Adeline menggelengkan matanya.
"Setidaknya kau tidak sebodoh yang kubayangkan. Kau telah berkembang. Kerja bagus, nak besar."
Dimitri membanting tangannya ke meja dan menangkap dagunya. "Kau terlalu banyak bicara untuk seleraku, dan tahu apa yang paling buruk? Kau berada dalam situasi yang mengerikan ini, dan aku hanya tidak tahu apa yang bisa aku lakukan padamu."
Dia menatapnya dengan marah karena cara dia menyeringai sebagai respons atas kata-katanya. Dia sama sekali tidak takut padanya. "Adeline, kau benar-benar tidak tahu betapa inginnya aku untuk menidurimu."
"Oh, aku tahu." Adeline terkekeh pelan. "Aku hanya tidak akan membiarkanmu, dan harga dirimu tidak akan membiarkanmu menyerah juga."
"Mulutmu masih sepedas dulu." Dimitri mengerutkan kening. Perlahan, dia condong ke depan, mencium lembut lehernya. "Aku masih bisa melakukannya jika aku mau. Sudahkah kau lupa bahwa kau berada di telapak tanganku sekarang?"
Jantung Adeline berdebar, dan dia tampak menelan.