Dengan teriakan kepada rekannya yang lebih muda, Elf yang lebih tua itu menyerangku, mengabaikan embun yang memadat di baju besinya saat ia semakin dekat.
Belatinya memancarkan warna hijau pucat, dan aku mengatupkan gigi saat merasakan Quintus datang dari belakang, kedua Elf itu menjepitku di antara mereka...
Dan banyaknya tentara yang masih menerjang ke depan, efektif menjepitku di tengah wilayah kekuasaanku.
Mataku berkedip-kedip mengelilingi medan pertempuran, dan aku putar tubuh dengan tegas mengincar Quintus, ingin mengurangi banyaknya variabel yang harus aku khawatirkan di sekelilingku.
Dia tidak menduga aku akan mengalihkan fokus padanya, tetapi Elf tersebut tidak tergoyahkan, malah hanya mengangkat belatinya yang dibalut sihir angin dan terjun maju, kedua mata pisau terarah ke dada ku.
Mengangkat belati lebar di tangan kananku, aku menunggu saat kami bertabrakan, sebelum mengaktifkan perisai dan mendengus.