31 Januari 2024
Din-don-dan~ Din-don-dan~
"Yes, akhirnya istirahat juga! Ayo, Haruki!Katanya menu hari ini karē raisu (カレーライス). Harus buru-buru nih kalau nggak entar karinya habis lagi!"
"Eh, seriusan nih menu hari ini kari?! Ayo lah kalau gitu kita lari aja! Ayo, Akira cepat!"
"Ah, tunggu Haruki!"
Tapi naasnya saat berlari aku tidak sengaja menabrak seseorang di persimpangan.
"Awh... Sakit..."
Kami sama-sama terjatuh ke lantai saat itu, pandangan mataku langsung tertuju pada luka yang ada pada siku orang itu. Ha... Astaga ini membuatku merasa semakin bersalah pada orang itu. Tapi saat aku hendak mendekatkan diri dan menanyakan keadaannya...
"Ah, kau terluka! Apa kau baik-baik sa-..."
Mulutku seketika terhenti. Aku dibuat terpana oleh kecantikan wajah orang itu. Sungguh aku tidak berbohong! dia benar-benar terlihat seperti seorang "bidadari yang jatuh dari kayangan" saat itu! Kulit putih pucat, tubuh ramping, dan wajahnya yang sangat menawan... OMG! Aku berulang kali berkata dalam hati, "apakah dia nyata?!" Aku merasa dia itu bukan manusia, wajah dan tubuhnya terlalu sempurna untuk dibilang sebagai manusia pada umumnya.
Tapi meskipun begitu, fakta bahwa dia itu laki-laki membuatku sedikit kecewa. Ya, memang sangat disayangkan, padahal dia itu tipe ku banget, cuma karna kita sama-sama laki-laki... Aku rasa... tidak mungkin bagi kita bisa pacaran, meskipun aku pernah mendengar bahwa sesama laki-laki bisa pacaran bahkan menikah.
"Ah, maafkan aku apa kau baik-baik saja?!"
"Ya..." Ucapan pria itu sambil berdiri.
"Tapi lengan mu terluka, ayo ikut aku, kita harus pergi ke ruang kesehatan dan mengobati lukamu dulu."
"Tidak apa-apa, aku bisa sendiri. Kau pergilah bersama temanmu itu, aku merasa tidak enak karna dia terus menunggu mu disana terlalu lama."
"Haruki, kau pergilah ke kantin sendiri, aku harus membawanya ke ruang kesehatan sekarang. Ah aku juga titip beberapa roti, susu, dan permen, nih uangnya."
"Baiklah, aku pergi dulu."
"Gimana? Sudah selesai bukan?~ Sekarang ayo kita pergi ke ruang kesehatan."
Sepanjang perjalanan menuju ruang kesehatan, dia hanya diam saja, tidak mengatakan sepatah kata apapun. Saat kami tiba di ruang kesehatan, ternyata guru yang bertugas sedang keluar, mau tidak mau aku sendirilah yang mengobati lukanya.
"Kau duduklah disini, aku mau ambil obatnya dulu."
..... ( 5 menit kemudian )
"Hmph! Baiklah aku sudah membawa semuanya!"
"Tahan sebentar ya, agak sedikit perih diawal soalnya."
"Ah!"
"Maaf, apa itu sakit?"
"T-tidak... Aku cuma... Terkejut..."
"Haha... Kenapa kau jadi gagap seperti itu?~ apa aku membuatmu takut?~" Ucapan Akira sambil mengobati luka orang itu.
"T-tidak... Bukan begitu... Aku cuma..."
"Haha... Maafkan aku, aku cuma bercanda kok! Habisnya dari tadi kau diam terus sih. Apa kau tidak nyaman bersama orang asing?"
"... Bukan seperti itu... Lebih tepatnya aku... Gugup saat berbicara dengan orang lain..."
"Ah, begitu... Baiklah, aku tidak akan memaksamu bicara. Dan yups, lukamu sudah selesai aku obati."
"T-terima kasih..."
"Hmm, sama-sama~ sekali lagi maafkan aku karna telah menabrakmu, kau jadi luka dan malah tidak bisa makan sekarang..."
"Tidak apa-apa, aku memang jarang makan saat istirahat."
