Menatap indahnya bintang-bintang dilangit malam, dengan hembusan angin malam yang menyisiri kulitku.Dingin,nyaman itu yang kini kurasakan, terpaan angin mengenai wajahku.
"Mau sampai kapan begini?", batinku sembari menyesap kopi ditangan kananku.
Rasanya berat sekali menghadapi hari demi hari yang harusku lewati.
"Aku tak boleh menyerah, ini bukan diriku." ,kataku dengan penuh semangat, akan kuhadapi ini semua. Banyak orang yang harus ku banggakan, aku tak akan lemah hanya dengan satu masalah saja.
Senyumku kembali, semangat ku kembali ketika bayangan-banyangan wajah orang-orang yang kusayangi ada diatas langit pikiranku.
"Terimakasih Tuhan, engkau tak pernah meninggalkan ku walau sedetik saja." Aku tersenyum sembari masuk ke dalam kamarku.
Langkah demi langkah ku pergi ke dapur untuk meletakkan gelas kakiku, dan bergegas ke kamar mandi.
Dikamar mandi, menatap wajahku dipantulkan cermin membuat ku kembali tersenyum.
"Masa iya wanita semanis diriku kalah dengan masalah sepele seperti itu hehe." Ungkapku dengan tawa kecil. Akupun mengambil sikat gigi dan pasta gigi, ya ini kegiatan rutinku. Menggosok gigi dan mencuci muka sebelum tidur adalah hal wajib yang kulakukan setiap malam.
Selesai sudah aktivitas hari ini, mari memanjakan tubuh ini di kasur yang sangat nyaman ini.
Brukk
Aku menghempaskan tubuh ku di tempat tidur, dan bersiap diri untuk tidur.
"Selamat malam dunia, selamat beristirahat tubuhku" kataku sebelum memejamkan mata.
Skip
Kringggg kringggg
Bunyi alarm membangunkanku, tanganku meraih alarm untuk melihat pukul berapa sekarang.
"Hoammm," jujur aku masih mengantuk sekali
Melihat alarm kesayanganku menunjukkan pukul 04.45 pagi, aku mengumpulkan nyawa sembari turun dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi.
Aku mengambil wudhu dan menunaikan sholat subuh terlebih dahulu, setelah selesai sholat aku pun kembali ke tempat tidur dan melihat ponselku.
25 pesan dari asisten pribadiku, dan 10 pesan dari sahabatku yang belum terbaca olehku.
"Aihhh banyak sekali Fang mengirim pesan padaku" aku membaca pesannya dari atas sampai bawah, ternyata ada meeting pagi nanti. Ya Fang itu nama asisten pribadiku sekaligus tangan kananku. Sikap nya yang tegas dan bertanggung jawab membuat diriku merekrutnya sebagai orang kepercayaan ku.
"Ayok ketemuan" salah satu dari 10 pesan dari sahabatku mengajak untuk bertemu. Ku balas "kapan?", sudah lama tidak bertemu dengan teman-teman.
"Bagaimana jam 2 siang nanti?" , tanyanya digrub.
"Boleh, dimana?", tanyaku dengan penuh ceria
"Di tempat biasa saja", ujarnya
Ya aku memilik 3 sahabat sedari aku kuliah, dulu waktu kuliah selalu kemana-mana bersama, healing bersama, izin tidak masuk kelas pun bersama-sama.
"Baiklah, sampai bertemu nanti" ujarku seraya mematikan ponselku.
Aku membuka laptop seraya memastikan materi untuk meeting nanti sudah sempurna.
Drrrtttt Drrrttttt
Ponselku berbunyi,
"Iya, ada apa Fang?" Ya yang menelponku adalah Fang yang tidak lain asistenku.
"Selamat pagi Nona, saya hanya memastikan apakah meeting nanti Anda datang atau saya saja yang menggantikan Nona?", tanyanya memastikan aku bersedia datang atau tidak.
"Ya nanti saya datang, kamu ikut saya sekalian.", jawabku dengan tegas.
"Baik Nona" akupun mengakhiri telpon itu, masih ada waktu untuk bersiap. Aku berjalan menuju dapur.
"Satu kopi panas di pagi hari untuk menambah semangatku" ujarku sambil menyeduh kopi. Aku sangat suka dengan kopi, entah berapa gelas habis disetiap harinya.
"Ahh nikmat sekali" menghirup aroma kopi membuat perasaan lebih tenang di pagi hari.
---
Aku menikmati kopi hangatku sambil memandangi langit pagi dari balik jendela dapur. Warna jingga yang mulai memudar memberi tanda bahwa hari baru telah tiba. Perlahan, pikiranku mulai memutar kembali agenda hari ini. Meeting pagi, lalu bertemu sahabat-sahabatku siang nanti. Rasanya sudah lama sekali tidak tertawa lepas bersama mereka.
