```
"Mau boleh?" Dia bertanya, mengulurkan tangannya dan membungkukkan kepalanya sambil tangan lainnya di belakang pinggangnya.
Dia mengenakan pakaian berkuda, pedangnya terikat di pinggang, tersarung. Mauve berpikir itu adalah pedang yang besar. Dia tidak mengenakan baju zirah yang bisa dia lihat.
Rambut di dahinya jatuh ke depan ketika dia membungkukkan kepalanya, yang cukup panjang hingga bahu. Untuk sesaat dia memiliki kilasan kenangan.
"Tentu saja," katanya dengan senyum mencoba meniru antusiasmenya tetapi gagal.
Dia meletakkan tangan kanannya di telapak tangannya yang terbuka dan dia menerima dengan anggun. Sebelum dia menyadari apa yang dia lakukan, dia mencium punggung tangannya.
Mauve merona saat bibir hangatnya menyentuh kulitnya. Dia segera menjauh, melepaskan tangannya. Tangan nya jatuh ke samping, terasa sedikit berat.
Dia berjalan melewatinya dan mengambil tas di atas meja. "Silakan dahulu," katanya, mengisyaratkan ke pintu yang terbuka.
