Setelah banyak keributan dan omelan dari Amarein, kami akhirnya duduk dengan tenang di sekeliling ruangan. Amarein memimpin aku untuk duduk di salah satu kursi yang nyaman sementara Kepala Suku yang lain duduk di sekitarku.
Kepala Suku dari suku Alnin, ibu Amarein, duduk di kursi di sebelahku, memegang tanganku dengan kedua tangannya. Mata hijaunya yang dalam berkilau, dan aku bahkan curiga ada lapisan air mata di sana.
"Amarein itu nakal," dia mendesah. "Bagaimana bisa dia membuat kita tidak bisa melihatmu."
Keluhan dan rintihan yang sama bisa didengar dari Kepala Suku lainnya, yang kebanyakan adalah druid paruh baya. Rupanya, Amarein menyuruh mereka untuk tetap di tempat dan jangan pernah mendekati rumahnya. Betapa berkuasanya, bisa menyuruh semua Kepala Suku ini mengikuti perintahnya.
Dan sekarang, Amarein hanya tersenyum santai dari sisi lainku sambil menyesap teh yang disajikan untuk menemani 'percakapan' kami, entah percakapan apa itu.
