Chereads / Ragnarok God's Apocalypse / Chapter 10 - Bab 9 - Sebuah perbedaan

Chapter 10 - Bab 9 - Sebuah perbedaan

Setelah terkena serangan dari Arthur, tubuh nya terluka memar seperti luka bakar.

Dengan mengusap bahu nya yang berdebu, dan terlihat luka nya sembuh dengan perlahan.

"Teknik berpedang yang cukup baik" (Enki).

"Dia bisa melukai dewa dengan pedang milik nya?, itu tidak buruk!" (Shamash).

"Aku penasaran dengan pedang nya, di mana dia mendapatkan pedang yang kekuatan nya tidak sebanding dengan tubuh kecil nya?" (ishtar).

Sementara itu, di tribun umat manusia dengan sorakan yang meriah karena serangan kejut yang baru saja terjadi.

Lalu para raja dan jendral yang berada di sana, yang melihat pertarungan mereka.

"Pedang yang luar biasa" (Attila si hun).

"Kau lihat, dia bahkan tidak dapat menghindari serangan nya" (Gengis Khan).

"Dari yang aku lihat, sepertinya kemampuan dari cincin nya itu, punya waktu terbatas agar bisa digunakan kembali"

Dia melanjutkan kalimat nya.

"Terlihat, ketika dia bergerak dengan cepat dua kali, menyebabkan dia tidak dapat menghindari serangan berikut dari raja Arthur, seperti nya raja Arthur juga tahu hal itu" (Li mu).

"Kekuatan yang besar, punya banyak ruang untuk kelemahan nya, ketika kau bertemu dengan seseorang yang dengan cepat membaca setiap pergerakan mu, itu bisa membuat mu berpikir keras agar tidak membiarkan dia mengetahui semua rencana mu" (Ramses II/Ozymandias).

"Dia membaca situasi dengan baik, tidak salah kalau dia yang terpilih" (Sargon yang Agung).

"Tapi dewa itu, menyembuhkan kembali luka-luka nya" (Charlemagne).

"Itu tidak masalah, justru raja Arthur itu pintar, dia memancing dewa itu untuk mengeluarkan semua kemampuan untuk di analisa, ketika ada kesempatan datang dia sudah tau apa yang akan dia lakukan" (Saladdin).

"Saya setuju dengan pendapat itu" (Richard si hati singa).

Di tengah-tengah arena, Arthur berbicara kepada nya dengan suara keras.

"Aku tahu kau menahan kekuatan mu, lakukan seperti kata-kata mu di awal"

Gilgamesh berdiri dengan anggun, dan tidak menghiraukan ucapan dari Arthur, dengan pedang yang mengarah ke tribun para manusia, dia berkata dengan sombong.

"Mahkluk rendahan seperti kalian, tidak pantas berada di satu tempat dengan dewa!, pantheon ini tidak pantas menerima mahkluk kotor yang tidak punya sopan santun terhadap para dewa, kematian kalian lebih baik dari pada itu, membunuh kalian semua seperti kejadian yang sebelumnya!. Tidak ada manusia yang selamat dari genggaman ku, pedang ku membunuh lebih banyak manusia daripada jumlah kalian di tribun sana, tidak ada belas kasih dan aku mengetahui apa yang kau tidak tahu, aku bisa mendengar setiap kata di hati busuk kalian itu, kalian tidak punya pemikiran terhadap para dewa, kalian tidak tahu apa-apa tentang diriku, dan sekarang aku akan mengakhiri semua nya" (Gilgamesh).

Dia memutar pedang nya lalu berjalan dengan perlahan ke arah nya, terlihat di setiap hentakan kakinya membuat Arthur merasakan hawa yang seperti menggigit nya.

Tanpa dia sadari, rasa ragu muncul di hati nya, enggan untuk melawan nya, tidak terlihat seperti diri nya sebelum nya, dan dia pun berkata dalam hati nya.

"Dia mengerikan, kenapa aku jadi ragu begini?, apa dia benar-benar serius untuk melakukan nya!?... tidak-tidak, memikirkan hal yang tidak penting hanya menjadi beban di pikiran" (bingung dan berkeringat dingin).

Arthur bersiaga untuk menyerang nya, dengan jarak yang membentang, dia mengayun kan pedang nya ke arah gilgamesh, dan cahaya sabit keluar dari pedang nya.

