlari cepat ke arah mereka. Masing-masing dari mereka membawa pisau panjang yang berlumuran darah. Pisau itu membawa aura yang menyeramkan, di belakang mereka seakan-akan ada monster merah besar ingin merobek perutnya.
Ketakutan melihat hal itu, Rudy panik dan tiba tiba tubuhnya terdiam di tempat karena aura pisau pisau merah darah itu.
Suasana tegang ini membuat Rudy dalam pikiran yang kacau, datang ke dunia asing dan akan di bunuh oleh sekelompok keagamaan karena seorang wanita putih.
Merasakan tangan Rudy yang gemetar ketakutan. Natalia menatap Rudy.
"Astana sadarlah! kita harus lari atau kita mati!" Natalia berteriak
Rudy tersentak karena teriakan Natalia
-iya benar lari, kita harus lari
Memegang erat tangan Natalia dia berlari bersama menjauh dari para sekelompok berjubah putih itu.
Diantara orang-orang berjubah ada satu orang yang tidak mengeluarkan pisau merah. Dia adalah pemimpin yang memberikan perintah pemusnahan kepada Penyihir putih.
Merasakan ada hal yang aneh dari pemuda aneh dan Penyihir putih itu, dia memutuskan mengambil tindakan.
Mengeluarkan pedang di pinggangnya, dia berlari cepat ke arah mereka.
"Penyihir Putih dan anteknya! Atas nama Dewa Kebajikan kalian di hukum mati. Berterimakasihlah para dosa jahat!" Pemimpin itu melaju dengan sangat cepat bahkan melewati para pemuka yang lain.
Natalia mendengar hal itu segera, berlari lebih cepat. Tangannya yang memegang Rudy mengeluarkan cahaya putih.
Merasakan kehangatan dari cahaya putih itu, Rudy seakan-akan mempunyai kekuatan yang lebih kuat dan bisa berlari lebih cepat.
Tapi, belum sempat berakselerasi lebih cepat dia merasakan hawa dingin di lehernya.
Menoleh ke samping, dia panik melihat pedang panjang menghunus kelehernya.
"Inilah akhirnya" Pemimpin berjubah putih itu mengarah dengan cepat pedangnya ke tenggorokan antek penyihir
-sial dia sangat cepat. Natalia berpikir cepat dan mengulurkan tangan yang satunya, mencoba memblokir pedang itu.
"Perisai!" tangan Natalia bersinar membentuk perisai. -sial! aku satu langkah terlambat
Perisai itu melindungi Natalia dari tebasan pedang pemimpin itu, dia terhempas hebat ke dinding.
Pandangan Natalia kabur karena benturan hebat itu, debu berterbangan karena tabrakan.
Merasakan pandangannya mulai pulih, dia melihat percikan merah darah mengenai pipinya.
Tubuh Natalia bergetar hebat, wajahnya pucat tidak percaya akan kejadian di depannya. Rudy Astana, yang selama ini dicintai dan dia cari selama hidupnya meninggal terpenggal tanpa sedikit pun perlawanan.
"Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak..." Natalia berjalan perlahan ke arah kepala Rudy yang tergeletak di jalannyang kasar dan dingin.
Mata Natalia menjadi hitam, pakaian putihnya dan rambut putihnya tiba-tiba menjadi hitam legam seperti malam abadi.
Mana yang kuat terpancarndari tubuhnya, mana yang membawa kesedihan dan kemarahan.
"Aku pasti akan menyelamatkanmu!" Natalia berkata dengan sayang kepada Rudy yang sudah tidak bernyawa.
Merasakan mana berbahaya dari Penyihir , para pengikut Dewa Kebajikan berkeringat dingin. Hawa kematian yang pekat terpancar dari penyihir.
Pemimpin pengikut Dewa Kebajikan tanpa ragu langsung menebas ke arah Natalia.
Tapi.
Sebelum pedang mengenai Natalia, kegelapan pekat menyelimuti seluruh tempat itu.
Kegelapan yang membawa kematian, membuat para pengikut Dewa langsung jatuh meninggal tanpa ada perlawanan.
Kegelapan itu menyelimuti seluruh kota membunuh semua makhluk didalamnya. Bencana ini kemudian di kenal sebagai Malam Kematian.
Bencana yang di kenal Malam Kematian terus menghantui para penduduk benua.
Walaupun hanya berada di kota itu saja, orang yang melihat kabut itu juga terkena dampaknya.
Bencana itu terus berlanjut bahkan 500 tahun lamanya. Sementara tubuh semua mahkluk hidup di kota menjadi busuk dan hilanh ,tubuh Rudy yang terpisah tidak terpengaruh sama sekali akan hal itu.
Tubuhnya bahkan seperti menyatu lagi karena itu. Perlahan namun pasti tubuhnya mulai menyembuhkan diri. Sulur sulur hitam bak perekat menyambungkan kepalanya lagi.
Pelan namun past, kesadaran Rudy mulai kembali. Tubuhnya pulih, begitu juga sumber kehidupannya. Jari Rudy berkedut ringan, dan matanya perlahan mulai terbuka.
Natalia melihat hal itu senang, wajahnya tersenyum penuh sayang menatap orang yang di depannya. Namun..sudah terlambat. Tubuhnya mulai membusuk dan perlahan hilang seperti penduduk kota .
...