Naga Kembar: Hitam & Putih

DLLD
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 68
    Views
Synopsis

Menembus Kabut

Desa Yinlong yang terletak di lembah pegunungan selalu diselimuti kabut tipis yang seolah-olah menjadi pelindung alami dari dunia luar. Desa ini dikelilingi oleh hutan lebat, sungai jernih, dan puncak gunung yang menjulang tinggi. Di desa kecil ini, dua saudara kembar, Hei Long dan Bai Long, tumbuh dengan impian besar yang sama—untuk bergabung dengan Sekte Naga Sakti, sebuah sekte legendaris yang hanya menerima murid terbaik.

Pagi itu, di tepi sungai yang mengalir perlahan, kedua saudara itu sedang berlatih keras. Hei Long, si kakak, mengayunkan tinjunya dengan penuh tenaga, menghasilkan suara gemuruh ketika kakinya menghantam tanah. Tubuhnya yang berotot bergerak cepat dan agresif, mencerminkan semangatnya yang membara.

"Lebih keras lagi, Bai Long! Kau tidak bisa mengalahkan musuh dengan gerakan sepelan itu!" seru Hei Long, menghela napas panjang setelah menyelesaikan serangkaian pukulan dan tendangan.

Bai Long, yang berdiri di sampingnya, tetap tenang. Gerakannya lebih lambat dan terkontrol, penuh konsentrasi. Ia memilih untuk fokus pada keseimbangan dan ketepatan. "Kakak," kata Bai Long lembut, "kekuatan tanpa kendali tidak ada artinya. Kau mungkin bisa menyerang keras, tapi kalau seranganmu meleset, itu percuma."

Hei Long mendengus, tetapi kemudian tersenyum. "Itu teori bagus, adikku. Tapi di medan pertempuran, kau tak punya waktu untuk berpikir terlalu lama. Kekuatan adalah kunci."

Bai Long menggelengkan kepalanya. "Justru karena itulah aku memilih untuk lebih hati-hati. Pertarungan bukan hanya soal menyerang. Menunggu momen yang tepat lebih penting."

Mereka berdua saling berpandangan sejenak. Meskipun sering kali berbeda pandangan tentang seni bela diri, ikatan saudara mereka begitu kuat, tidak tergoyahkan oleh perbedaan filosofi. Hei Long memang lebih bersemangat dan agresif, sementara Bai Long lebih tenang dan penuh perhitungan. Namun, itulah yang membuat mereka saling melengkapi.

Setelah latihan panjang yang melelahkan, mereka duduk di tepi sungai, membiarkan angin pagi yang sejuk menyejukkan tubuh mereka yang basah oleh keringat.

"Kau sudah memutuskan akan memilih Naga Putih, kan?" tanya Hei Long, memecah keheningan. Pandangannya tertuju pada aliran air di depan mereka.

Bai Long mengangguk pelan. "Iya, aku merasa lebih cocok dengan filosofi Naga Putih. Keseimbangan, kebijaksanaan, dan kontrol. Itu jalan yang ingin kuambil."

Hei Long tertawa kecil. "Yah, aku tahu kau akan memilih itu. Aku sendiri tidak pernah ragu bahwa Naga Hitam adalah jalanku. Kekuatan, kecepatan, dan serangan tanpa ampun. Itu yang terbaik untukku."

"Jadi, kita akan memilih jalan yang berbeda," kata Bai Long sambil menatap kakaknya. "Kau yakin kita tidak akan berubah setelah ini?"

Hei Long menepuk bahu adiknya dengan keras, membuat Bai Long hampir terjatuh. "Hei, kita ini saudara! Jalan yang berbeda tidak akan memisahkan kita. Kita tetap akan bersama, dan kita akan menjadi pendekar terkuat di sekte itu."

Bai Long tersenyum, meskipun di dalam hatinya, ia tidak bisa sepenuhnya menghilangkan keraguannya. "Aku harap begitu, Kak. Tapi... aku merasa setelah kita memilih, hubungan kita mungkin akan berubah. Kau tahu, Naga Hitam dan Naga Putih memiliki filosofi yang sangat berbeda."

Hei Long mengangkat bahunya. "Apa pun yang terjadi, kita tetap saudara, Bai Long. Tidak ada yang bisa memisahkan kita. Aku percaya pada itu."

Setelah beristirahat sejenak, mereka berdua bangkit dari tempat duduk mereka dan melanjutkan latihan. Meskipun mereka bersaudara, gaya bertarung mereka begitu berbeda. Hei Long selalu menekankan pada serangan cepat dan kuat, sementara Bai Long lebih fokus pada pertahanan dan gerakan terukur. Di situlah perbedaan mereka paling mencolok.