Cahaya yang menuju ke arah nya, dengan sedikit pergerakan, dia menepis serangan tersebut dengan pedang ilahi nya. 

Arthur tetap melakukan hal yang sama, menyerang dengan lebih serius, tapi tetap saja.

Dia terkesima kepada gilgamesh yang menangkis serangan nya sekali lagi, dan dengan banyak pertanyaan muncul di kepala nya, dia berkata dalam hati.

"lalu, kenapa sebelum nya dia tidak melakukan hal seperti ini?, dia hanya berusaha menghindar dan bertahan di awal!".

Dia melanjutkan kalimat nya.

"Apa di awal dia hanya menguji ku?, sial, dia sangat sombong dan angkuh!. Lihat saja aku akan menghancurkan mu!".

Dengan menyebarkan seluruh tenaga nya melalui Exalibur, cahaya biru tercinta dari setiap corak yang berada di pedang nya.

Memegang dengan kedua tangan nya, menghirup udara dengan perlahan, lalu melihat ke arah nya tanpa sedikit pun penjagaan.

Gilgamesh tetap berjalan ke arah nya, tanpa perlindungan, berjalan semakin dekat.

Arthur menyerang secara beruntun, terlihat cahaya itu keluar melalui pedang nya dengan sangat cepat.

"Sheesh... Sheesh... Sheesh~" (suara angin, akibat cahaya yang keluar dari pedang Exalibur).

Sementara itu di sisi lain, gilgamesh jauh lebih cepat, dia menepis semua serangan berkali-kali, sampai tercipta baretan di tanah dan menghancurkan tembok yang ada di belakang nya.

Para dewa dan manusia yang berada di tribun sangat terkesan, melihat aksi mereka berdua.

Dengan sentuhan sentuhan tanah akibat serangan beruntun yang baru saja dia lakukan, merasa bahwa itu semua hanya sia-sia.

Dengan menghela nafas dan sedikit berkeringat, pandangan nya samar ketika melihat siluet gilgamesh yang berada di dalam kobaran debu.

Cahaya kelap kelip terlihat, pedang itu meleset dengan cepat keluar melalui kobaran debu. 

Dengan pergerakan reflek tubuh nya yang merespon dengan cepat, dia menangkis pedang tersebut dan terlempar tinggi ke atas.

Perlawanan yang bagus, tapi itu semua hanya lah tipuan daya dari sang raja para pahlawan.

Karena itu celah yang di buat nya untuk berpindah tempat dengan cepat, sampai membuat kobaran debu itu menghilang.

Tepat di hadapan Arthur, dia tidak dapat menghindar, reflek sudah tidak terjadi pada kedua kali nya, tidak dapat membaca pergerakan lawan, jalan buntu di depan nya.

Setelah gilgamesh berpindah tepat di hadapan nya, dia meninju perut Arthur dengan keras, menciptakan gelombang angin akibat pukulan nya.

Terhempas jauh ke belakang, tembok hancur dan terdapat lubang akibat benturan, armor milik nya terlihat retak dan lecet.

"Hufttt~ sial, itu sakit sekali" (Arthur sambil memegang perut nya).

Pedang yang sebelum nya dipakai untuk umpan, terbang kembali ke arah gilgamesh, lalu dia melompat ke arah Arthur yang sedang terbaring.

Arthur berusaha meraih pedang nya, ketika pedang gilgamesh akan menusuk nya.

"Bumm..." (Menghantam tanah dengan keras).

Dia bergelinding untuk menghindar, dan menghapus darah yang menetes dari mulut nya.

Melihat ke arah gilgamesh yang perlahan berdiri, dan dengan mata emas nya yang indah menoleh ke arahnya, lalu berkata kepada nya.

"Jadi, kau raja yang terpilih?, dirimu tidak ada bedanya dengan sampah yang ada di tribun sana" (Gilgamesh).

 "Hehehe..." (Arthur Pendragon).

Arthur dengan Exalibur nya tidak pernah merasa terintimidasi seperti ini sebelum nya.

"Dewa yang sangat mengerikan, raja para pahlawan?, kurasa dia cocok dengan gelar itu, tapi bukan berarti aku akan menyerah di sini"

Arthur melihat sekilas ke arah istri dan keluarga nya yang berada di tribun.