Setelah menyeruput kopi terakhirku, aku beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Air hangat menyentuh kulitku, mengusir sisa kantuk yang masih tersisa. Di cermin, aku menatap bayangan wajahku yang sedikit basah. Aku tersenyum lagi, mencoba memberikan semangat untuk diri sendiri. Hari ini akan baik-baik saja, pikirku.
Selesai berdandan dengan tampilan formal namun tetap sederhana, aku mengambil tas kerjaku. "Fang pasti sudah siap di bawah," gumamku sambil menuruni tangga. Benar saja, Fang sudah menungguku dengan rapi di samping mobil.
"Selamat pagi, Nona. Apakah kita langsung menuju kantor?" tanyanya sopan.
"Ya, langsung saja," jawabku sambil masuk ke dalam mobil.
Sepanjang perjalanan, Fang membicarakan poin-poin penting untuk meeting pagi ini. Kadang aku heran dengan dirinya yang selalu terstruktur dan terorganisir. Di tengah keseriusan kami, tiba-tiba ponselku bergetar. Pesan dari salah satu sahabatku masuk.
"Jangan lupa nanti jam 2 ya, kita sudah kangen!"
Aku terkekeh kecil, membayangkan bagaimana pertemuan nanti. Sahabat-sahabatku adalah orang-orang yang selalu bisa membuatku tertawa, meski sedang di titik terendah sekalipun.
Mobil berhenti di depan gedung kantor. Aku dan Fang turun, berjalan cepat memasuki ruang meeting. Beberapa rekan kerja sudah duduk di sana, terlihat serius dengan berkas-berkas di depan mereka. Meeting pun dimulai, dan suasana berubah menjadi tegang. Diskusi hangat, presentasi data, hingga beberapa perdebatan kecil berlangsung selama hampir dua jam.
Ketika meeting selesai, aku menghela napas lega. Rasanya seperti melewati satu rintangan besar di pagi ini. Fang menatapku, mengangguk kecil tanda apresiasi.
"Kerja bagus, Fang," ucapku sambil menepuk bahunya ringan.
"Terima kasih, Nona. Tanpa Anda, presentasi tadi tidak akan berjalan sebaik itu," jawabnya sopan.
Waktu menunjukkan pukul 12.30. Aku menyempatkan diri untuk makan siang ringan di kantin kantor. Sepiring salad dan segelas air mineral cukup untuk mengganjal perut sebelum pertemuan dengan sahabat-sahabatku.
Pukul 13.45, aku sudah berada di tempat biasa kami berkumpul. Kafe kecil dengan dekorasi vintage yang memiliki kenangan tersendiri bagi kami. Aroma kopi yang khas langsung menyeruak ketika aku masuk. Mataku mencari-cari, hingga akhirnya aku melihat mereka sudah duduk di sudut ruangan, melambaikan tangan ke arahku.
"Hei! Lama banget nggak ketemu!" seru Lia, sahabatku yang paling cerewet.
Aku tertawa, memeluk mereka satu per satu. Ada Lia, Mita, dan Rina. Wajah-wajah yang selama ini selalu ada di sisiku, baik saat senang maupun sulit.
Obrolan pun mengalir begitu saja. Kami saling bercerita tentang pekerjaan, keluarga, hingga kenangan masa kuliah yang selalu berhasil membuat kami tertawa. Aku menceritakan sedikit tentang meeting pagi tadi dan bagaimana Fang selalu menjadi penyelamatku.
"Wah, Fang itu kayaknya sayang banget sama kamu, ya?" goda Mita sambil tersenyum penuh arti.
"Halah, dia tuh memang profesional aja," balasku, pura-pura acuh.
"Ciee, siapa tahu kan beneran," sambung Rina menggoda.
Aku hanya terkekeh menanggapinya. Fang memang asisten pribadi dan tangan kananku, tapi rasanya hubungan kami tidak lebih dari itu. Meski begitu, ada perasaan nyaman ketika bekerja sama dengannya. Ya tentu saja perasaan nyaman karena sudah sejak remaja kita bersama.
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Jam sudah menunjukkan pukul 16.30, tanda bahwa kami harus berpisah. Satu per satu kami berpelukan, berjanji untuk segera bertemu lagi. Rasanya seperti mengisi ulang energi yang sempat terkuras.
Ketika perjalanan pulang, aku kembali memikirkan hari ini. Pertemuan dengan sahabat-sahabatku memberi kekuatan baru bagiku. Rasanya masalah-masalah yang kemarin terasa berat, kini menjadi lebih ringan.
Setibanya di rumah, aku langsung mengganti pakaian dan membersihkan wajah. Rasa lelah mulai menghampiri, namun hati terasa lebih hangat. Di atas tempat tidur, aku merebahkan diri. Perlahan, mataku terpejam sambil memikirkan betapa bersyukurnya aku memiliki orang-orang yang peduli dan menyayangiku.
"Terima kasih, Tuhan, untuk hari yang menyenangkan ini," bisikku pelan sebelum akhirnya tertidur.
---