```
Bagaimana... dia bisa mengatakannya dengan begitu tenang? Secara acuh tak acuh?
Aku menatap mata hijau yang terlihat seperti kolam yang tenang. Tidak ada riak, tidak ada pergeseran. Terasa mengerikan dan sedih dalam waktu yang bersamaan.
"Apa..."
Aku mencoba membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi rasanya tenggorokanku tersumbat oleh gumpalan arang panas. Sementara aku hanya menatapnya dengan bingung, dia miringkan kepalanya dan tiba-tiba mengulurkan tangan untuk mengelus kepalaku.
Hah? Aku berkedip dan mengangkat alisku bingung. "Kamu terlihat gelisah. Ayah biasa melakukan ini pada anak-anak di gereja."
