"Tianling, bersikap baiklah, biarkan dokter memberimu suntikan!" Pria tua itu menegur dengan wajah serius, tahu bahwa menggurui dia adalah sia-sia, tapi masih merasa perlu untuk menegurnya.
"Keluar! Semuanya keluar!" Ruan Tianling tiba-tiba duduk, rambutnya acak-acakan, matanya merah darah dan pandangannya mengancam. Itu sungguh pemandangan yang menakutkan.
Pipi pria tua itu berkedut, jenggotnya gemetar. "Anak tak tahu aturan, aku ini kakekmu. Apakah kamu juga berani menyuruh aku pergi?"
"Jika kau tidak mau pergi, maka aku yang akan pergi!" Dia mencoba bangun sambil berbicara. Dia hanya memakai celana katun putih, berdiri tanpa alas kaki di lantai yang dingin bagai es. Apakah dia mencoba mengakhiri hidupnya?
Ruan Anguo segera meraihnya untuk menghentikan dia, "Baiklah, baiklah. Kami akan pergi. Kamu harus menutupi dirimu dengan selimut dan tidur. Kamu dengar aku?"
Baru kemudian Ruan Tianling duduk kembali di tempat tidurnya, diam, seolah-olah setuju.