Pemandangan sunyi membentang sejauh mata memandang, sebuah ranah yang hancur oleh pertempuran tanpa henti, tarian darah dan nyala api perang. Tanah, yang dulu hijau dan penuh kehidupan kini menjadi hangus dan layu, berserakan dengan mayat tak terhitung jumlahnya, baik manusia maupun binatang.
Bau darah menggantung berat di udara, pengingat akan pertarungan dan kekerasan yang masih berlanjut.
Sejauh mata memandang sampai ke cakrawala, mayat-mayat memenuhi tanah.
Terlepas dari pengingat mengerikan tersebut, suara pertempuran terus bergema. Simfoni pedang yang saling beradu, raungan putus asa, dan ledakan dari kemampuan Sigil. Tanah itu sendiri bergetar responsif pada pertempuran saat setiap benturan meninggalkan bekas pada ranah yang penuh luka.
Di atas lautan perang, bulan terlihat lebih dekat dari biasanya. Cahaya merahnya memancarkan sinar misterius pada medan pertempuran seolah-olah adalah mata raksasa yang tak berkedip, menyaksikan kekejaman di bawahnya.
*BANG!!!