Yuri merasakan denyutan lembut di kepalanya. Dengan gumaman pelan, ia menarik kembali kekuatan psikisnya.
Tuss, yang telah mengawasi dia dengan seksama, terkejut. Ia berhasil mendekatinya, mencegahnya dari jatuh.
Yuri bersandar di bahu Tuss, bergumam, "Rasanya seperti kepala saya akan meledak."
Tuss merasakan gelombang frustasi. Pertama, dia harus menangani enam belas alpha yang mengamuk, dan sekarang dia harus menenangkan alpha ini yang Laut Kesadarannya hampir mencapai puncak kekacauan. Dengan beban kerja yang berat, akan aneh jika dia tidak mengalami sakit kepala.
"Ingin saya pijat?" tanya Tuss.
Yuri menggumamkan jawaban, sebuah penerimaan implisit.
Tuss meletakkan kepala Yuri di sandaran tangan sofa, jari-jari lentiknya menekan pelipisnya dan perlahan memijatnya.
Momen intim mereka membuat Rei dan yang lainnya terdiam. Sekarang mereka benar-benar bertanya-tanya tentang hubungan antara keduanya.
