Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Forget Me-Not

Hagiwara_Yuuki
--
chs / week
--
NOT RATINGS
49
Views
Synopsis
Aiko lebih menyukai buku karangan daripada koran, khayalan daripada isu kerajaan, dan kebebasan daripada aturan mengekang. Namun, kehadiran Jovian memberikan banyak perubahan. Dunia tidak seindah dugaan, tetapi tak pula seburuk bayangan. Mencoba memahami pandangan, kebencian Aiko menjelma penasaran; telah siap menerima segala masa kelam Jovian.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - She, The Sweet One.

ใ…คใ…คใ…ค๐‘ฒ๐’–๐’† mendesis di pemanggang. Wadah-wadah berderak heboh, dijejalkan ke tempat semula oleh Martha yang masih menggerutu perihal kemalasan Aiko. Satu jam penuh dihabiskan dan kemajuan paling kentara ialah bagaimana dia menuangkan adonan ke dalam cetakanโ€”meski meninggalkan jejak-jejak kental di permukaan lantai.

"Kau tahu? Seorang gadis akan tumbuh dewasa. Ada saat di mana kau tidur terlalu larut dan terbangun terlalu pagi karena memikirkan hari esok yang menggapai-gapaimuโ€”menuntut waktu, bahkan dirimu."

Aiko membalik halaman buku di depan wajah lantas mengusap-usap tepian sampul berwarna biru kehijauan. "Benar. Dan, berapa lama lagi menjadi dewasa dari angka enam belas?"

Martha terpejam. Setelah tahun demi tahun dijalani bersama, untuk menghadapi Aiko diperlukan kesabaran ekstra. ๐˜š๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฆ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ฎ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ด ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช? Pertanyaan Aiko tadi pagi dibalas dengan sederet nama-nama pelanggan pada buku catatan. ๐˜”๐˜ฎ๐˜ฎ, ... ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข? ๐˜ˆ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข ๐˜ค๐˜ฐ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ต? ๐˜๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ, komentarโ€”menyebalkanโ€”tak masuk akal berhasil diatasi di detik itu juga. Martha bersikap profesional lalu menunjuk sinar matahari di luar sana, ๐˜’๐˜ข๐˜ถ ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ค๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ? ๐˜š๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ, '๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ?

Namun, melihat tepung berhamburan, mendengar derit kursi yang diseret Aiko untuk mengambil gula bubuk di rak tertinggi, dan teriakan halus '๐˜ˆ๐˜ฉ!' setiap kali dia terantuk kaki meja sungguh membuat Martha sakit kepala. Andai Aiko masih berusia tiga atau lima, kegaduhan di dapur pasti selalu mengundang tawa.

"Sekarang. Jika kau adalah aku, ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ธ๐˜ข๐˜ด๐˜ข sudah terjadi sekitar enam tahun lalu," jawab Martha sembari memijat pelipis mengingat serangan-serangan di perbatasan. "Warga biasa ditodong senjata, anak-anak dibawa paksaโ€”tanpa belas kasih diperbudak dan disiksa. Mereka begitu semena-mena."

Aiko menurunkan buku. Perhatian si gadis telah teralihkan. Berbagai jenis bunga mendadak terlupakan dan tergantikan bayangan-bayangan masa kelam. Ayah Aiko mengabdi kepada negara. Kemampuan mengumpulkan informasi serta mencari-cari kelemahan lawan amat mengagumkan; diceritakan dengan baik oleh sang ibu di saat depresi melanda akibat percekcokan yang terjadi di antara mereka.

๐˜š๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ข-๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ข ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ถ๐˜จ๐˜ข๐˜ด; ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ข-๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ข๐˜จ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ข๐˜บ๐˜ข, "๐˜“๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต! ๐˜‹๐˜ช๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ด๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ด ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด. ๐˜‹๐˜ช๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ด๐˜ต๐˜ช ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข!" Aiko kecil mengangguk polos. Pikirnya, '๐˜ˆ๐˜บ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ด๐˜ต๐˜ช ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ณ๐˜ข๐˜ซ๐˜ข ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ!' Akan tetapi, ucapan setengah mabuk ibu tercinta menahan imajinasi kekanakan Aiko. ๐˜‹๐˜ช๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ. ๐˜‰๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต๐˜ชโ€”๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ข๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฑ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ, "๐˜ˆ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜จ๐˜ช๐˜ข?" ๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ช๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฃ๐˜ข, ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข, ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ๐˜จ๐˜ข. ๐˜”๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข. ๐˜’๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜จ๐˜ถ๐˜บ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ, "๐˜’๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ." ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ด๐˜ต๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข.

