Chereads / Elysium: Cahaya dalam Kegelapan / Chapter 12 - Mencari obat-obatan

Chapter 12 - Mencari obat-obatan

Xian terus memperhatikan gerakan monster itu dan mencoba menunggu waktu yang tepat untuk membantu para saudarinya.

"Monster ini benar-benar hampir seperti Tujuh Legendaris. Sepertinya, dengan menyerang saja tidak cukup," batinnya sambil berpikir dan memperhatikan sekitar.

"Benar! Sepertinya monster ini harus dikunci," lanjutnya, lalu menunggu waktu yang tepat hingga para saudarinya menggabungkan kekuatan mereka, menghasilkan ledakan yang sangat besar dan membuat monster itu kewalahan.

"Baiklah," ucapnya, lalu menggunakan teknik untuk mengurung monster itu dengan satu tangan karena lengan lainnya memegang Yuan'er.

"Kalau begitu, rasakan ini!" ucapnya. Teknik itu pun muncul. Teknik itu berbentuk persegi dengan ukiran kuno yang mengelilingi monster tersebut, lalu mengurungnya.

"Hiaa!"

Monster itu pun terkunci dan tidak bisa ke mana-mana lagi. "Heh, bagaimana dengan ini?" ucapnya, lalu menambah teknik yang membuat monster itu tertekan dan tidak bisa bergerak.

Setelah itu, Xian pun menguncinya, dan persegi itu mengecil lalu menjadi kotak. Setelah itu, Xian pun menggendong kembali Yuan'er, lalu turun ke bawah berkumpul dengan para saudarinya.

Setelah turun, Xian pun menurunkan Yuan'er, lalu Yun Yun mendekat dan memapah kakaknya itu.

"Sudah selesai," gumam Yun Yun.

"Bagaimana jika kita pergi ke dekat sumber mata air di tempat ini untuk menyembuhkan lukamu?" ucapnya kepada kakaknya itu.

"Sekalian, Ming Yue ingin mencari bahan obat-obatan di dekat hutan sana," lanjutnya, lalu disetujui oleh Xian dan para saudarinya itu.

Mereka pun berjalan menuju sungai yang jaraknya tak cukup jauh dari mereka. Di sebelah sungai, banyak tanaman yang berkilauan dan sangat jarang ditemui.

"Wah, ternyata di sini banyak sekali tanaman yang bisa dijadikan obat-obatan," ucap Ming Yue.

"Aku pun tak habis pikir, di tempat seperti ini ternyata memiliki mata air yang indah dan tanaman obat-obatan yang banyak," jawab Yun Xiao.

"Kakak, bagaimana jika aku membantu mengobati lukamu di sana?" ucapnya sambil menunjuk arah tepi sungai.

"Sekalian, Ming Yue akan mencarikan obat yang ampuh untuk mengatasi ini," lanjut Yun Yun pada kakaknya itu.

Yuan'er hanya mengangguk, lalu mereka pun pergi ke tepi sungai untuk menyembuhkan luka Yuan'er.

Sementara Yun Yun mencoba memulihkan luka Yuan'er dengan kekuatannya, Xian justru meminta agar dirinya boleh ikut mencari obat-obatan agar dapat menemani Ming Yue.

"Oh, ayolah, Kak, kumohon, boleh ya? Ya?" ucapnya.

"Humm, baiklah-baiklah, kau boleh ikut denganku tapi jangan memisahkan diri," jawab kakaknya itu kepada Xian.

Xian pun mengiyakan, lalu ia dan Ming Yue pun pergi ke dalam hutan untuk mencari obat-obatan.

Xian dan Ming Yue sudah berjalan cukup jauh. Mereka menemukan banyak tanaman obat-obatan, namun bukan yang mereka cari.

"Hm, di sini sangat banyak tanaman, namun bukan yang kita cari," ucapnya.

"Tenanglah, Kak. Kita bisa mencari lebih dalam lagi, mungkin di sana ada," ucap Xian mencoba meyakinkan.

Mereka mencoba masuk lebih dalam dan akhirnya menemukan tanaman itu.

"Itu dia," ucap Ming Yue.

Namun, baru saja mereka ingin menghampiri tanaman itu, tiba-tiba muncul seekor hewan yang tampak mengerikan. Hewan itu seperti tanaman namun bisa bergerak dan memiliki kaki.

"A-apa itu?" Ming Yue kaget melihat hewan aneh itu.

Hewan itu berteriak lalu berusaha menyerang Ming Yue dan Xian, namun mereka berhasil menghindarinya.

Xian dan Ming Yue dengan cepat mengambil posisi untuk menyerang hewan itu, namun hewan itu cukup kuat sehingga mampu menahan serangan mereka.

Mereka pun saling memberi isyarat anggukan, seolah telah menyusun rencana.

