```
Dengan sebuah lambaian tangan, asap di atas panggung berhembus, menyingkap seorang wanita tua yang tinggi dan kurus.
Rambut abu-abunya yang panjang dan mengalir diikat dengan kepang longgar, tergelantung di bahunya.
Yang mencuat dari rambutnya adalah dua telinga segitiga, yang sedikit bergerak-gerak saat dia memperhatikan para siswa yang berkumpul dengan mata abu-abu penuh rasa ingin tahu.
Di pipinya yang kurus terdapat tiga bulu kumis, dan mereka bergetar sedikit saat dia mengerutkan hidung, mencium udara.
Matanya penuh kerutan, dan kulitnya telah mengalami banyak cuaca.
Berbalut jubah tebal, wanita itu, Weskalan Nekonama, tampak sepenuhnya bagian dari seorang sarjana tua, dengan sebuah tome raksasa di satu tangan, yang ikatannya terbuat dari kulit yang direntangkan.
Melangkah ke podium, Weskalan batuk, meletakkan tomennya di podium sebelum menggunakan podium itu untuk menyangga dirinya.