Martha mengelap bingkai jendela. Debu musim panas merupakan musuh yang paling menjengkelkan. "Aku hanya bingung mengapa mereka menyerah. Para bajingan sana, ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฎ ... tetangga kita dikenal sebagai pejuang-pejuang pembela keadilan. ๐˜œ๐˜ฑ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด๐˜ต๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ adalah alasan utama perang itu terjadi. Namun, kenapa orang-orang ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข dari pihak kita malah mendukung mereka?"

Buku di pangkuan nyaris terjatuh. Aiko memajukan badan, menciptakan suasana mencekam. "Untuk menggulingkan raja?"

Terjadi keheningan. Kain lap di tangan Martha tidak lagi bergerak. Dia menoleh dengan mata membelalakโ€”seolah baru saja mendengar vonis hukuman mati.

"Tidak mungkin."

"Mungkin saja, 'kan?"

"Tidak, Aiko. Hentikan."

"Bibi, mereka menyerah kemudian kasta dihapuskan. Apa Raja sebegitu baiknya agar perang berakhir? Apalagi, mereka memporak-porandakan negara kita."

Martha memijat pangkal hidung. Hari ini dia merasa tua dua kali. Bukan sakit di pinggang atau telapak kaki, melainkan pemikiran-pemikiran sembrono Aiko menuntun Martha pada keraguan cerita asli.

"Begini, Aiko. Pertama, itu sudah sangat lama. Kedua, tidak ada kasta dan perbatasan wilayah adalah keputusan bijak yang diambil Raja. Ketiga, baik kita atau pun mereka telah hidup bersama. Pemilik toko ikan di pasar berasal dari ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข, dan jika kau bertanya tentang perang itu, dia akan tersenyum; berterima kasih kepada para pahlawan serta Raja," jelas Martha seraya membuka pemanggang. "Demi kebebasan, apa saja berani mereka tukarkan."

"Pajak kita sangat tinggi, Bibi. Raja seperti mengambil keuntungan." Aiko berdiri di kursi, merentangkan tangan bagai seseorang berkedudukan penting. "๐˜’๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฉ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฑ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช. ๐˜’๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ต๐˜ฐ๐˜ฌ๐˜ฐ, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ-๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ. ๐˜•๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฏ, ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ช ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜™๐˜ข๐˜ซ๐˜ข!"

"Demi Tuhan, Aiko!"

Jari Martha terbakar. Dia buru-buru mematikan pemanggang lantas menyalakan keran air. Aiko melompat turunโ€”bukan untuk menolong Martha, melainkan memeriksa kue-kue di dalam loyang.

"Bibi, Aiko mau gula-gula!"

Telunjuk Martha tidak lagi meninggalkan bekas kemerahan. Buku bacaan Aiko harus dipilih ulang. Cerita-cerita karangan kadang kala meracuni pembaca; seorang puteri dan pangeran masih bisa diterima, tetapi kekuasaan serta tragedi perang dikhawatirkan akan membangun kecurigaanโ€”disamakan dengan kenyataan.

"Pukul empat nanti, Aiko. Kita juga kehabisan susu. Oh! Kau ingin daging? Aku dengar, daging domba dari peternakan Albert sangat enak!"

Aiko memungut buku di lantai kemudian mendekapnya bagai boneka, tapi Martha segera menyadari kebencian mendalam yang tersirat nyata melalui sorot mata.

"Mereka tidak pantas di sini. Tidak ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข."

Martha mengenal Aiko. Gadis bersinar nan lugu, kerap menyamai lukisan Yunani Kuno berlatarkan ๐˜›๐˜ข๐˜ณ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ด dengan tengkorak di mana-mana, dan dia duduk di tepi jurang sambil mengayunkan kakiโ€”menunduk, tersenyum, tak terusik sedikit pun.

