"Hey, lihat-lihat, orang itu mendapatkan nilai sempurna lagi!"
"Tidak mungkin... dari pertama masuk sampai sekarang, dia tidak pernah tidak mendapatkan nilai sempurna"
"Enak ya jadi jenius, bahkan tanpa belajar pun aku yakin tidak akan mengganggu kepintarannya."
"Benar, aku harap aku dapat sepertinya, haha, walaupun pintar karna bakat."
Berisik, berisik, berisik. Orang bodoh tetaplah akan menjadi yang bodoh, apa hubungannya dengan kejeniusan seseorang sialan? Tidak bisakah simpan keluhanmu itu nanti setelah aku tidur?
...
Aku terbangun dari tidurku secara alami, kemudian aku menggosokkan mataku.
Penglihatan yang tadinya kabur sudah mulai memperlihatkan pemandangan yang tidak asing, yaitu ruang kelasku. Namun begitu gelap.
Secara naluriah, aku terburu-buru untuk menoleh kan wajah ke arah jendela kelas dan melihat suasana malam yang tenang dengan ekspresi terkejut.
"F*ck, berapa lama aku tidur?"
Aku tidak bisa menahan untuk tidak menepuk jidatku sendiri, lalu aku pun bangun dari kursiku dan berjalan ke arah pintu keluar kelas lalu membukanya. Aku berjalan pelan sambil mengamati lorong sekolah pada malam hari dengan tenang, tampak tidak ada yang aneh, tetapi agak sedikit asing menurutku.
Lagian kenapa pula aku ini tertidur sampai tengah malam seperti ini? Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi sebelum aku tertidur di tengah-tengah kursi kelas.
"..."
Ah benar, tadi aku berteriak kesal seperti ini
"Bisakah tidak menggangguku di saat waktu istirahatku? Kalian seseorang pecundang yang tidak ingin berusaha dan hanya ingin mendapatkan sesuatu yang instan. Heh, lagian kalian orang-orang bodoh yang tidak tau apa namanya kerja keras, biarlah lagian aku tidak peduli lagi karna aku akan keluar dari sekolah ini."
"Haha sial, dimana otakku saat itu. Malu banget cuk ngomong kayak gitu, sok keren amat."
Aku pun menghembuskan nafas dan mengeluarkan senyuman penyesalan untuk sekian lamanya. Dengan cepat, aku pun memutuskan untuk melupakan kejadian sebelumnya dan menentukan rencana apa yang akan selanjutnya aku jalani.
Beberapa ide bermunculan di isi pikiranku, dan salah satunya adalah untuk menjadi seseorang Hikikomori, menghabiskan sisa hidupku hanya untuk bermain Game dan menonton sebuah Anime tanpa memikirkan keadaan di luar sana.
Mungkin ini memang ide bagus, tapi aku tidak boleh gegabah dan harus mempertimbangkan ide-ide lainnya. Untuk saat ini, mari kita pulang ke rumah dulu baru memikirkan itu lagi.
Ada pertanyaan yang membuatku penasaran saat ini, sebenarnya sekarang jam berapa? Kenapa di sini Sangat sepi sekali pejalan ataupun penjual? Dan, kenapa tidak ada angkutan umum yang lewat sialan T-T, aku akan benar-benar mati karna tertimpa kesialan.
Aku pun merogoh kantong celanaku dan mengambil Handphone yang ada di sana.
Aku kehilangan kesadaranku selama beberapa detik dan terus memelototi layar, aku mengira hanya tertidur sampai jam 7 malam, ternyata sekarang tepat jam 2 malam. Setelah mendapat kesadaranku kembali, tanpa pikir panjang aku memesan Ojek Online dan dalam kurang lebih sekitar 5 menit ojek itu sampai dan membawaku pulang ke rumah.
Rumahku ini lumayan jauh dari sekolahku, walau sudah memakai kendaraan bermotor, waktu yang ditempuh untuk sampai adalah setengah jam. Dan pada saat ini, sepertinya aku akan masuk angin karna terus ditabrak oleh angin malam yang membuatku bersin dan mengangkat ingusku berkali-kali.
