Tantenya menjadi sangat ketakutan hingga wajahnya pucat pasi, dan rasa takut membanjiri seluruh tubuhnya.
Keluarga mereka hanya memiliki satu pewaris selama tiga generasi, dan dia adalah anak yang tersisa satu-satunya.
Saat itu, pikiran tantenya dipenuhi dengan kesediaan untuk memberikan nyawanya demi melindungi anak tersebut. Jika harus memilih salah satu nyawa, nyawanya sudah terjalani dengan baik selama enampuluh tahun.
Namun anak tersebut baru berusia tiga tahun, dia belum sempat melihat dunia dengan jelas.
Dengan pikiran itu, tantenya merasakan kekuatan mengalir ke seluruh tubuhnya. Melihat truk pengaduk beton yang melaju kencang ke arah mereka, ia melompat tanpa ragu, melindungi anak di bawahnya dan kemudian, dengan segenap tenaganya, mendorong anak itu ke arah area aman di samping mereka.
Seluruh proses terjadi dalam satu gerakan yang lancar.
Setelah anak itu didorong ke tempat yang aman, tantenya menyadari sudah terlambat untuk menghindar dari truk pengaduk beton.