Chereads / Ragnarok God's Apocalypse / Chapter 9 - Bab 8 - Para Raja

Chapter 9 - Bab 8 - Para Raja

Hermes mengumumkannya, dan pertarungannya sudah dimulai.

Untuk saat ini, skor menempati 1 - 0. Satu untuk dewa, dan Nol untuk manusia. 

Seluruh penonton menyaksikannya, melihat mereka berdua yang berada di tengah-tengah arena, tanpa sedikit pun pergerakan, saling memandang satu sama lain.

Dalam keadaan sunyi tanpa suara, Arthur Pendragon tertawa, sontak membuat para penonton heran dan terkejut.

"Ku huhuhu...Ku hahahahaha".

"Hahahahahaha..." (Arthur Pendragon).

Dengan terheran, raja para pahlawan bertanya padanya.

"Apa yang sangat lucu!?" (Gilgame).

"Raja para pahlawan!, Hah?. Betapa lemahnya!!" (Arthur Pendragon).

Itu membuat sorakan meriah dari tribun para manusia, karena kata-katanya yang begitu merendah kan harga diri seorang dewa, mereka semua tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

"Awalan yang sangat berkesan, dia berkata seperti itu di depan para dewa dan meremehkannya, sungguh luar biasa, apa semua raja-raja di dunia seperti ini!" (Hermes/komentator).

Di tribun para dewa yang melihat kesombongan manusia, dan itu membuat mereka menjadi marah.

"Dasar mahkluk fana, kalau bukan karena peraturannya, aku sudah membunuh kalian semua" (Shinigami).

"Orang itu hebat juga, berkata seperti itu di hadapan para dewa-dewa suci di sini" (Anubis).

Petir menyambar pinggiran arena, mengalihkan pandangan mereka semua dan berhenti tertawa, jauh di depan pandangan nya, di tribun para dewa, Zeus murka dengan kilatan petir di sekelilingnya.

Di atas arena pilar Elysium, tempat para Celestial berada.

"Dia sangat berani mengatakan seperti itu di depan para dewa, aku mulai menyukainya" (Uriel, tertawa kecil).

"Aku sangat terkesan!" (Azril).

"Melihatnya berkata seperti itu, mengingatkanku pada Michael, dia benar-benar melakukannya" (Gabriel).

Buddha tersenyum mendengar kata-kata kecilnya, dan dia menyuruh dewa kebijakan Thoth, yang berada di sekitarnya agar tetap tenang.

Di lorong-lorong arena, Rafael mulai khawatir karena menimbulkan kemarahan para dewa.

"Apa yang di pikirkan si Arthur itu, kau seharusnya fokus dan jangan sampai lengah, para dewa-dewa itu sangat berbahaya" (Rafael).

Mereka berdua melihat ke arah Zeus, yang sedang marah karena penghinaan dari Arthur, Gilgamesh dengan senyumannya dan berkata.

"...akan aku bayar penghinaan itu Zeus tuan, mereka memang seperti ini, itu alasan aku ada di sini untuk membunuh mereka semua".

Arthur melihat ke arah nya dan tersenyum, lalu dia meminum isi dari cawan suci, merasakan dirinya seperti terbakar, kekuatan yang meluap-luap, mengeluarkan asap dari mulutnya, pikirannya menjadi jernih, otot yang sepertinya akan meledak, meningkatkan seluruh statistik tubuhnya.

Perasaan dan kekuatan yang berasal dari cairan cawan sucinya, menjadikan dirinya layak sebagai seorang dewa.

"Ahhhh~, cairan yang begitu nikmat" (Arthur Pendragon).

Dengan perubahan yang signifikan, membuat kekuatan sulit di kendalikan, menyimpan cawan sucinya dan menatap tajam ke arahnya.

Gilgamesh dengan kuda-kudanya, bersiap untuk bertahan ataupun menyerang, dengan 10 cincin yang begitu indah di setiap jari-jari tangan.

Arthur menarik pedang Exalibur, mengeluarkannya dari sarungnya, cahaya yang begitu terang keluar dari pedang tersebut, cahaya yang membuat semua penonton terkejut melihatnya.

