Saya terbangun dengan rasa sakit dan memar, setiap bekas cambuk adalah bukti dari malam yang melelahkan yang telah Nyonya saya, Jahi, lewati bersamaku.
Setiap bekas cambuk terasa indah saat saya mendesah dan bangun, rasa sakit sudah membuat saya sedikit terbawa suasana saat sensasi panas melaju melalui tubuh saya.
Berbaring di samping saya adalah wanita yang telah mencambuk saya sampai aku pingsan, dan matanya yang seperti amethyst dipenuhi kebanggaan, nafsu, dan sedikit kekhawatiran.
Menempelkan diri ke dada wanita tersebut, saya mendekap erat tubuh kekarnya dan hampir mendengkur saat ia mulai mengelus telinga saya, kenyamanan yang ia berikan setelah sesi yang panjang dan bersemangat itu meredakan sakit dan nyeri sejati saya.