Mendengar langkah kaki yang mendekat, Amalia mengangkat kepalanya dan melihat dua orang anak laki-laki berdiri di depannya.
Garisan tegas pada wajahnya, yang menyerupai bilah yang terasah baik, dihiasi dengan kehangatan lembut dari matahari terbenam yang cemerlang di belakangnya, menghilangkan kesan ketidakakraban yang dulu ada.
Rambut panjangnya yang gelap dan mata gelapnya, serupa kristal hitam, berkilau dengan sinar yang tenang dan transparan, seolah mampu menarik seseorang masuk.
Di bawah tatapan matanya, kedua anak laki-laki itu semakin memerah, mereka tampak seperti udang yang dicelupkan ke dalam air mendidih.
Anak laki-laki yang memakai kacamata adalah yang pertama bereaksi, dia kemudian mendesak temannya dengan frustasi.
Anak laki-laki dengan rambut kuning pendek di sampingnya, memiliki pipi seperti apel dan senyum yang sangat manis, mengambil sebuah kotak dari belakangnya dan menyerahkannya kepada Amalia sambil memerah.