Memegang dengan kedua tangannya, merasakan kekuatan dari pedang tersebut yang menyatu dengan jiwa, matanya yang berwarna biru menyala, akibat dari kekuatan nya yang baru dia dapatkan.

"Huft~, sungguh luar biasa, aku tidak pernah merasa lebih baik dari ini" (Arthur Pendragon).

Pantulan cahaya membuat mereka berdua bersinar di tengah arena, dan perlahan cahaya pedang itu mulai redup.

"Itu pedang yang luar biasa" (okita Shoji).

"Itu jauh lebih indah, di banding kan pedang yang pernah kulihat?" (Akechi mitsuhide).

"...Seorang raja punya senjata seperti itu!?, sungguh hebat!" (Sasaki kojiro).

Di tribun lain, tempat para ksatria meja bundar berada.

"Terakhir kali cahaya keluar dari pedang itu ketika ia mencabutnya dari batu, tapi kenapa yang sekarang begitu terang!?, itu membuatku takut!" (tuan Kay).

"Mungkin itu karena cairan suci yang dia minum, aku juga terkejut melihatnya" (Uther Pendragon).

"Para Celestial pasti sudah mempersiapkan segala nya untuk manusia, aku tidak tahu sihir apa yang dia campur ke dalam cawan suci itu!" (Merlin).

Di tribun para dewa hanya melihat sekilas dan tanpa reaksi apapun, tapi mereka melihat potensi dari pedang nya yang cukup besar.

"Pedang yang begitu indah, apakah itu bentuk asli dari pedang Exalibur yang sangat legendaris!?" (Hermes/komentator).

"Apa pertunjukanmu sudah selesai..?" (Gilgame).

"Memangnya kenapa?" (Arthur Pendragon).

"...Tidak buruk, tunggu sampai kau melihat ini!" (Gilgamesh).

Dia menggerakkan jari-jarinya, dan cahaya berwarna hijau keluar dari salah satu cincinnya.

"Apa yang akan dia lakukan" (Hermes/komentator). 

Para penonton dari umat manusia yang menyaksikannya, tanpa mengetahui apa maksudnya!, mereka bertanya-tanya apakah telah terjadi sesuatu?, tidak ada yang menyadarinya kecuali para dewa dan Arthur itu sendiri.

Pandangan para dewa semuanya ke langit, dan Arthur mengangkat kepalanya yang diikuti oleh para manusia.

Sebuah komet bercahaya terang jatuh dari langit, tidak terlihat seperti bongkahan batu yang terbakar, cahaya silau berkelip.

Pedang yang luar biasa jatuh di hadapannya, menariknya dan mengolesnya dengan tangan lalu berkata.

"...Kau tahu, pedang ini telah membunuh beberapa suruhan para dewa dan juga monster-monster terkuat" (gilgamesh, tersenyum ke arahnya).

Dengan itu, mereka berdua telah siap untuk bertarung, dan para penonton menunggu.

"Pedang itu, akan mewakilinya kalau dia akan bersaing dengan seseorang" (Ninsun).

"Ini akan jadi lebih menarik!" (Enkidu).

"..." (Humbaba).

"Tampaknya meraka akan memulai pertarungannya, dengan kedua pedang di tangan masing-masing, mewakili kekuatan mereka untuk melakukan serangan, pedang Exalibur dan juga pedang ilahi milik Gilgamesh" (Hermes, dengan suara keras).

Angin yang berhembus, membuat keadaan arena hening sementara waktu, penonton menyaksikannya, siapa yang akan menyerang terlebih dahulu.

Arthur memutar pedangnya, dan satu kakinya ke belakang, lalu memegang pedang nya dengan kedua tangan di samping wajahnya, menunjukkan dia akan mulai menyerang.

Tanpa suara dia melesat dengan cepat, belatinya membuat gumpalan angin di sekitarnya, Gilgamesh menyadarinya dan menangkis serangannya.

Serangan balik dari gilgamesh, membuat nya terhempas ke belakang, mereka berdua menyerang secara brutal, membuat kobaran debu dan batu-batuan kecil terlempar.

Suara keras dari pedang mereka terdengar tanpa henti, membuat penonton sangat senang dan terhibur, melihat pertarungan mereka dengan serius.

"Apa cuman segini kemampuanmu..!? (Arthur Pendragon).

