Setengah jam kemudian, mata pria itu berbinar ketika ia melihat retakan-retakan pada tanah kering perlahan menghilang. Kini di depannya terhampar sebidang tanah subur yang cukup bagus untuk bertanam. Istrinya, yang berdiri di sampingnya, juga menyaksikan keajaiban yang baru saja terjadi.
Ketika mereka kembali sadar, pasangan itu memperhatikan warga desa di ladang saling berpelukan, menangis bahagia sambil meraih tanah subur, dan berlutut untuk berterima kasih kepada dewa-dewa. Mereka saling pandang sejenak, dan harapan yang telah lama hilang perlahan muncul kembali di mata mereka.
Pria itu menggenggam tangannya erat dan berkata, "Ayo kita pergi dan memohon kepada Guru Yang Terhormat untuk menyelamatkan desa kita."
Istrinya mengangguk dan pasangan itu bergegas kembali ke Desa Mei Hua bersama putri kecil mereka, takut jika mereka terlambat, penduduk desa lain akan meminta bantuan dari Guru Yang Terhormat lebih dulu daripada mereka.
