Evangeline memandang kuburan dengan penyesalan. Setelah ia meninggalkan rumah, ia tidak akan bisa bertemu ayahnya dalam waktu yang lama. Tidak! Ia akan merebut semuanya kembali lebih awal.
Matanya berkobar dengan tekad baru dan memindai sekitarnya.
"Harold tidak datang?" Dia terkejut. Dia pikir Harold akan membuat kesepakatan ini tetapi dia malah mengirim Elene? Bukankah dia bilang bahwa dia juga menggunakan Elene? Atau apakah dia berbohong? Kalau soal Harold, dia tidak percaya satu katapun yang keluar dari mulutnya.
"Kenapa? Kamu mencarinya? Apa pentingnya itu? Bukankah kita akan pulang bersama?" Elene berbisik lembut sambil tertawa kecil. "Aku terkesan, saudari. Kamu benar-benar cepat menemukan pria untuk membuat suamimu cemburu." Elene mendekat saat Even tidak bergerak dan berjalan mengelilinginya.
"Tapi, tidakkah kamu pikir memilih adipati terkutuk itu terlalu berlebihan? Dia begitu putus asa mencari wanita hingga aku dengar pembantunya menawarkan kekayaan besar kepada aristokrat yang jatuh. Dasarnya dia mencoba membeli seorang wanita, saudari. Kamu kira dia akan membiarkanmu pergi setelah kamu masuk ke sarangnya?" Elene menggelengkan kepalanya dengan tatapan kasihan di matanya.
Tapi di dalam hati, dia sedang mengamuk. Dia pikir Evangeline akan marah atau membuat keributan atau dia akan hancur. Tapi wanita itu berdiri di sana dengan dingin seolah mereka tidak sedang membicarakan dirinya. Mata kosongnya tak menunjukkan emosi apapun.
"Katakan, apakah dia juga binatang di tempat tidur seperti Harold?" Elene mendekat dan berbisik di telinga Evangeline, "oh.. Tapi kamu tidak punya pengalaman yang baik dengan Harold untuk dibandingkan." Elene menutup mulutnya dengan tangan kirinya dan tertawa kecil seolah itu lelucon pribadinya.
"Tapi jangan khawatir saudari, jika kamu berbagi pengalamanmu, aku akan membandingkannya dengan Harold untukmu. Dan memberimu jawaban yang sempurna. Katakan, akhirnya kamu menikmati seks?" Elene mengacu pada malam ketika Harold memaksanya. Gadis muda itu tahu tentang itu, memulainya dan sekarang dia punya keberanian untuk menghina dia tentang itu. Betapa butanya dia tidak menyadari kejahatan saudarinya itu.
"Elene, aku tidak di sini untuk membual padamu tentang malamku. Aku di sini untuk kesepakatan bisnis. Jika Harold tidak punya waktu untuk bertemu denganku, aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku di sini." Dia berbalik untuk pergi namun ksatria-ksatria itu menghalangi jalannya.
Enam ksatria telah menutupi pintu masuk pemakaman. Matanya menyipit. Dia mengenal mereka. Mereka adalah ksatria keluarganya, dia tumbuh di antara mereka dan sekarang mereka... berdiri melawannya.
"Tuan James." dia menatap pria itu, "apakah Anda akan menghentikan saya untuk pergi?" suaranya memiliki sedikit rasa kekecewaan yang membuat pria itu menggigil.
Dia menundukkan kepalanya dan menjawab dengan suara sedih, "ini hanya untuk kesejahteraanmu, nyonya. Adipati terkutuk itu adalah binatang. Saya tidak dapat membiarkanmu menyakiti dirimu sendiri karena kamu memiliki masalah pernikahan. Ini hanya menunjukkan kesetiaanku padamu, nyonya." masalah pernikahan? Ha! Sebuah tawa kering terlepas dari bibirnya saat dia menatap mereka dengan tidak percaya.
"Definisi kesetiaanmu sangat terpilin, Tuan James. Terakhir kupikir, kesetiaan berarti mengikuti perintah tuanmu tanpa pertanyaan." dia menatap pria tersebut dengan ejekan tetapi dia tidak bergerak. Dia tidak membiarkan dia pergi. Dia hanya makin menunduk seolah dia takut untuk bertemu mata dengan dia saat dia merasa ada tangan di bahunya.
"Saudari.. Saudari! Kamu membuat pria itu dalam posisi sulit. Tentu saja, dia ingin mengikutimu tapi pria waras manakah yang akan membiarkanmu kembali ke rumah adipati. Sejujurnya, aku tidak keberatan jika kamu melakukan itu. Tapi… Harold ingin kamu kembali ke istana. Jadi ikutlah denganku." Dia memegang tangan Evan dengan erat dan mencoba menariknya. Evan telah sakit setelah kematian ayah mereka. Dia melewatkan begitu banyak makanan dan menderita begitu banyak sehingga Elene yakin itu akan menjadi tugas yang mudah.
Rencana akan berjalan dengan sempurna tetapi Evangeline tidak bergeming sedikitpun. Elene mengerutkan kening dan terpaksa mencoba lagi. Dia tidak bisa meminta bantuan ksatria atau rencananya akan gagal.
"Evangeline, apakah kamu benar-benar ingin pergi sebegitu desperatnya hingga kamu ingin berkelahi denganku?" dia mengerutkan kening saat Evan mengangkat alisnya.
"Lepaskan aku!" dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya dengan saudarinya yang bodoh itu. "Dan beri tahu kekasihmu, jika dia ingin bicara denganku, temui aku di tanah milik count besok. Aku akan menunggunya di tempat yang sama pada waktu yang sama." Dia berbalik untuk pergi namun Elene tidak bisa menerimanya.
Dia memegang gaun Evan dan menariknya keras. Sebelum Evan bisa bereaksi, gaunnya robek dan matanya terbelalak.
"Apa yang kamu lakukan?" dia memegang tangan Elene dengan erat dan berteriak saat Elene tersenyum. Namun matanya tergenang air mata seolah dia telah menderita ketidakadilan yang besar.
"Oh saudari, mengapa kamu harus menyakitiku? Aku tahu bahwa kamu tidak menyukai aku atau ibuku. Tapi kami selalu hidup seperti hantu. Tolong jangan bunuh aku, saudari. Aku berjanji aku akan meninggalkan istana ini. Aku akan hidup begitu jauh sehingga kamu tidak akan pernah mendengar tentang kami lagi. Tapi tolong.. Tolong saudari." Elene menampar dirinya sendiri sehingga bibirnya berdarah. Mata Evangeline melebar saat dia melihat sekeliling.
"Ini adalah perangkap. Kamu.. Apa yang kamu rencanakan?" tapi sudah terlambat. Elene tersenyum jahat saat dia mengeluarkan belati dan menggunakannya untuk menusuk dirinya sendiri, membuat Evan menjerit.
"Tolong.. Jangan bunuh aku saudari. Aku akan menjadi baik-baik saja." Elene jatuh ke tanah dan Evan berjongkok di sampingnya, memeganginya. Dia sedang berjuang untuk memutuskan apakah dia harus mencabut belati itu atau membiarkannya ketika dia mendengar suara langkah kaki.. Beberapa dari mereka. Dia berbalik untuk meminta bantuan saat matanya melebar sekali lagi.
"Wanita jahat. Apa yang telah kamu lakukan padanya?"