{Melisa}
Melisa baru saja hendak naik ke tempat tidur ketika suara ketukan di pintunya membuatnya terloncat.
[Siapa sih-?]
Namun, ketika ia pergi untuk memeriksanya, ternyata hanya Javir, memberi isyarat agar dia keluar. Di bawah cahaya bulan, rambut berwarna sinar matahari mentornya itu terlihat hampir perak.
[Ya ampun. Pasti penting banget kalo dia melakukan pertemuan rahasia tengah malam gini,] pikir Melisa, sambil memakai jubah.
"Raven, bangun. Kita-"
Langsung saja, ada pisau di leher Melisa.
"Wah." Melisa berkedip, melihat ke iris abu-abu.
Mata Raven menatapnya dan, untuk sejenak, rasanya seperti melihat kembali saat dia mencoba menyerang Melisa. Tapi, permusuhan itu langsung meleleh hampir seketika.
"Apa itu?" tanya Raven, menarik pisau kembali.
"Javir di sini," lanjut Melisa seolah tidak terjadi apa-apa. "Ayo, dia ingin memberi tahu kita sesuatu.
Taman itu sangat tenang di malam hari, hanya dipecahkan oleh suara jangkrik dan... apa itu tawa Isabella?