Setelah beberapa porsi sperma panas Jahi di kereta, kami menemukan diri kami bernyanyi putus asa satu sama lain saat kami berjalan lunglai ke dalam rumah, menuju kamar kami.
Lidah Jahi dengan putus asa berkelahi dengan lidahku, tangannya di pantatku sambil ia membimbingku menuju kamar kami.
Beberapa pelayan melihat kami di jalan, hanya untuk memerah sebelum berpaling dari pemandangan Jahi yang menggelayuti tubuhku, bibirnya terkunci pada bibirku.
Merasa ia membuka sebuah pintu di belakangku, aku membuka mataku dan melihat tempat tidur yang akrab di kamar kami, mandi dalam cahaya redup bulan.
Melemparkan aku ke tempat tidur, Jahi menggigit bibirnya sambil ia dengan cepat membuka kancing bajunya, melepasnya dan memperlihatkan payudaranya yang besar.
Saat ia mulai membuka celananya aku melemparkan gaunku dan pakaian dalamku, menonton dengan nafas tertahan saat ia akhirnya berhasil melepas celananya.