Chereads / Blackthorn Academy / Chapter 19 - BAB 24 : Persiapan Menghadapi Kegelapan

Chapter 19 - BAB 24 : Persiapan Menghadapi Kegelapan

Suara gemuruh air terjun yang mengalir deras menjadi satu-satunya yang terdengar di dalam gua tersembunyi itu. Nero telah membawa mereka ke tempat yang aman, setidaknya untuk sementara waktu. Namun, keheningan yang mencekam memenuhi ruangan, menyelimuti kelompok Aveline dengan ketegangan yang tebal. Setiap orang tenggelam dalam pikirannya sendiri, mencoba memahami apa yang harus mereka lakukan selanjutnya, sementara ancaman dari Damian dan pemburu bayangan semakin mendekat.

Aveline duduk di sudut gua, memandangi nyala api kecil yang mereka buat untuk menghangatkan tubuh. Di dalam benaknya, banyak pertanyaan dan dilema yang bercampur aduk. Rook, Damian, pengkhianatan, pemburu bayangan—semua itu berputar-putar dalam pikirannya. Sebagai pemimpin, dia harus memiliki rencana, harus bisa menunjukkan kepada timnya jalan keluar dari kegelapan ini. Tapi sekarang, untuk pertama kalinya, Aveline merasa kebingungan.

Kai, yang duduk tidak jauh dari Aveline, memukul dinding batu gua dengan frustrasi. "Apa yang kita lakukan di sini, Aveline?" serunya tiba-tiba, memecah keheningan. "Kita terus berlari, tapi Damian tidak akan berhenti. Bagaimana kita bisa menghadapi ini? Kita bahkan tidak tahu rencana apa yang dia siapkan selanjutnya!"

Mira, yang selalu tenang dan penuh perhitungan, memandang Kai dengan pandangan dingin. "Menghadapi Damian langsung tanpa rencana yang matang hanya akan membawa kita ke kematian lebih cepat, Kai. Kita perlu waktu untuk berpikir."

Kai menatap Mira dengan marah. "Waktu? Kita tidak punya waktu! Kita dikejar oleh pemburu bayangan yang dikenal sebagai pembunuh paling mematikan, dan Damian tahu setiap langkah kita!"

Sera, yang biasanya menjadi suara ketenangan dalam tim, mencoba menenangkan suasana. "Kai, kita semua merasakan tekanan yang sama. Tapi kita harus tetap bersatu. Jika kita mulai berpecah di sini, Damian akan menang tanpa perlu mengangkat senjata."

Aveline mendengarkan percakapan mereka dengan diam, namun kata-kata Sera menggelitik hatinya. Kai benar, mereka dikejar waktu. Mira juga benar, mereka tidak bisa sembarangan menyerang. Tapi yang paling penting adalah apa yang Sera katakan: mereka tidak boleh terpecah. Itulah yang Damian inginkan. Dia ingin mereka hancur dari dalam, dengan pengkhianatan Rook sebagai katalis utama.

Nero, yang duduk agak terpisah dari kelompok, akhirnya angkat bicara. "Damian tahu lebih banyak dari yang kalian kira. Dia tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik atau pasukan yang kuat. Dia bermain di ranah mental, merusak kepercayaan dan kesatuan. Itu kekuatannya yang sebenarnya."

Semua mata beralih kepada Nero. Kai tampak ingin menyanggah, tapi Aveline menahan tangannya, memberi isyarat agar Nero melanjutkan.

"Aku telah mempelajari Damian selama beberapa waktu," lanjut Nero. "Dia menggunakan ketakutan, rasa bersalah, dan ambisi untuk menghancurkan lawan-lawannya. Dia tidak hanya ingin menang secara fisik; dia ingin menghancurkan kalian secara emosional. Itulah sebabnya dia menargetkan Rook. Dia tahu bahwa jika salah satu dari kalian berkhianat, itu akan membuat retakan di antara kalian semua."

Aveline menggertakkan giginya. Semua yang Nero katakan masuk akal. Damian selalu mempermainkan mereka dari bayang-bayang, memanipulasi setiap situasi untuk membuat mereka meragukan diri sendiri. Tapi ada satu hal yang masih mengganggunya.

"Bagaimana kau tahu semua ini, Nero?" tanya Aveline, matanya menyipit curiga. "Kau muncul di saat yang tepat dan tahu lebih banyak tentang Damian daripada yang kau akui. Apa hubunganmu dengan dia?"

Suasana di dalam gua tiba-tiba menjadi lebih tegang. Mira dan Sera langsung bersiap, tangan mereka bergerak ke gagang senjata masing-masing, sementara Kai memandang Nero dengan penuh kecurigaan.

Nero tersenyum pahit. "Aku tahu pertanyaan itu akan datang. Aku tidak menyalahkan kalian untuk curiga. Aku memang memiliki hubungan dengan Damian, di masa lalu." Dia berhenti sejenak, seolah menimbang-nimbang seberapa banyak yang harus dia katakan. "Aku dulu bekerja untuknya, sebelum aku menyadari betapa gelapnya jalan yang dia tempuh."

Semua orang menegang. Mira mendesis pelan, "Jadi kau mata-mata? Kau mengkhianati kami?"