Malamnya, mereka kembali ke rumah kecil mereka di desa. Di sana, ayah mereka, Mo Long, seorang mantan pendekar, sedang duduk di depan perapian. Di wajahnya terpancar kebanggaan sekaligus kekhawatiran.

"Ayah," panggil Hei Long ketika mereka masuk. "Besok, kami akan berangkat ke Sekte Naga Sakti. Aku dan Bai Long sudah siap."

Mo Long mengangguk pelan. "Aku tahu kalian sudah bekerja keras untuk ini. Tapi ingat, Sekte Naga Sakti bukanlah tempat yang mudah. Kalian akan diuji tidak hanya secara fisik, tetapi juga mental dan emosional. Aku harap kalian berdua sudah benar-benar memikirkan keputusan ini."

Bai Long maju selangkah, menatap ayahnya dengan mata penuh tekad. "Kami sudah memikirkannya, Ayah. Kami tahu ini jalan yang sulit, tapi ini adalah impian kami."

Mo Long menatap kedua putranya dengan tatapan yang tajam namun lembut. "Kalian memilih jalan yang berbeda. Hei Long memilih Naga Hitam, dan Bai Long memilih Naga Putih. Kalian akan memiliki pelatihan dan filosofi yang berbeda. Namun, aku ingin kalian ingat satu hal: meskipun kalian menempuh jalan yang berbeda, kalian harus selalu saling mendukung. Kalian adalah saudara, dan itu tidak boleh berubah."

Hei Long tersenyum penuh percaya diri. "Jangan khawatir, Ayah. Kami akan tetap bersama, apapun yang terjadi."

Ibu mereka, yang sejak tadi diam di dekat dapur, tiba-tiba berbicara dengan suara lembut. "Kalian harus menjaga satu sama lain. Aku tidak peduli kalian memilih jalan yang berbeda. Yang penting, kalian tetap bersatu."

Bai Long menatap ibunya dengan penuh kasih. "Kami janji, Bu. Kami akan selalu bersama, tidak peduli apa yang terjadi."

Malam itu, setelah makan malam yang sederhana namun penuh makna, Hei Long dan Bai Long duduk di luar rumah mereka, menatap langit malam yang dipenuhi bintang.

"Besok akan menjadi hari besar," kata Hei Long, memecah keheningan. "Aku tidak sabar untuk memulai latihan di sekte itu."

Bai Long mengangguk pelan, namun matanya masih menatap jauh ke langit. "Aku juga merasa gugup, tapi lebih dari itu, aku penasaran apa yang akan kita temui di sana."

Hei Long tertawa kecil. "Tidak perlu khawatir, Bai Long. Kita pasti akan melewati semua tantangan itu. Dan aku yakin kita berdua akan menjadi pendekar terkuat."

Bai Long tersenyum tipis. "Aku yakin, Kak. Tapi yang lebih penting adalah kita tetap bersama, apapun yang terjadi di sana."

Keheningan kembali menyelimuti mereka, hanya suara angin yang berhembus lembut di antara pepohonan. Mereka berdua tahu bahwa hidup mereka akan berubah setelah hari ini. Namun, mereka juga tahu bahwa perjalanan ini adalah langkah penting menuju impian mereka.

Keesokan harinya, sebelum matahari sepenuhnya terbit, Hei Long dan Bai Long sudah bersiap-siap. Mereka mengenakan pakaian sederhana dan membawa tas berisi perbekalan yang cukup untuk perjalanan panjang ke Sekte Naga Sakti. Di gerbang desa, beberapa tetangga datang untuk mengucapkan selamat jalan.

"Sekarang adalah saatnya," kata Hei Long, matanya bersinar penuh semangat.

Bai Long mengangguk. "Ayo, Kak. Ini adalah awal dari segalanya."

Saat mereka melangkah pergi dari desa, mereka berpaling sekali lagi ke arah rumah mereka. Di sana, Mo Long dan ibu mereka berdiri, melambaikan tangan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Jaga diri kalian baik-baik," teriak ibu mereka dengan suara bergetar. "Dan jangan lupa... tetaplah bersama."

Hei Long membalas lambaian tangan itu dengan senyum lebar. "Kami pasti kembali, Bu."

Bai Long menatap pemandangan desa yang semakin jauh di belakang mereka. "Ini baru permulaan, Kak. Apapun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama."

Dan dengan itu, mereka melangkah menuju masa depan yang belum pasti. Namun, satu hal yang mereka tahu pasti: apapun yang menanti mereka di Sekte Naga Sakti, mereka akan menghadapi semuanya bersama-sama.