Dan akhirnya, setelah duduk di jok motor yang tidak nyaman, aku sampai juga di rumah... eh maksudku, apartemen yang ditinggali olehku dan adik kecilku, dan tentu saja bayarnya juga dibagi dua walau tidak merata.
"Yo, aku pulang." Aku membuka pintu masuk yang entah bagaimana sepertinya adikku lupa menguncinya.
Pemandangan yang aku lihat tidak sesuai dengan yang aku kira, lampu kamar masih menyala terang yang memperjelas adikku yang sedang fokus belajar di ranjangnya.
Aku berjalan mengendap-endap mendekatinya yang sepertinya belum menyadari kehadiranku. Aku pun mengelus rambut hitamnya yang halus dengan lembut, tanpa menunggu dia menengok ke arahku, aku berbicara padanya dengan nada santai.
"Belajar yang berlebihan itu tidak baik loh." Aku tersenyum tipis ke arah adikku yang sudah mengalihkan pandangannya ke arahku, dia memasang wajah keheranan yang aneh.
"Terima kasih, tapi aku lebih suka dirimu yang tidak peduli apapun." Adikku sepertinya aneh karena sikap kepedulianku yang tiba-tiba, dia pun memalingkan wajahnya.
"Aku kira kamu ditabrak pesawat lalu mati karena terpeleset pisang karena mencoba menghindari pesawat yang menerkam," Lanjut adikku yang mengeluarkan celetukannya dengan nada yang datar.
"Skenario imajinasimu liar sekali." Bibirku tergerak-gerak saat menjawabnya.
Setelah beberapa detik suasana yang canggung, aku pun pergi ke kamar mandi untuk sedikit membilas badan lalu mengganti baju. Setelah itu, aku duduk di kursi gaming ku sambil menatap adikku yang masih fokus belajar.
Dia adalah adik tiriku yang cantik, namanya adalah Luscia Altima, dia memiliki wajah yang dingin dan bening tetapi sangat imut. Rambut putihnya menjuntai hingga ke pinggang, terlihat sangat halus dan mengkilap, dia juga memiliki mata berwarna coklat tua yang diatasnya terdapat alis tipis dan bulu mata yang pendek. Selisih umurnya hanya berbeda satu tahun dariku.
"Aku keluar sekolah," ucapku setelah cukup lama mengamatinya. Aku memasang wajah tersenyum lebar tanpa perasaan bersalah.
Luscia langsung mengalihkan pandangannya kepadaku, lalu menatapku dengan ekspresi keheranan selama beberapa detik. Bibirnya pun mulai tergerak lalu mengatakan :
"Selamat!"
Ini bukan situasi untuk diselamati loh Lagi-lagi wajahku mengeluarkan ekspresi aneh karena kelakuan adikku.
"Terimakasih
"Aku akan menghabiskan waktuku untuk bermain game tanpa mempedulikan dunia luar, ya benar! Menjadi hikikomori! Bwahahahaha."
Aku mengatakannya dengan lantang lalu memaksakan sebuah tawa untuk mengurangi rasa malu yang diterima.
Aku menutup mataku dan mulai merasakan penyesalan karena mengatakan hal memalukan, lalu pelan-pelan membuka mataku kembali, melihat wajah manis adikku yang tersenyum.
Dayum...
"Hahaha, sudah lama tidak melihatmu seperti ini. Aku senang jika keputusan itu membuatmu bahagia." Luscia tertawa kecil sambil tersenyum lebar
Lalu dia beranjak dari tidurnya dan langsung memelukku. Dia tidak terlalu tinggi, jadi kepalanya sejajar dengan dadaku.
"Tetaplah ceria seperti ini, Kelpan"
Dia memelukku dengan sangat erat, aku tidak dapat melakukan dan mengungkapkan apapun untuk menanggapinya. Sebagai gantinya, aku membalas pelukannya lalu mengelus-elus kepalanya.
"Tentu saja, maaf karena telah membuat mu khawatir Luscia."
Tenang saja, aku akan terus melindungi mu, aku tidak akan meninggalkan mu lagi, aku tidak akan mengecewakan mu lagi, aku tidak akan membuatmu khawatir lagi. Ya, aku berjanji.
...