Serena menundukkan pandangannya ke makanan di hadapannya, sebuah tatanan hidangan yang indah buatan juru masak kakaknya, dan merasakan tidak ada selain frustrasi. Semuanya tampak sempurna—roti hangat, salad berwarna-warni, dan sup yang kaya rasa—namun tidak ada satupun yang menarik baginya. Dia tidak dapat menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang sangat dia inginkan tapi tidak bisa diingat kembali.
Semakin keras dia mencoba untuk memikirkannya, semakin kesal dia menjadi. Apa itu? Mengapa dia tidak bisa mengingat? Kerinduan itu terasa berat di dadanya, membuat perutnya meringkuk tidak nyaman. Dia membenci perasaan itu, membenci bagaimana itu merusak apa yang seharusnya menjadi santapan yang menyenangkan.