Xian menggunakan pedangnya, sedangkan Ming Yue menyalurkan kekuatannya.

Tangan Ming Yue mengeluarkan energi yang lembut namun mematikan.

Xian dan Ming Yue saling bertukar pandang, lalu mengangguk. Kemudian, Xian menyerang hewan itu menggunakan pedangnya, sedangkan Ming Yue di belakang menyerang dengan kekuatannya.

Xian menyerang lebih dulu. Setiap kali hewan itu menyerang, ia selalu menangkisnya. Pedangnya berwarna hitam namun berkilauan dan memiliki cahaya yang indah.

Sementara itu, Ming Yue membentuk lingkaran energi lalu menyerang monster itu. Energi yang ia pancarkan berwarna putih seperti cahaya bulan.

Mereka terus menyerang hewan itu tanpa henti, kemudian mereka mencoba menggabungkan kekuatan mereka lalu menghantam hewan itu dari jarak jauh.

Hewan itu pun akhirnya menghilang menjadi debu.

"Sepertinya kita berhasil," ucap Xian kepada Ming Yue.

"Ya, sepertinya begitu," jawabnya.

Mereka pun lalu kembali ke arah di mana tanaman itu berada.

"Kita membutuhkan tanaman itu," ucap Ming Yue sambil menunjuk tanaman yang paling mencolok di dekat pohon yang berada di hutan itu.

Xian mengangguk seperti memberi isyarat, lalu mereka mendekati tanaman itu dan mengambilnya.

"Tanaman ini beda dari yang lain, ini sangat mencolok," ucap Xian dengan takjub.

"Ya, kita harus mengambil ini," jawab Ming Yue lalu mengambil tanaman itu.

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka.

"Ini sudah cukup jauh, memangnya kita membutuhkan berapa bahan utama?" tanya Xian penasaran kepada kakaknya itu.

"Untuk bahan utama kita hanya membutuhkan 4 saja, tapi itu sangat langka," jawabnya.

"Eh benarkah? Apa selangka itu?" gumannya.

"Coba kau berikan aku ciri-ciri nya, mungkin aku bisa menemukannya."

"Em, ada tanaman yang seperti daun kecil, namun berwarna biru bercahaya dan memiliki kuncup yang berwarna biru dan tangkai biru agak muda namun bercahaya juga," ucap Ming Yue.

"Bunga bercahaya? Berwarna biru dan ada kuncupnya...," ucapnya sambil berpikir dan tangan di dagu dengan jari bergerak.

Matanya melihat ke sana kemari lalu tertuju pada sebuah batu besar. Di sana ia sedikit terkejut, matanya membulat melihat tangkai yang seperti daun seperti yang kakaknya maksud.

"Eng, eh ka, apa itu tanaman yang kau maksud?" ucapnya sambil menunjuk ke arah tanaman itu dan menoleh ke kakaknya.

"Hm," gumamnya, lalu menoleh ke arah adiknya.

"Eh itu? Ya benar itu tanaman nya."

"Kalau begitu langsung kita ambil saja," ucap Xian, lalu mereka berdua pun menghampiri tanaman itu dan mengambilnya lalu memasukkannya ke keranjang yang mereka bawa.

"Huh, baru 3, tanaman daun bercahaya, teratai bunga, dan tangkai surgawi, kita hanya membutuhkan tanaman seperti buah berry kalau tidak salah namanya..."

"Astron! Nama tanaman nya Astron," ucapnya sehingga membuat kakaknya terdiam mematung.

"Sudahlah, mari lanjut kita cari tanaman itu. Setauku, tanaman itu berada di dekat tebing dan gua," ucapnya lagi.

"Jingrui..." gumamnya lirih.

"Eh? Ka, kaa, ka Ming Yue," ucapnya sambil melihat Ming Yue yang terus bengong.

"E-eh iya, maaf, mari kita ke daerah dekat tebing," ucapnya.

Mereka pun pergi ke tepi tebing dekat gua yang ternyata cukup jauh dari tempat para saudarinya.

"Tidak ada di tepi, apa mungkin di dalam?" ucapnya.

"Eng, ka bagaimana kalau kita ke dalam gua? Mungkin di sana ada." ucapnya.

"Ya, mari..."

Mereka pun masuk ke dalam gua lalu menyusuri seluruh tempat, hingga mereka menemukan Astron di dekat batu di dalam gua itu.

"Inii." ucap mereka bersamaan lalu saling menatap. Dan mengangguk seperti memberi isyarat.

Mereka lalu melihat ke arah tanaman itu dan mengambilnya, lalu memasukkannya ke keranjang.

"Baiklah, sudah semua. Sekarang kita kembali," ucap Xian, lalu mereka pun keluar gua, dan menuju kembali.