```
Pov Jules
Panas meluap di telingaku saat kata-kata itu bergema kembali dalam kepalaku. Rasanya dia sedang menatap jiwaku seperti ini. Tidak pernah aku bayangkan bahwa aku akan berada dalam posisi seperti ini, berlutut, di antara kaki seseorang, sementara jantungku berdetak keras melawan rusukku.
Dengan sukarela pula, karena saat ini, yang ingin aku lakukan hanyalah menaati dia dan mendengarkan semua yang dia minta aku lakukan. Pikiran untuk melakukan semua yang dia minta meninggalkan perasaan senang di dadaku dan aku ingin lebih dari perasaan itu.
"Mendekatlah, kelinci." Dia memerintah dengan suara serak dan aku menggigit bibir bawahku sebelum merangkak mendekat, pipi semakin panas. Jarinya menetap di rambutku beberapa saat kemudian dan begitu dia menyisir rambutku dengan jari-jarinya yang panjang, perasaan puas yang memabukkan menelan setiap inci diriku, dan aku merasa diriku menyerahkan diri pada sentuhannya.