Hari Dua Puluh Delapan…
~~*****~~
Nathan kehilangan kata-kata. Meski dia sudah menduga adanya koneksi antara Stephen dan Phantomflake, mendengarnya dari mulut sahabatnya terasa aneh.
Dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Dia membenci Phantomflake namun Stephen adalah sahabatnya. Nathan menutup mata dengan keras dan menarik napas dalam-dalam. Dia perlu menenangkan diri.
Alih-alih menghakimi Stephen, dia harus mendengarkan ceritanya, agar dia bisa mengerti mengapa Stephen ingin melindungi Phantomflake.
Apapun ceritanya, dia tidak akan dipengaruhi oleh sahabatnya. Kebenciannya pada Phantomflake tidak akan berubah karena dialah yang membunuh wanita yang dicintainya.
"Bagaimana kamu mengenalnya?" tanya Nathan dingin kepada Stephen, matanya tajam menatapnya.
Stephen menghela napas dalam-dalam. "Itu sebuah pertemuan kebetulan… lima tahun yang lalu. Saya bertemu dengannya di luar negeri… saat dia menyelamatkan hidup saya dari gangster tersebut."
