Aku menatap dua pria di hadapanku, mataku berkaca-kaca dari ekstasi yang baru saja kualami. Aku tidak bisa membaca pandangan yang terlukis di antara Travis dan Caleb, tapi aku tahu apapun yang mereka pikirkan, aku lebih dari bersedia.
Semua yang ingin kulakukan adalah menyerah pada pasanganku. Baik tikus saya maupun aku mendambakan perasaan itu, meskipun bagian manusia dari otakku menentangku. Aku tidak ingin menjadi wanita yang kuat dan mandiri sekarang. Itu bisa datang nanti.
Sekarang ini, aku akan menikmati antisipasi yang terasa kental di udara, denyut hasrat yang bergetar di bawah permukaan. Aku bisa merasakan tatapan dari sisa pasanganku, matanya seakan membakar lubang di beberapa bagian dagingku yang terbuka.
"Jadi?" tanyaku, rasa percaya diriku mulai goyah semakin lama Travis dan Caleb menahan diri. Aku meraih ke arah Caleb, jemariku melintasi dada telanjangnya. "Kalian menunggu apa?"