Merasa diri nya seperti kebingungan tanpa arah yang jelas, karena hati nya yang cemas.

Keyakinan yang kuat sebagai seorang raja dan pemimpin, muncul ketika dia membuang rasa ragu yang ada di hati nya, itu membuat diri nya terkekang dan tidak bisa melakukan apa-apa.

Dengan perasaan yang kuat, tidak ada lagi rasa keraguan yang menimpa nya, hinaan dewa itu membuat diri nya menjadikan alasan mengapa dia harus melawan rasa keraguan nya.

Dia menancapkan Exalibur ke tanah lalu membunyikan di setiap jari-jari nya, dan menggeleng kepala nya ke kiri dan ke kanan.

Dengan mata nya yang mengeluarkan cahaya biru, ketika menarik Exalibur dan dia berkata kepada nya. 

"Kau tahu, Keraguan di dalam hati membuat orang merasa tidak nyaman, tapi dengan membuang itu semua, kau akan merasakan sesuatu yang berbeda seperti sebelum nya, menciptakan jalan sendiri, dan menentukan nasibmu kedepan nya". (Arthur Pendragon).

Setelah berkata seperti itu, dia teringat sesuatu lalu berkata dalam hati nya.

"Aku mengerti sekarang, itu lah sebab nya dia tidak serius di awal, apa dia juga ragu melawan ku?, tapi kenapa?, apa dia sadar terhadap sesuatu?, dan sekarang dia terlihat sangat serius melawan ku" (Arthur Pendragon).

"Ocehan yang bagus, sebaik nya kau persiapkan diri, sebelum aku memotong kepala mu" (Gilgamesh).

Suasana nya yang sunyi senyap terlihat di seluruh arena, para dewa dan manusia hanya mendengar omongan mereka.

Mereka berdua menyerang secara bersamaan, sehingga terdengar benturan keras dari pedang.

gilgamesh bergerak menghindar, dari setiap serangan raja Arthur.

Setiap gerakan mereka menciptakan bayangan siluet, gerakan yang cepat membuat gilgamesh sedikit lebih unggul.

Serangan demi serangan, tubuh Arthur mendapat banyak luka baretan, dan terlebih juga pedang nya.

Exalibur mempunyai potensi yang sangat besar, namun daya tahan nya yang sangat kurang, membuat nya tidak menguntungkan dalam pertarungan jangka panjang.

Ketika serpihan nya mulai terlihat di mata gilgamesh, dia menendang tubuh Arthur dan terhempas ke belakang.

Arthur kembali menyerang nya, dia tetap bertarung, tubuh nya terus terkena pedang dari gilgamesh.

"Apa yang terjadi!, seperti nya raja Arthur kehilangan kekuatan nya, gilgamesh mulai menguasai pertarungan, terlihat banyak luka di tubuh nya" (Hermes/komentator).

Sementara itu di tribun para dewa.

"Sangat di sayang kan, apa dia bisa bertahan lebih lama lagi?" (Nyonya danau).

"Itu tidak akan terjadi, memang dari awal dewa itu bukan tandingan nya" (inanna).

Di atas pilar arena, tempat para Celestial berada.

"Apa yang terjadi?, kenapa dia seperti menahan kekuatan nya?" (Uriel).

"Coba lihat, pedang nya terus terbentur, dan membuat nya rusak dengan perlahan, kalau dia memaksa nya, pedang nya bisa patah" (Gabriel).

"Kalau seperti itu, tidak ada pilihan lain selain menggunakan 'itu"". (Azriel).

"Yaa, hanya dengan 'itu' satu-satu nya cara" (Gabriel).

Sedangkan istri dan ibu nya berdoa untuk keselamatan raja Arthur.

Dia benar-benar pantang menyerah, setiap serangan nya membuka celah untuk gilgamesh menyerang balik.

"Pedang mu itu sangat lemah, terlihat mulai retak dan mulai rusak, jangan ragu seperti itu" (Gilgamesh).

Gilgamesh yang sombong, karena serangan yang melukai seluruh tubuh Arthur, lalai dengan perlindungan milik nya.

