Hari ke Dua Puluh Dua...
~~*****~~
Abigail menunggu dia mengulangi kata-katanya. Namun Nathan tetap diam, alisnya berkerut dalam kecemasan dalam.
"Apakah kamu marah lagi? Kalau begitu tinggalkan saya sendiri. Saya tidak akan mengganggu Anda, jadi jangan ganggu saya." Abigail hendak menutup pintu namun Nathan bergerak cepat, melangkah maju satu langkah untuk menghentikan pintu dari tertutup.
"Argh!" Dia mendengus, membuat Abigail terkejut.
Dia tidak menyangka bahwa Nathan akan mencoba menghalangi pintu dengan kakinya sendiri. Dia secara refleks membuka pintu dan melihat ke bawah untuk melihat apakah kakinya terluka.
Nathan tersenyum dalam hati ketika dia melihat ekspresi khawatir di wajahnya. Namun, ketika Abigail menatap ke atas, ekspresinya kembali dingin seperti biasa.
"Ini salahmu karena mengulurkan kakimu." Abigail mengangkat alisnya saat menyalahkan Nathan karena melukai kakinya sendiri.