Adeline masih belum yakin apa masalahnya, tapi dia menjawab, jujur, "Saya bertemu dengan Roman."
"Dia bilang ingin bicara dengan saya." Dia mulai mengetuk dagunya seolah sedang berpikir. "Sebenarnya tidak terlalu penting, tetapi dia ingin berbicara dengan saya tentang-"
"Jangan berani-berani menyebut nama pria lain seperti itu." Caesar memalingkan kepalanya, menatapnya tajam.
"Hah?" Adeline menarik kepalanya ke belakang, terkejut. Ekspresinya perlahan berubah menjadi kerutan ketidakpercayaan. "Saya hanya mencoba memberitahu Anda di mana saya berada dan apa yang saya lakukan! Saya sedang bersama Roman di kedai kopi. Anda yang bertanya."
Caesar sudah berada di depannya dalam sekejap mata, pupilnya berkerut dengan senyum paksa yang muncul di wajahnya.
Dia merasa merinding merayap di kulitnya saat itu, dan dia perlahan mengangkat kepalanya untuk melihat sosoknya yang menjulang tinggi.
"A-apa?"
