"Tidak apa-apa. Tidak apa-apa. Semuanya akan berlalu." Tristan memeluk Hazel dengan erat dan mengelus rambutnya untuk menenangkannya.
Hazel terisak, mengeluarkan tangisan yang menyayat hati.
Ini adalah kali pertama Hazel menjadi begitu histeris di depan Tristan. Dia telah sepenuhnya kehilangan kendali atas emosinya.
Hati Tristan semakin terasa sakit, dan matanya juga memerah. "Menangislah jika kamu ingin menangis. Kamu akan merasa lebih baik jika kamu menangis."
"Mama…" Arthur juga terkejut setengah mati dan hanya bisa melihat dengan tidak berdaya.
"Bawa Arthur pulang. Jangan menakutinya. Aku akan tinggal di sini dengan Hazel."
"Baik, Pak Woods!"
Arthur juga mulai menangis. "Mama, jangan menangis. Jangan sedih."
Tristan dengan cepat menghibur Arthur. "Arthur, jadilah baik. Pulang dulu dengan pengasuh. Aku akan tinggal dengan Mama, ya?"
"Baik." Arthur mengangguk patuh.
Kemudian pengasuh membawa Arthur dan mengambil taksi pulang.