Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pernikahan Dingin Menjadi Manis: Tidak Ada Perceraian!

Happy_autumn
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
664
Views
Synopsis
Fangyin merupakan wanita penghibur di era dinasti terdahulu, yang dikenal dengan julukan 'wanita phoniex' oleh orang-orang. Ia berakhir dibunuh dengan jarum beracun, akibat gelarnya itu telah menyinggung permaisuri kekaisaran. Membuka matanya, tiba-tiba ia sudah bertransmigrasi ke tubuh seorang gadis dua puluhan di abad modern. Gadis malang yang menderita depresi dan berakhir bunuh diri. Gadis itu memiliki pernikahan dingin. Dia hidup bagai nyonya yang terbuang di mansion, tidak ada siapapun yang peduli dan mengurusnya. Suaminya bahkan akan menggugat cerainya dalam kurun waktu lima bulan jika ia tidak mengandung anaknya. Eleanor Xu yang dulu, mungkin akan takut dengan perceraian. Tapi tidak dengan dirinya. "Tidak perlu menunggu lima bulan, aku sudah siap bercerai denganmu sekarang." -Eleanor Xu- "Tidak perlu terburu-buru, karena segera kau akan mengandung anakku dalam rentang waktu tiga bulan yang tersisa. Setelahnya, kesepakatan perceraian kita akan batal." -Howard Chen- Sejak saat itu, pria berdarah dingin itu menggunakan kekuasaan, kekuatan dan otoritasnya untuk mengikat istri angkuhnya agar tetap disisinya, bahkan mendominasinya dengan tidak tahu malu, membuatnya untuk tidak pernah berpikir untuk bercerai darinya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1: Wanita Bergelar 'Phoniex'

Tepat di pertengahan ibu kota era dinasti terdahulu. Terbangun sebuah rumah berlantai dua dengan papan nama "Bebungaan Cantik". Tempat itu terlihat begitu mencolok di antara kedai-kedai di sekelilingnya. Di dalam sana di penuhi dengan para wanita cantik dengan beraneka bakat yang mereka miliki.

Alunan musik mengalun di ruangan. Para gadis tampak menari-nari, memamerkan lekukan tubuh mereka yang indah, menghibur para tuan muda yang memadati tempat itu dengan secangkir teh ataupun anggur.

Di sudut yang lain, terdapat pertunjukan alat musik. Seorang wanita tampak dengan lihainya memetik senar guqin, menghasilkan melodi yang begitu menyihir para telinga yang mendengarnya.

Tampak para tuan muda itu menikmati permainan musiknya, juga pemandangan indah yang sibuk menarik-narik senar dengan jari-jemari lentiknya, menghasilkan alunan melodi yang indah.

Tempat itu begitu ramai dan hidup. Para wanita cantik mondar-mandir menyambut para tuan muda yang datang dan bahkan sampai menemaninya di meja jika mereka membutuhkannya.

"Zhou Mama, kami ingin melihat penampilan wanita Phoenix malam ini."

"Zhou Mama, aku ingin bersama dengannya malam ini. Ambil ini kantong uang ku."

"Zhou Mama, aku akan membayarnya dua kali lipat lebih mahal, jadi berikan wanita Phoenix itu malam ini padaku."

"Zhou Mama..."

Satu persatu tuan muda dari kalangan atas, memburu Zhou Mama yang merupakan pemilik bisnis tempat itu. Mereka berebutan ingin bermalam bersama 'wanita Phoenix', wanita penghibur paling terkenal di seluruh kekaisaran. Ia dijuluki wanita phoniex, karena kecantikannya yang begitu legendaris. Auranya dipenuhi keanggunan dan sorot matanya yang tenang penuh jejak kemuliaan. Setiap gerak-geriknya memiliki kewibawaan bak seorang permaisuri.

Di mana ia mampu mengintimidasi seseorang hanya dengan sekali bidikan mata tajamnya dan menyuarakan sesuatu yang dapat membuat seseorang terus bertekuk lutut di bawahnya.

"Aiya, Tuan-tuan semua harap tenang." Ujarnya yang kerepotan menghadapi segerombolan tuan muda kaya yang suka menghabiskan uang di tempatnya itu.

"Mohon maaf sekali, wanita phoniex sedang menjamu tamu khusus malam ini. Bagaimana jika wanita ini memberikan pengganti lain sebagai gantinya?"

Para tuan muda itu tampak mendesah kecewa.

"Mereka masih muda, cantik dan juga berbakat seperti wanita phoniex, bagaimana?" Zhou Mama masih berusaha menawarkan apapun yang dimilikinya. Bagaimanapun ia tidak dapat kehilangan setiap koin emas yang datang malam itu.

Sudah terlanjur datang ke tempat itu untuk mendapatkan hiburan. Para tuan muda yang masih kecewa itu karena tidak dapat menikmati keindahan 'wanita phoniex', mengiyakan saja dengan perasaan enggan.

Zhou Mama tersenyum dengan matanya yang dipenuhi jejak kegembiraan membayangkan uan yang akan masuk, ia langsung berlari mencari wanita yang dapat memuaskan para tuan muda itu.

Di dalam sebuah kamar yang dipenuhi aroma halus dan manis anggrek. Berdiri seorang wanita bernama Fangyin, yang tampak berwibawa dengan qipao merah marun berbahan serat sutra murni, dengan sulaman benang emas di pinggirannya. Kerahnya yang tinggi dan bergaya konservatif itu, menyembunyikan jejak tulang selangkanya yang putih mulus seperti salju.