Nero menggeleng cepat. "Bukan begitu. Aku meninggalkan Damian bertahun-tahun lalu. Dia mengirim pemburu bayangan untuk membunuhku juga. Karena itulah aku tahu betapa berbahayanya mereka. Damian tidak memaafkan siapa pun yang meninggalkannya."

Aveline terus menatap Nero, mencoba menilai kejujuran dari setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Kenapa kau memilih membantu kami sekarang? Setelah semua yang terjadi, kenapa kau tidak tetap bersembunyi?"

Nero tertawa kecil, tapi tidak ada kegembiraan di matanya. "Damian mengincar kalian sekarang. Jika kalian jatuh, maka tidak ada yang bisa menghentikannya. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Jika Damian menguasai wilayah ini, dia akan menghancurkan lebih banyak orang, seperti yang dia lakukan padaku."

Sera, yang masih memandang Nero dengan hati-hati, akhirnya berbicara. "Kalau begitu, apa yang kau usulkan, Nero? Bagaimana kita bisa menghadapi Damian dan pemburu bayangannya tanpa menghancurkan diri sendiri?"

Nero memandang mereka satu per satu sebelum akhirnya bicara lagi. "Kalian butuh kekuatan yang lebih dari sekadar fisik. Damian tidak akan bisa dikalahkan hanya dengan senjata dan otot. Kalian butuh sekutu. Kalian butuh orang-orang yang tahu bagaimana melawan Damian di level yang sama—di ranah mental dan emosional."

Aveline mengernyit, merasa bingung. "Sekutu? Siapa yang kau maksud?"

Nero menarik napas panjang sebelum menjawab, "Ada sekelompok orang yang dikenal sebagai 'Penjaga Bayangan.' Mereka bukan pembunuh bayaran, tapi sekelompok individu yang menguasai seni manipulasi mental. Mereka beroperasi di antara cahaya dan kegelapan, membantu orang-orang yang terjebak dalam situasi seperti ini. Jika kalian bisa menemukan mereka, mungkin ada harapan untuk mengalahkan Damian."

Kai tampak skeptis. "Penjaga Bayangan? Kau ingin kita bergantung pada orang-orang yang sama seperti Damian?"

Nero menggeleng. "Mereka berbeda. Mereka bukan seperti Damian yang menggunakan kekuatan mereka untuk menghancurkan. Mereka menggunakan kemampuan mereka untuk menyeimbangkan kekuatan. Jika kalian bisa mendapatkan dukungan mereka, Damian tidak akan bisa bermain dengan pikiran kalian lagi."

Mira, yang sejak awal selalu pragmatis, menatap Nero dengan tajam. "Bagaimana kita bisa percaya bahwa mereka akan membantu kita? Dan bahkan jika mereka mau, bagaimana kita menemukannya?"

Nero tersenyum tipis. "Aku tahu di mana mereka berada. Tapi mendapatkan dukungan mereka bukanlah hal yang mudah. Kalian harus membuktikan bahwa kalian layak mendapat bantuan mereka. Penjaga Bayangan tidak akan membantu siapa pun yang datang tanpa tujuan yang kuat."

Aveline berpikir keras. Ini adalah satu-satunya petunjuk yang mereka miliki sekarang. Dengan Damian yang semakin mendekat dan pasukan pemburu bayangan yang akan segera tiba, mereka tidak punya banyak pilihan. Selain itu, ancaman Damian bukan hanya tentang kekuatan fisik; dia telah merusak kepercayaan mereka, dan itu adalah serangan yang paling berbahaya.

"Kita harus mencoba," kata Aveline akhirnya, suaranya tegas. "Jika Penjaga Bayangan adalah kunci untuk melawan Damian, maka kita harus mencari mereka."

Kai menghela napas berat, tapi akhirnya mengangguk setuju. "Baiklah. Tapi jika mereka ternyata sama seperti Damian, aku tidak akan segan-segan bertarung."

Sera dan Mira juga menyetujui keputusan Aveline, meskipun mereka tahu bahwa jalan ke depan akan penuh dengan ketidakpastian.

Nero berdiri, tampak puas bahwa mereka telah memutuskan untuk melanjutkan rencananya. "Baiklah. Kita harus bergerak sekarang. Tempat mereka tidak jauh, tapi kita harus cepat sebelum pemburu bayangan mencapai kita."

Dengan tekad baru, kelompok Aveline mulai mempersiapkan diri untuk perjalanan mereka selanjutnya. Ancaman dari Damian semakin dekat, dan meskipun mereka masih meragukan Nero, mereka tidak punya pilihan lain selain mengikuti petunjuknya. Jika mereka bisa menemukan Penjaga Bayangan dan mendapatkan dukungan mereka, mungkin mereka masih punya kesempatan untuk menghentikan Damian dan menyelamatkan Rook.

Namun, waktu terus berjalan, dan musuh-musuh mereka semakin dekat. Taruhannya semakin tinggi, dan keputusan yang salah bisa berarti kehancuran total.

---

**Bab ini membawa tim Aveline ke dalam dilema baru: menerima bantuan dari pihak yang misterius dan potensial berbahaya, atau melanjutkan perjuangan sendiri. Dengan ancaman Damian yang semakin mendekat, mereka harus membuat keputusan sulit tentang