Pukulan keras dari Arthur membuatnya sedikit berguncang, namun tidak membuat gilgamesh goyah, malah membuatnya bertarung lebih serius.

"Benar-benar pedang yang sangat kuat, mereka menggunakannya dengan baik, namun seperti nya Arthur lebih unggul dalam menguasai penggunaan pedang" (Hermes/komentator).

"...Sudah cukup!" (Gilgames).

Gilgamesh melompat ke belakang dan menghilang di udara, dia mencari celah untuk menyerang.

"Tidak ada yang bisa pergi dari sini!" (Arthur Pendragon).

Mengeluarkan sebuah sihir di tangannya, lalu dia memukulkannya ke tanah, cahaya sihir itu menyebar ke seluruh arena, membuka semua sihir yang ada di dalamnya.

Tanpa di ketahui, Gilgamesh telah mengarahkan pedang di belakangnya, ketika ia berada pada posisi tunduk ke tanah.

Dengan kekuatan dari pedang Exalibur membuat waktu di tempat itu melambat dan mempengaruhi pergerakannya, dengan mata yang menyala dan juga pedang miliknya, dia memutar dan melebarkan pedang nya.

Para penonton pun ikut melambat karena kekuatan dari pedang tersebut, tetapi itu tidak berlaku dengan beberapa dewa dan para petinggi.

Ketika mengenai tubuh gilgamesh, pedang itu menembus tubuhnya, dengan keadaan heran dia melihat ke arahnya, mata emas milik gilgamesh terlihat indah dan dia tersenyum, seperti dia sudah mengetahui rencana nya.

Serangan gilgamesh sepenuhnya akan mengenainya, dengan tanpa menyerah dia menarik pedangnya kembali untuk menangkisnya.

tapi semuanya sudah terlambat, kedua pedang itu terbentur dan mengenai muka Arthur dengan keras.

Membuatnya terlempar dan kepalanya berdarah akibat benturan pedang tersebut.

Dengan memposisikan diri agar tidak terjatuh, dia menahan badannya dengan pedang miliknya, menghela nafas dan bangkit.

Gilgamesh tersenyum ke arah dan berkata.

"Kau sungguh beruntung wahai raja manusia, tadi itu kepala mu bisa saja terpisah dari tubuh mu, akibat serangan ku" (Gilgamesh).

Di tribun para dewa sangat meriah setelah menyaksikan serangan tersebut. Sementara itu di tribun umat manusia, tempat para raja dan jendral berada.

"Sialan!, taktik macam apa itu? Gerakan mereka sangat cepat" (Nebukadnezar II).

"Hahah...raja uruk ya?, ternyata dia boleh juga" (Alfred yang Agung).

"Yang aku lihat dari pertarungan mereka, dan yang membuat ku curiga adalah cincin di jari-jarinya!" (Ramses II/Ozymandias).

"Epik of gilgamesh!, sumber semua kekuatan, cincin itu kuncinya!. Seharusnya Arthur sudah mengetahuinya sekarang" (Li mu).

"Bukankah seharusnya ada 13?, tapi mereka hanya menemukan sebagiannya, itu benar-benar menakutkan tanpa informasi lebih lanjut!" (Kleopatra VII/Filopator).

"Tunggu sampai akhir pertarungan, aku juga sangat penasaran dengan hal itu" (Markus Aurelius).

"Apa raja Arthur baik-baik saja?, jujur ​​​​itu terjadi secara tiba-tiba" (Wu zetian).

"Dia pasti terkejut karena serangan kejutan yang terjadi mengenai nya" (Karna).

"Anak itu sungguh hebat, dia sangat cocok untuk mewakili kita para raja, dan gilgamesh itu aku sangat mengenal dirinya sendiri" (Sargon sang agung).

Hermes mengumumkan kejadian tersebut dengan suara keras yang terdengar ke seluruh arena.

"Sungguh kejadian di luar dugaan, jebakan Arthur malah berbalik arah dan membuat nya terluka, Gilgamesh seperti nya sudah tahu rencana tersebut!, alih-alih menjadikan dirinya sebagai umpan, lalu menyerangnya dengan pukulan telak. Ini benar-benar pertarungan yang luar biasa, lihat sorakan para dewa-dewa di sana, sepertinya mereka sangat menikmati pertandingannya!" (Hermes/komentator).

