Ketika hidup tak lebih dari sekadar penantian tanpa akhir, harapan menjadi ilusi yang nyaris tak berarti. Sagara, seorang pemuda berumur 23 tahun, terperangkap dalam kehidupan yang tak diinginkannya. Terasing dari keluarga, diabaikan oleh teman-teman, dan hanyut dalam kehampaan teknologi, hari-hari Sagara hanyalah rutinitas monoton di balik layar komputer.
Suatu malam, tanpa peringatan, Sagara terbangun di dunia yang tidak ia kenal—dunia yang tampaknya tercipta dari mimpi buruk. Langit berwarna merah darah, tanah tandus yang tak berujung, dan hutan penuh pohon mati yang tampak hidup namun mengerikan. Ini bukanlah dunia fantasi impiannya. Hewan-hewan buas yang berkeliaran tidak menanti untuk dilindungi atau ditaklukkan, melainkan menjadi ancaman yang nyata. Setiap langkah yang diambil di dunia ini penuh dengan bahaya dan misteri, dan tidak ada petunjuk tentang bagaimana ia bisa kembali atau apa yang harus ia lakukan.
Ketika Sagara mulai bertemu dengan penghuni dunia ini—makhluk aneh yang tampaknya menyimpan rahasia lebih besar—dia menyadari bahwa ini bukanlah kesempatan untuk menjadi seorang pahlawan seperti dalam kisah-kisah isekai yang ia kenal. Sebaliknya, dunia ini adalah cerminan dari hatinya yang kelam. Di sini, ia dihadapkan pada pertanyaan yang lebih mendalam: apa arti hidup ketika harapan tidak lagi menjadi penyelamat?
Dengan latar dunia yang mengerikan dan atmosfer yang penuh misteri, Dunia di Ujung Tanah Kelam adalah kisah tentang perjuangan melawan takdir, menemukan makna hidup dalam kegelapan, dan keputusan sulit yang dapat mengubah segalanya. Pertaruhan bukan hanya hidup dan mati, melainkan juga nilai dari keberadaan itu sendiri.