Kue memenuhi nampan. Jika Martha menata seadanya, maka Aiko menyusun sedemikian rupa. Bagai meniti jalan tanpa kelokan, dia lurus memandang ke depan, tetapi menyempatkan diri untuk menepi; memetik bunga, membaui aroma.

"Hari Minggu ada pertunjukan sirkus di kota. Apa kau ingin pergi ke sana?"

Satu keping kue digigit perlahan. "Tidak mau. Banyak topeng menakutkan." Aiko menyingkirkan remah-remah pada meja. "Membahayakan nyawa agar orang-orang tertawa. Raja hutan pun dicambuk dan menderita."

Martha kehabisan kata-kata. Ucapan Aiko setajam pecahan kaca. Namun, itu adalah fakta. Gadis lain bersorak kagum ketika menyaksikan tipuan kartu atau lompatan di seutas tambang, sementara Aiko membisikkan di mana si pesulap menyembunyikan barang dan menebak-nebak apakah akan ada yang diterkam.

"Bibi paham. Aiko ingin sesuatu? Mungkin, Samantha berhasil merajut boneka atau syal berbunga."

Siluet wanita bungkuk, merayap dari kegelapan dan terbatuk, sudah cukup menjadi mimpi terburuk. Samantha berumur enam puluh lima, keriput, tua, tapi ketekunannya melebihi para remaja. Jika balita tersedak, panggil Samantha. Jika ada kucing tersesat, panggil Samantha. Jika putus cinta atau terguling dari kereta kuda, panggil Samantha pula.

Dipercaya. Serba bisa. Aiko hanya tak sanggup melihat setitik darah pada rajutannya.

"Bibi, jangan menghadiahi Samantha jarum lagi," pinta Aikoโ€”dianggap memelas dan membuat Martha gemas.

"Ayolah, Sayang. Kau tahu dia hidup sendirian, bukan? Terpisah dari dunia, anak tercinta, bahkan gereja. Oh, betapa menyedihkan." Martha berlagak nyaris ingin pingsan. "Samantha harus menjalani hari-hari yang menjemukan."

Keranjang kue disambar riang. Kecupan di kening Aiko mendarat tanpa persetujuan. Secepat kibasan sapu tangan pesulap, Martha telah lenyap. Ayunan pernak-pernik pada kunci pintu menandakan bahwa Martha bukanlah penyihir jahat.

โ…ก

Detak jarum jam menyamai gumaman. Aiko pernah menyaksikan seorang wanita berlari di bawah rintik hujan. Gaun diangkat oleh satu tangan, sementara lipatan koran menaungi kepala bermahkota bunga. Satu lompatan, Aiko menghindari genangan; dua hingga tiga lompatan, Aiko terjerembap menimpa rerumputanโ€”persamaan sempurna untuk sebuah undakan dan tumpukan pakaian.

Kamar Martha selalu berantakan. Bantal saling tindih di ranjang, sudut ruangan dikotori tumpahan minuman, bahkan lampu lupa dipadamkan. Kemarin, Aiko menemukan sepasang stoking. Sepanjang paha dan berenda-renda, tampak memalukan sekaligus elegan. Sesudah kue-kue diantarkan, sisa-sisa makanan dibuang, atau menjelang malam saat Aiko menimang-nimang boneka beruang yang diyakini sedang terserang demam, Martha mungkin mencumbu cerminโ€”mengelu-elukan kecantikan kemudian berkeluh kesah mengapa dia gagal menikah.

Tawa Aiko menggema. Membayangkan Martha tersipu di hadapan pendeta seolah mempersilakan seekor singa betina untuk memporak-porandakan seluruh rangkaian bunga. Sebelum melantangkan janji suci atau menyematkan cincin pada jari, Martha pasti menjeda acara; mempermasalahkan ekor gaun yang berkali-kali terinjak kaki.

"Bibi memang tidak boleh menikah." Aiko membelai pantulan wajah, puas memandangi coretan ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ค๐˜ฌ di kedua pipi.