Rambutnya yang hitam pekat seperti tinta, terjuntai rapi hingga ke pinggangnya yang ramping. Sebagian rambutnya diikat keatas dengan tatanan yang rumit, berhiaskan beberapa aksesoris kepala yang memikat. Dengan bagian kanannya dipenuhi serangkaian bunga anggrek dari emas dan mutiara yang berjuntai, memberi sentuhan keindahan yang anggun. Sisi kirinya terdapat tusuk rambut dengan giok putih, memberikan sentuhan kesucian si pemakainya.

Kedua tangannya tampak terangkat ke udara, memegang sebuah Dizi*. Bibirnya yang memiliki gincu semerah darah itu mendarat di ujungnya dan meniupnya dengan perasaan tenang dan jumawa.

Tiap kali jari-jemari tangannya bergerak hanyut memainkan tiap lubang dizi, dengan membuka dan menutupnya. Membuat kedua lengan qipaonya yang memiliki ukiran burung phoniex itu, serasa hidup dan terbang mengitarinya.

Detik menit berlalu, ruangan yang semula hening, perlahan mulai dipenuhi melodi yang mengalir bagai desiran angin yang berhembus di hamparan tanah yang penuh bebungaan. Indah dan begitu menentramkan.

Seorang pria berpakaian hitam dari atas hingga bawah, duduk dengan tenang menikmati pertunjukannya. Ia menghabiskan cangkir teh demi cangkir teh dengan sepasang matanya yang tak luput memandangi keindahan di depan sana. Keindahan yang memanjakan mata, juga menggunggah hasrat pria yang terdalam.

Tapi sangat disayangkan, keindahan itu harus berakhir di tangannya malam itu.

Fangyin menjauhkan ujung Dizi itu dari bibirnya yang merah menyala dan mengibarkan qipaonya dengan gerakan yang mulia sebagai akhir dari pertunjukannya.

Prok...prok...

Pria itu memberikan tepukan tangannya yang tulus, sangat mengapresiasi pertunjukan yang di bawa oleh 'wanita Phoenix' itu.

"Sangat pantas dengan julukan 'wanita phoniex' milikmu, kau benar-benar indah, anggun dan mulia seperti yang digambarkan."

Fangyin menyunggingkan senyum sopan di bibirnya dengan kepalanya yang sedikit mengangguk ke bawah, "Terimakasih atas pujian anda Tuan."

Lalu ia memegang qipaonya dengan sangat hati-hati, gerakannya tenang dan berwibawa ketika perlahan ia duduk di sebuah bantalan.

Gerak-geriknya itu sedikit pun tidak lolos dari mata pria itu yang terus menatapnya dari ujung hingga ke bawah dengan sorot mata seperti ingin segera menelanjangi nya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah tergerak sedikitpun dengan wanita cantik manapun.

Tapi 'wanita phoniex' itu, berhasil membangkitkan hasrat terliar dalam dirinya, yang merasa tak tahan untuk segera menaklukkan nya di bawah kuasa tubuhnya dan menekan segala arogansi yang dimiliki wanita itu hingga tak bersisa.

"Karena pertunjukan sudah selesai, anda sudah bisa meninggalkan kamar Tuan." Fangyin mengangkat teko teh dan menuangkannya ke dalam cangkir. Ia meminum cangkir teh tersebut dengan gerakan yang tak kalah berwibawa dengan seorang permaisuri kekaisaran.

Merasakan kehadiran pria itu yang seperti tak berniat beranjak dari tempat itu. Fangyin meletakkan cangkir teh yang sudah tersisa sedikit dan berkata tanpa memandang kearah objek di depannya, "Jika ada permintaan yang lain, anda dapat melaporkannya pada Zhou Mama."

Pria itu terkekeh. Wanita itu bahkan berbicara tanpa melirik kearahnya. Sungguh pesona yang benar-benar membuatnya berhasrat untuk segera menaklukkan nya.

"Bagaimana ini, sepertinya aku tidak berniat pergi."

"..." Fangyin bernafas tenang, menatap ukiran di lingkaran bibir cangkir teh. Ia tampak tidak terburu-buru membalas ucapan pria itu.

Keheningan wanita itu, membuat pria itu kembali melanjutkan.

"Bagaimana jika aku menemani 'malam terakhir' mu?"

Malam terakhir?

Dua kata itu berhasil membuat sepasang alis Fangyin bertaut sedikit. Meski samar, ia perlahan dapat merasakan aura berbahaya pria itu.

Mengangkat kepalanya dengan tegap ke atas, matanya tampak berkedip memperhatikan pria itu sesaat.

"Saya tidak mengerti dengan 'malam terakhir' yang Tuan maksud. Kenapa ini harus menjadi malam terakhir saya?" Matanya berkilat dengan cahaya acuh tak acuh.

"Tapi jika Tuan ingin bermalam di sini, anda dapat memberitahu Zhou Mama terlebih dahulu untuk membahas tarif dan pengaturan yang saya miliki."

"Pengaturan apa?" Bibir pria itu tampak menyeringai, "Pengaturan bahwa kau tidak akan melayani pria di ranjang dan hanya menemaninya tidur semata?"

"..."

Sesaat pria itu tertawa dingin.

"Kau benar-benar membuat dirimu seperti seorang permaisuri yang mulia. Padahal nyatanya kau hanya seorang wanita penghibur."

Fangyin tersenyum dingin sebagai tanggapan.

Pria itu mengambil senjata tersembunyi dari sela pakaiannya dan meniupkan nya tepat kearah jantung wanita itu.

Segera sebuah jarum yang sangat tipis tertancap tepat di jantungnya.

"Ugh." Fangyin mengepalkan tangannya, merasakan nyeri yang seperti sengatan lebah. "Apa yang kau lakukan padaku?"