Chapter 4 - 2

Perempuan itu tersenyum, namun senyumnya tak sepenuhnya menampakkan perasaan yang dia pendam. "Aku Liora," ucapnya pelan, seolah mengizinkan angin membawa kata-katanya. "Dan ini Bram, teman perjalananku. Kami baru saja dalam perjalanan menuju Kerajaan Eldren."

Bram yang berjalan di sampingnya, hanya mengangguk kecil, suaranya rendah, hampir tak terdengar di antara deru angin. "Tanpa bantuanmu, mungkin kami sudah jadi korban bandit," katanya, dengan pandangan yang tak ia alihkan dari jalanan berbatu di depan mereka.

Alaric menoleh sedikit, keningnya mengernyit sebelum sebuah senyuman samar terlukis di wajahnya. "Eldren, ya?" gumamnya, seolah berbicara lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada mereka. "Kebetulan, aku juga berencana ke sana... Tapi, bagaimana dengan kereta yang lain?"

Liora mengangkat wajahnya, menatap Alaric dengan pandangan yang tajam namun lembut. "Benarkah? Kami sebenarnya tidak punya tujuan pasti. Hanya mencari petualangan, mungkin..." Suaranya berhenti sejenak, lalu dia melanjutkan dengan senyum kecil. "Kereta lainnya akan berpisah dengan kami setelah keluar dari hutan ini."

Angin kembali berhembus, sedikit lebih dingin dari sebelumnya. Alaric merenung sejenak, matanya menyusuri pepohonan yang mulai diliputi bayang-bayang malam. "Petualangan, ya?" pikirnya dalam hati. Senyumannya perlahan berubah, penuh makna yang terselubung. "Dan mungkin, makanan gratis juga..."

Dia akhirnya berkata, kali ini dengan nada yang lebih ceria, "Sepertinya, kita punya tujuan yang sama. Aku akan ikut dengan kalian."

Liora tersenyum, lebih lebar dari sebelumnya, namun masih dengan kehangatan yang terselubung. "Bagus sekali! Semakin ramai, semakin seru!"

Bram, yang sedari tadi hanya diam, menambahkan dengan anggukan kecil. "Kau boleh bergabung... selama tidak membuat masalah besar di jalan."

Alaric tertawa kecil, senyumannya semakin lebar. "Tenang saja, aku hanya ingin perjalanan ini menyenangkan."

Bram mengangkat alis, sedikit terkejut dengan antusiasme Alaric. Namun, dia hanya menghela napas panjang, matanya beralih kembali ke jalan di depan. "Selama dia tidak merepotkan, mungkin ini akan berjalan lancar," pikirnya, meski tak berkata apa-apa.

Ke esokan fajarnya, setelah berpisah dengan kereta kuda lainya, mereka melanjutkan perjalanan, langkah-langkah mereka semakin seirama dengan derak dedaunan kering di bawah kaki. Di kejauhan, burung-burung mulai terbang pulang ke sarangnya, meninggalkan langit yang kini hampir sepenuhnya gelap.

Alaric, yang sejak tadi tampak gelisah, tiba-tiba menoleh pada Bram. "Hei, Bram," katanya sambil berdehem, "bolehkah aku mencoba mengemudikan kereta ini? Aku merasa sedikit bosan."

Bram memandangnya dengan tatapan bingung, tapi kemudian tersenyum kecil. "Boleh, tapi hati-hati. Ini bukan sihir yang bisa kau kendalikan dengan mudah."

Alaric tersenyum lebar, penuh semangat. "Oke, aku siap!" Dia melompat ke depan, mengambil alih tali kekang kuda. Namun, kuda-kuda itu tiba-tiba berlari cepat, membuat kereta terombang-ambing di jalan berbatu.

"Hati-hati!" Bram berteriak saat kereta mulai tak terkendali. "Belokannya terlalu tajam!"

Kuda-kuda itu melompat ke kiri dan kanan, hingga akhirnya kereta menabrak batu besar. Bram dan Liora terpaksa melompat keluar, sementara Alaric terlempar jatuh ke tanah, mulutnya penuh dengan debu dan tanah.

Liora berlari mendekat, wajahnya penuh kekhawatiran. "Alaric, kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil membantu Alaric berdiri.

Alaric terbatuk, wajahnya merah karena malu. "Aku baik-baik saja... Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud membuat kekacauan."

Bram, yang sejak tadi hanya mengamati, akhirnya tertawa kecil. "Hahaha, mungkin kau harus belajar lebih dulu sebelum mencoba hal yang baru, Alaric."

Alaric, yang masih tertunduk malu, hanya mengangguk. "Aku... aku akan lebih hati-hati lain kali."

Malam tiba, dan mereka beristirahat di dekat perapian kecil. Suara kicauan burung malam terdengar dari kejauhan, menambah sunyi suasana di sekeliling mereka. Namun, ada ketenangan yang mulai terasa, saat mereka mulai berbincang ringan, melupakan kekacauan yang terjadi sebelumnya.