"Aku harus mencari satu titik untuk menyerang nya. Sialan, pedang ku sebentar lagi akan hancur, bertahan lah sebentar" (Arthur, berbicara dalam hati).

Kesempatan selalu datang ketika kau tidak pernah berhenti untuk terus mencoba, gilgamesh yang sombong dan angkuh tanpa melihat jauh ke masa depan, dia meremehkan nya.

Tusukan pedang Arthur mengenai pipi nya dan membuat darah suci dewa itu mengucur ke dagu nya.

Teknik berpedang yang dimiliki raja Arthur, dengan fokus ke satu titik, lalu menyerang nya tanpa banyak energi yang terpakai.

Serangan tersebut membuat seluruh penonton terkejut melihat nya.

Raja Gilgamesh kaget dengan mata yang melototi, melihat serangan yang hampir menusuk leher nya.

"Bagus, walaupun teknik itu kurang berhasil..." (Arthur, berbicara dalam hati nya).

Dengan kekuatan dari cincin nya, tangan nya berubah menjadi armor besi yang sempurna, dengan pukulan keras ke arah perut Arthur.

Tulang rusuk nya retak dan armor nya benar-benar telah hancur, dia menahan serangan itu, yang membuat banyak darah keluar dari mulut nya. 

Dia terhempas sambil memposisikan diri nya agar tidak terjatuh dengan pedang nya.

"...Sialan, itu sakit sekali" 

Dengan melempar kan pedang ke arah nya, Arthur berhasil menghindari nya, dan dia berdiri lalu menyerang nya balik.

Gilgamesh terlihat sangat marah, pedang nya yang menancap di tanah yang baru saja dia lempar, berpindah posisi dengan nya.

Arthur yang bimbang, dengan refleksi singkat meng ayun kan pedang nya ke belakang, karena perpindahan nya yang sangat cepat, membuat nya tidak dapat melihat nya.

Ketika pedang akan mengenai sang raja pahlawan, gilgamesh. Pedang Exalibur hancur berkeping-keping karena hantaman keras dari tangan armor milik nya.

Semua penonton kaget melihat dan mendengar suara pedang Exalibur yang patah.

"...Sudah cukup" 

Gilgamesh, dengan memegang satu tangan Arthur dan memukul nya dengan keras, sampai membuat tangan nya terpisah dari tubuh nya.

Dia terhempas dan terbaring di pinggir arena dengan darah yang mengucur.

"Itu sungguh mengerikan, tangan yang terpisah dari tubuh sang raja Arthur dan pedang legendaris Exalibur telah hancur menjadi dua, ini pertanda kemenangan lagi bagi pihak dewa" (Hermes dengan suara keras).

Di tribun penonton umat manusia, tempat para kesatria meja bundar.

"Ini sudah berakhir" (tuan bedivere).

"Sial, apa-apaan dewa itu" (tuan Kay).

"Lagi-lagi kekalahan" (tuan Gawain).

"Tidak bisa di pungkiri, kalau dewa itu benar-benar kuat" (tuan Gareth).

"Tuan ku!, aku akan membalas nya suatu hari nanti" (tuan Lancelot).

Sementara itu istri dan ibunya menangis berlinang air mata.

"Hiks...hiks...sayang, kumohon bertahan lahh" (ratu Guinevere).

"Tidak, ini tidak mungkin terjadi," (Ratu Igraine sambil menangis tersedu-sedu).

"..." (Raja Vortigern).

"Nasib berkata lain, padahal aku berharap dewa itu mati dengan mengenaskan" (Merlin)

"Sial, pedangnya telah hancur, tidak ada kesempatan untuk bertahan" (Uther Pendragon).

Para dewa tertawa melihat nya, mereka semua memamerkan nya secara meriah, melihat manusia sombong itu terjatuh dengan tangan yang putus.

"Bunuh dia, jangan sisakan anggota tubuh nya yang masih tersimpan" (Zeus).

"Dia benar-benar melakukan hal yang fatal di awal" (Enkidu).

"Tapi aku menyukai nya, dia sangat berani, aku jadi ingin mencium nya" (Medusa).

"Kau memang pem berani, aku akui itu, tapi kau harus mati di sini sekarang juga" (gilgamesh).

Berjalan ke arah nya sambil memegang lengan Arthur yang terputus.