"pak ryosuke tolong kerjakan berkas ini".
Seseorang memberiku berkas untuk di kerjakan dengan senyum mengarah kepadaku, tapi, aku tau dia hanya pura-pura tersenyum, kenapa aku berpikir begitu? Karena, aku selalu melihatnya jarang bekerja, setiap hari setiap waktu dia hanya meninggalkan tugasnya dan menyerahkannya padaku begitu saja.
Ya..., menurutku meringankan pekerjaan orang lain bukanlah hal buruk, bagiku yang hanya pekerja kantoran, mungkin itu adalah hal yang normal.
Setelah pulang bekerja, aku selalu meluangkan waktuku untuk menulis novel ringan, dengan begitu, aku bisa meringankan rasa lelahku setelah bekerja, aku menulis apa yang ku pikirkan dan yang ku rasakan adalah hatiku yang merasa tenang.
"selesai, sampai sini saja dulu"
Setelah selesai menulis novel, aku biasanya menguploadnya di web web novel, meski, hanya sedikit yang membacanya, tapi, menurutku sudah cukup untuk melepas rasa lelah.
Setelahnya aku selalu langsung beranjak ke kasur dan tertidur.
Hari berikutnya datang, aku dimarahi atasanku karena salah mengatur berkas yang di berikan orang tidak bertanggung jawab itu, dia hanya memberikanku berkas tanpa memberi detailnya dan pergi begitu saja.
Semenjak hari itu, aku selalu bekerja tanpa istirahat dan membuatku sedikit tidak sehat, sampai-sampai menulis novel saja malas bagiku, padahal menulis novel adalah suatu hobi yang dapat melepas penatku.
"hahh... Aku lelah, lebih baik tidur saja"
Aku tertidur pulas saat pulang, setelah 48 jam aku hanya mengetik keyboard di kantor, aku merasa lelah sekali, makan dan minum pun, aku tak sempat, setelah tertidur aku mendengar orang berbicara, namun, aku tak mengerti bahasa apa yang mereka katakan, suaranya pun seperti tenggelam.
"Galti ria jinisi (tinggalkan saja dia disini)"
"Qeu bqa kgin mgilki kna sqgrti (aku tak ingin memilik anak seperti ini)"
'Ahh... Kalian berbicara yang benar dong.... Aku tak mengerti....'
⟨⟨⟨skill : penerjemah di aktifkan⟩⟩⟩
'hahh... berisik sekali.... Aku ingin tidur kembali'
Aku pikir, aku berada di rumah sakit karena kekurangan darah, namun, saat mendengar langkah kaki mereka yang menjauh, aku mendengar suara hujan dari kejauhan.
Aku membuka mataku, untuk pertama kalinya, aku melihat batang dan daun, mungkin saja itu pohon, tapi, mengapa aku berada di bawah pohon?!
Aku tak bisa menggerakan badanku dengan leluasa, yang bisa ku gerakan hanyalah leher dan tanganku saja, yang ku lihat adalah beberapa pohon yang lebat dan lembab, awan dan langit sedikit gelap, suasana yang mencekam membuat bulu kudukku merinding.
setelah beberapa saat, hujan turun, aku mencoba menggerakkan kakiku agar berlari dan berteduh, terasa sulit untuk menggerakannya, apa mungkin kaki ku teramputasi? Tak mungkin bukan?!
Setelah aku berpikir seperti itu, aku mencoba melihat dab menggerakkan tanganku.....
'kecil?! Tanganku, kecil?!'
Setelah itu aku mencoba melihat kaki ku.
'kecil?! Kaki ku, dan tubuhku juga?!?'
Aku terkejut, maksudku, apa-apaan ini?, aku bereinkarnasi seperti dalam anime dan novel fantasy? Bukankah itu hanya fiksi?!
Jika ya, mengapa saat Reinkarnasi aku berada di bawah pohon? Bukankah harusnya ini hari yang membahagiakan? Seperti, ada seorang ibu atau ayah atau suster yang kulihat dan tersenyum hangat kepadaku? Tapi, yang kulihat hanyalah hutan yang gelap dan suram? Ini sama saja seperti kehidupanku sebelumnya.
Apa pencipta dunia ini sengaja mengirimku ke sini agar aku menjadi makanan para monster di hutan? Jika begini aku benar-benar mati lho.
