Celine gelagapan bangun, ia melihat jam weker menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit.
'Waduh, gawat!" Gerutunya.
Bergegas Celine meloncat dari tempat tidur menuju kamar mandi.
"Ups, aduh" Ia lupa dirinya tak memakai apa-apa, secepat kilat Celine lalu menyambar celana dan kaosnya yang berserakan di lantai, lalu masuk kamar mandi.
Lima menit kemudian Celine keluar, sejenak ia menatap pacar nya itu, yang masih tertidur pulas seperti bayi.
"Gara-gara kamu nih!" Celine mendengus. Lalu ia berlari keluar dari kamar kos Marcell.
-----------------------*-*-*----------------------
Tanpa mengurangi kecepatan sedikit pun, Celine membelokkan mobilnya memasuki halaman kampus. Tukang parkir yang sedang mengantuk di gardu sana gelagapan bangun, begitu segerombolan debu menyerbu hidungnya.
Tujuh kurang satu menit. Berarti ia hanya punya waktu satu menit untuk memarkir mobilnya, melintasi separuh kampus, dan menyerbu ke dalam ruang ujian. Soalnya, UTS Fakultas Hukum tidak pernah terlambat semenit pun!
"Nah, ini satu lagi terlambat!" sorak Nina kegirangan. Dia sedang bertengger di depan pintu kantin sambil melahap jajanan yang tersedia.
"Ayo Celine, tancap gas!" goda Mira. "Anak-anak sudah masuk sejak tadi!"
"Sialan, kesiangan bangun!" gerutu Celine tanpa mengurangi kecepatan larinya. Dilemparkannya tasnya begitu saja ke perut Mira. "Titip tas, Mir."
"Wah, seenak perutnya sendiri! Nggak mau, ah!"
Tapi terlambat, Celine telah lenyap di balik dinding ruang ujian. Terus ke ruang UTS Fakultas Hukum. Tujuh lewat setengah menit! Dan teman-temannya telah siap ujian. Tergesa-gesa Celine memasuki ruang ujian sambil mengenakan jas almamaternya.
"Kenapa terlambat?" tegur dosen di depan pintu.
"Ke Toilet, Pak. Sakit perut."
Biasa. Mahasiswi, apalagi yang macam Celine, memang sudah terlatih untuk berbohong.
"Lekas masuk."
Fiuhh, selamat.
Bergegas Celine mencari bangku kosong. Dan sudut matanya menangkap isyarat Eva. Bagus. Bangku di sebelahnya masih kosong. Barangkali khusus disediakan untuk dia. Tapi celaka! Salah seorang dosennya, yang minta ampun galaknya, sedang menuju ke mari!
"Duduk di sini, Celine," katanya sambil melambaikan tangannya, menunjuk ke deretan bangku yang paling depan!
"Kiamat," dengus Celine hampir tak terdengar. Diseretnya kakinya melewati bangku teman-temannya. Kurang ajar. Mereka semua sedang menutup mulut menahan tawa.
Belum juga ia sempat duduk, dosen itu sudah mulai membacakan soal.
"Wah, tunggu dulu, Pak! Belum punya kertas!"
Tanpa permisi lagi, Celine menyambar salah satu kertas milik Ani. Terang saja pemiliknya jadi mendelik gusar. Tapi Celine cuek, lalu lekas-lekas diberinya nama dan nomor di kertas nya.
"Nomor satu: Sebutkan prinsip dasar hukum pidana."
Kosong.
"Nomor dua: Uraikan perbedaan antara hukum perdata dan hukum pidana."
Kosong lagi.
"Nomor tiga..."
Kosong lagi. Kosong lagi. Kosong semua.
Celine melirik ke kanan dan ke kiri dengan gelisah. Knock out. Dosennya tidak mau pergi juga dari sana. Matanya beberapa kali bertemu dengan mata Celine yang sedang repot berkeliaran. Apa boleh buat.
Isi saja sembarangan. Daripada kosong. Salah-salah nanti tidak boleh ikut ujian lagi semester depan.
Setengah jam kemudian.
"Ya, kumpulkan semua." Dosen killer memerintah
"Tamat deh gue" keluh Celine dalam hati. Setelah mengumpulkan ujian, dengan lemas, ia berjalan keluar ruang ujian. Gara-gara Marcell, masa bikin pesta ulang tahun sampai pukul dua belas malam. Sudah gitu pakai acara love scene sampai jam 3 pagi.
"Kenapa muka elu lesu begitu?" tanya Zaza si gendut sambil terkekeh, melihat Celine berjalan gontai keluar kelas.
"Waduh, kalau lesu, jangan dipamerin, dong!" ledek Eva dengan nada sok moralis, padahal dia sendiri sering terlambat masuk kelas.
"Perduli amat," sembur Celine uring-uringan. "Ujian tadi parah banget, nggak ada yang bisa dijawab!"
"Udahlah, jangan dipikirin. Yang penting udah mengumpulkan jawaban, beres" sahut Eva sambil menepuk bahu Celine.
"Iya, besok kan ada remedial kalau nilai jeblok," tambah Zaza sambil tertawa.
