"Aku mau.. Tentu saja, aku mau." dia merasa malu karena kegembiraan dalam suaranya, jadi dia mengangkat suaranya, "maksudku… itu adalah syarat pertama pernikahan kita kan." Damien mengangguk. Tangannya perlahan melonggar di kulitnya, tapi dia tidak menggerakkannya.
Tiba-tiba saja dia begitu sadar akan panas yang menyebar di seluruh tubuhnya dari sentuhan itu. Mulutnya kering ketika dia menatap lurus ke mata Damien dan mengangkat suara.
"Jadi... apakah kita akan mencobanya?" tangannya perlahan menelusuri kulitnya dan matanya terpejam. Sentuhan kecil itu cukup untuk melelehkannya. Pembantu-pembantu yang berdiri lebih dekat jikalau tuan mulia memarahi nyonya dan dia membutuhkan bantuan mereka terkejut melihat kemajuan yang tiba-tiba. Mereka menutup pintu dan lari untuk mencegah pembantu dapur masuk ke ruangan itu.
Pintu itu dijaga ketat oleh mereka dengan mata yang menyala-nyala.