'haaaaa, mengesalkan'
Ini mengesalkan, aku pun terlihat seperti bayi yang sedang menangis meminta di berikan sesuatu.
Yang bisa ku lakukan hanyalah menangis, menunggu monster menerkamku, namun, aku harap ada seseorang yang datang, tapi, tak mungkin bukan?
Setelah aku berpikir seperti itu, benar saja, muncul wanita berjubah hitam yang menutupi wajahnya datang mendekatiku.
"Kau di buang oleh orang tuamu?"
dia berbicara, namun, aku mengerti bahasanya?! Dia mengangkatku dan membawaku menuju sebuah tempat seperti gubuk.
"Nah, inilah rumahku, meskipun terlihat seperti gubuk, ini adalah tempat ternyamanku"
Dia berbicara kepadaku sembari melangkah dan membukakan pintu.
Aku melihat, banyak sekali buku yang tertata rapih, bersama meja belajar dan kursinya yang sedikit tua, menggunakan lampu gantung untuk penerangan, dan karpetnya yang sepertinya sering di bersihkan. Aku kagum, mataku berbinar.
Perempuan itu pun membuka jubahnya, kini, wajahnya yang tertutup terlihat di hadapanku, seorang wanita cantik berambut pirang ke emasan dengan bulu mata yang sedikit tebal, alisnya yang tipis, matanya yang besar dengan warna biru yang indah.
"Baik, sekarang, ini adalah rumahmu, namaku Syre, kau bisa panggil aku, mama"
Dia tersenyum hangat kepadaku, wajahnya yang cantik membuat bayi sepertiku saja terpesona melihatnya.
***
Beberapa waktu berlalu, kini, umurku 1 tahun, di usiaku yang segini, aku sudah bisa berbicara dan berjalan dengan lancar, pada umumnya umur 2/3 tahun bisa sepertiku, namun, aku berbeda.
Setiap hari syre selalu mengajarkanku membaca dan menulis, itu membuatku senang! Berada di dekatnya, entah mengapa, membuat hatiku hangat, dia seorang ibu yang sangat hangat, jika aku bertemu dengannya di kehidupan sebelumnya, mungkin sudah ku lamar.
"Riite, kemari ambilkan baju cucian disana"
Syre memanggilku dari kejauhan, itulah namaku saat ini "Riite" nama yang di berikan Syre kepadaku dengan senyumannya yang hangat.
Aku berjalan kepadanya sembari membawa beberapa jemuran untuk di jemur, namun, cuaca tak mendukung.
Tiba-tiba saja hujan deras yang membuat Syre mengangkat kembali jemurannya, tentu saja, aku membantu.
Setelah selesai, aku melihat baju Syre basah terkena hujan yang lebat, dadanya terlihat besar, meskipun umurku baru genap 1 tahun, itu membuat jiwa om-om di dalamku meronta.
'untung saja, umurku baru 1 tahun'
Itulah isi hatiku.
***
Hari pun berlalu, sekarang umurku 5 tahun, aku sudah mengerti bagaimana caranya memburu hewan di hutan, karena rumah kami dekat hutan, jadi, mau tidak mau harus berburu untuk makan.
"syukurlah... tinggal di hutan"
Aku mengusap keringatku setelah berhasil menangkap 1 hewan.
Karena aku selalu di ajarkan oleh Syre cara memburu, aku menjadi paham bagaimana caranya bertahan hidup di hutan.
Setiap hari, aku selalu mendapat 5 ekor ayam hutan dan memberinya kepada Syre. Bukan hanya pintar dalam berburu dan bertarung, dia juga ahli dalam memasak, masakan yang dia hidangkan selalu saja enak sekali.
"Mmmmm"
"Ahaha, makan pelan-pelan nanti tersedak lho..."
"Baik"
Dengan melihat senyumannya, itu membuatku bahagia, bersamanya adalah hal yang berharga bagiku, yang di kehidupanku sebelumnya, hanya seorang om-om kesepian.
'aku sangat menyukai dan menyayanginya'
Seperti halnya anak yang menyayangi ibunya, aku selalu membantunya, membersihkan halaman, membersihkan baju, menjemur baju, bermain bersama, belajar dengannya, berburu dengannya. Itu semua adalah hal yang sangat menghangatkan dan menyenangkan bagiku.