Celine menghela napas, masih merasa tidak enak hati. "Mudah-mudahan aja," gumamnya.
Eva tiba-tiba mendekat dan berkata dengan senyum jahil, "Eh, tadi kelihatan banget, pas dosen lewat, Elu sibuk bolak-balik ngelirik kanan-kiri, mau nyontek, ya?"
Celine tersenyum lemah. "Mau nyontek juga, yang lain pada kosong semua jawabannya!"
Zaza ikut tertawa. "Wah, berarti kita senasib, dong! Tenang aja, Cel, ujian cuma formalitas, yang penting lulusnya nanti!"
Mereka pun berjalan bersama ke kantin, meskipun Celine masih lemas, ia mulai merasa sedikit terhibur oleh canda dan tawa teman-temannya.
---------------------*-**---------------------
"Pinjam catatanmu, Eva!" kata Celine tanpa basa-basi lagi, begitu ia sampai di tempat kos Zaza.
"Mata pelajaran hukum, maksudmu?"
"Iya, hukum apalagi? Masa hukum pidana?"
"Tapi buat apa, Celine? Kan ada diktat!"
"Pokoknya aku pinjam catatanmu, jangan banyak rewel!" potong Celine habis sabar.
Soalnya, kalau urusan catatan, Eva yang paling 'top' di kelasnya. Sudah tulisannya rapi, isinya lengkap lagi. Semua yang diucapkan dosen waktu memberi kuliah, dicatatnya selengkap-lengkapnya sampai ke titik komanya.
"Mau pinjam buku kok galak amat!" Gerutu Eva.
"Pasti mau dipinjamkannya lagi pada Roy," sindir Zaza yang kebetulan sedang makan bakso di sana.
"Roy?" Eva mengerutkan dahinya dengan heran. "Kalau dia mau pinjam catatan, kenapa dia nggak langsung minta sendiri ke gue? kenapa harus lewat Elu Celine?"
"Karena Celine yang ingin menawarkan jasa baiknya pada Roy!" potong Zaza.
Eva Lalu sambil menoleh ke arah Celine, gerutunya jengkel: "Elu mulai main mata lagi, Celine! Terus Marcell mau Elu kemanakan?"
"Ah, barang bekas. Dikemanakan juga boleh," sahut Celine seenaknya.
"Bekas?" belalak Eva kaget. "Apanya yang bekas? Dan Elu tahu darimana dia barang bekas?"
Meledak tawa Zaza demikian hebatnya sampai beberapa tetes kuah bakso melompat ke dalam saluran pernapasannya. Dan ia terbatuk-batuk sampai mengeluarkan air mata.
"Kenapa Elu ketawa?" geram Eva penasaran.
"Elu!" Zaza tertawa geli. "Elu tuh ucu!"
"Apanya yang lucu? Gue bukan Mr.Bean!"
"Elu nggak bisa membedakan barang yang baru keluar dari toko dengan barang bekas dari tukang loak, itu namanya lugu, lucu dan gagu!"
"Diam Lu!" Eva merengut tersinggung. "Gue nggak tanya sama Elu!"
Tetapi tawa Zaza bukannya mereda, malah makin menghebat.
"Mana catatannya, Eva?" sela Celine ketika ia sudah dapat menghentikan tawanya.
"Tunggu, Gue ambil dulu," sahut Eva masih uring-uringan. Ia berjalan masuk ke kamarnya dan keluar lagi dengan sebuah buku.
"Jangan lama-lama, Celine," katanya sambil memberikan buku itu kepada Celine. "Dan ingat, jangan sampai rusak!"
"Jangan kuatir," sahut Celine tegas. "Roy pasti akan berhati-hati sekali dengan buku yang disampul serapi ini!"
"Langsung ke TKP, Celine?" teriak Zaza ketika Celine sudah mencapai mobilnya.
"Yap!" sahut Celine sambil mengacungkan ibu jarinya. Lalu dengan suara yang berisik, mobil itu meluncur ke jalan raya. --------------------*-*-*----------------------
Hampir setengah lima, pikir Celine sambil melirik apple watch nya. Padahal aku janji sama Roy pukul lima. Perkenalan pertama harus memberi kesan baik. Tidak boleh 'ngaret'. Dan tidak boleh terlalu malam. Datang ke cafe tepat pada waktunya. Serahkan buku. Ngobrol-ngobrol sedikit. Lalu pulang. Lebih dari itu: No!
Dan Celine terpaksa melambatkan kembali laju mobilnya. Ada serombongan mahasiswa-mahasiswa manis sedang menyeberang di muka kampusnya. Celine tahu sekali siapa mereka. Mahasiswa-mahasiswa Fakultas Hukum yang baru pulang dari ujian sore. FH memang terkenal surplus cowok. Dan heran. Semakin lama, semakin banyak saja mahasiswa-mahasiswa tampan yang ingin jadi pengacara.
Sengaja Celine menghentikan mobilnya dan membiarkan mereka lewat. Beberapa mahasiswa menoleh kepadanya dan melempar senyum. Tentu saja mereka kenal Celine. Siapa pula yang tidak kenal kepada buaya kampus itu?
-------------*-*-*---------*-*-*--------------- Bersambung ke Chapter 2