Para Celestial yang berada di atas pilar arena, mencoba memahami situasi nya.

"Bagaimana keadaannya?" (Jibril).

"Tidak buruk, ini masih terlalu dini untuk menyerah, apalagi dia seorang raja legenda, yang tahu bagaimana membaca situasi dengan lebih baik" (Azriel).

"Rafael memilihnya, pasti bukan tanpa alasan" (Uriel).

Sementara itu di tengah-tengah arena, Arthur bangkit dengan perlahan, serangan tersebut tidak membuat nya cedera serius, dia menganggap itu sebagai kegagalan.

"Kau tahu...cincin milikmu itu sangat indah, apa boleh aku meminjamnya" (Arthur, tersenyum). 

Mendengar itu, gilgamesh sedikit terkejut dan menjawabnya.

"...Kemari lah, akan kuberikan semuanya setelah kematian mu" (Gilgamesh).

Arthur mengeluarkan sihir dari tangannya, dan melapisi pedangnya dengan penetrasi sihir untuk menembus segala sihir.

Melihatnya, Gilgamesh merasa khawatir bahwa raja yang ia lawan bukanlah raja biasa, dia bisa membaca situasi dengan cermat, dilapisi dengan penetrasi sihir, itu suatu hal yang buruk baginya.

"Apa sihir itu mempan terhadapku? Aku tidak tahu pasti. Celestial sial itu, pasti memberikannya kemampuan khusus untuk melawan ku" (berkata dalam hatinya).

Tanpa mengulur waktu lama, dia harus segera menyelesaikan pertarungannya, sebelum semuanya terlambat.

Gilgamesh menarik tubuh Arthur, kekuatan dari cincinnya benar-benar hebat, dia terseret ke arah nya, lalu menangkis pukulan pedang dari gilgamesh.

Dia terhempas jatuh ke tanah, dengan kekuatan dari cincin lainnya, gilgamesh membuat batu besar dari langit jatuh ke arahnya.

Arthur dengan cepat menggelinding untuk menghindarinya, dengan pedang Exaliburnya yang menyeretnya ke tanah, dan meng ayunkan pedang nya ke arah gilgamesh dengan jarak yang cukup jauh.

Pedang itu mengeluarkan semacam cahaya sabit, dan itu bisa membuat luka yang sama ketika terkena pedang secara langsung.

Arthur menyerangnya berkali-kali, dengan jarak yang lumayan jauh.

Gilgamesh menyesuaikan, dia membuat segala bentuk pertahanan dari kekuatan cincinnya, untuk menghalau serangan beruntun dari Arthur.

Dengan debu yang berterbangan akibat serangan dan pertahanan tersebut. Gilgamesh dengan cepat berpindah tempat ke belakangnya, dan tanpa sepengetahuannya dia telah masuk ke jebakan Arthur.

"Aku tahu kau pasti akan ke sini" (Arthur Pendragon).

Arthur memutar badannya lalu mengayunkan pedang dengan cepat ke arah.

Satu hal yang tidak diketahui Arthur adalah, gilgamesh dapat melihat beberapa waktu ke depan, yang artinya dia dapat melihat masa depan dalam jangka waktu pendek.

Ketika pedang akan mengenainya, dia berteleportasi ganda, dari tempat di berdiri lalu menuju ke Arthur dan kembali lagi ke tempat sebelum nya dengan sangat cepat, seperti kilatan petir.

Arthur tahu hal itu, bahwa dia pasti akan menghindari serangannya. 

Dengan kekuatan dari pedang Exalibur, dan juga cairan suci dari cawan suci miliknya, dia melingkari pedangnya dan membuat sabitan cahaya putih yang begitu banyak menyebar ke seluruh arena.

Gilgamesh tidak dapat menghindarinya, membuat pelindung batu untuk melindungi dirinya pun sudah terlambat.

Dia memegang pedang untuk berlindung, pasrah dan mencoba bertahan, ketika pedang sabit itu mengenai nya, itu menyebabkan ledakan dan dia terhempas ke pinggir arena.

Arena itu mengeluarkan asap putih, dengan banyak baretan di tanah akibat serangan dari segala arah milik Arthur Pendragon.