"Eh?! Mana bisa begitu! Bagaimana kau bisa konsentrasi dalam belajar kalau perutmu kosong seperti itu!"
Dan pada saat yang tepat Haruki datang ke ruang kesehatan dan memberikan makanan dan minuman yang di minta Akira.
"Hei, nih pesananmu. Cepat dimakan mumpung masih ada waktu 15 menit. Aku mau balik ke kelas dulu ya, bye."
"Ah, makasih Haruki!"
"Hmm..."
"Ayo, kau mau pilih yang mana! Ada roti melon, chocolate, strawberry, dan cheese."
"Tapi ini kan milikmu..."
"Tidak, tidak, tidak Ini juga milikmu, anggap saja sebagai kompensasi karna membuatmu tidak bisa makan siang tadi ditambah aku tidak mungkin bisa menghabiskan roti sebanyak ini~ Ayo cepat ambil paling tidak satu~"
".... Baiklah, aku ambil yang chocolate, terima kasih..."
"Hehe... Nih ambil juga susu pisangnya, seret nanti kalau habis makan nggak minum~"
"Terima kasih..."
"Ah, ya kita belum kenalan nih, nama ku Yamamoto Akira, kalau kau?"
".... Mori Yuki..."
"Ah, bolehkan aku memanggil mu Yuki?"
"Eh?!... I-Itu..."
"Ah, benar... padahal kita baru bertemu tapi aku dengan lancangnya memanggil mu dengan nama depan..."
"T-tidak! Bukan begitu... Aku cuma sedikit terkejut saja... Ternyata kau orang yang sangat ramah... Yamamoto-san..."
"Akira. Kau bisa memanggilku Akira. Aku ingin kita berdua bisa berteman mulai sekarang Yuki-kun."
"Eh?! .... B-baiklah... Mohon kerjasamanya Akira-san..."
"Omong-omong kau ada di kelas ma-..."
Din-don-dan~ Din-don-dan~
"Gawat, bel masuk dah bunyi! Aku pergi dulu ya Yuki! Kau juga harus segera kembali ke kelas mu!"
"Iya, pergilah lebih dulu..."
Dasar bel sialan, padahal aku masih ingin mengobrol dengan Yuki... Mana lupa tanya dia dari kelas berapa lagi! Aku harap kita bertemu kembali setelah pulang sekolah nanti.
Din-don-dan~ Din-don-dan~
"Akhirnya pulang juga! Haruki, aku pergi dulu ya!"
"Eh, mau kemana buru-buru banget?"
"Ada sesuatu yang harus aku urus, kau pulanglah bareng Minato."
"Ya, sudah hati-hati."
Aku bergegas lari dan pergi mengunjungi ke setiap kelas yang ada di lantai dua dan satu, dengan harapan bisa bertemu dengan Yuki kembali. Tapi dari semua kelas yang sudah ku kunjungi, aku tetap tidak bisa menemukan Yuki dimanapun . Karna sudah sangat lelah dan putus asa, akhirnya aku memutuskan untuk berhenti mencarinya dan pulang ke rumah.
Tapi saat aku sampai didekat taman yang letaknya tak jauh dari gerbang sekolah, secara tidak sengaja aku melihat ada Yuki disana. Akhirnya, ketemu juga tuh anak! Tapi saat aku hendak menghampiri nya, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak tua datang dan memeluk Yuki.
Hal itu membuat langkah kaki ku terhenti. Disisi lain aku bertanya-tanya tentang "siapa pria itu?" Apakah dia itu ayah Yuki? Tapi kok wajahnya nggak mirip ya...? Atau mungkin paman nya...? Ha... Perasaan ku saat itu campur aduk, senang karna bisa bertemu Yuki kembali, tapi sedih karna dia Yuki sudah dijemput oleh pria yang aku sendiri tidak tahu siapa dia. Ditambah... Saat melihat ekspresi Yuki yang saat itu senang sekali saat dipeluk oleh bapak-bapak itu... Membuatku sedikit berpikir negatif tentangnya.
Ha... Ini sungguh membuatku frustasi! Aku tahu kita baru saja memulai pertemanan dan tidak baik berpikir yang tidak-tidak tentang Yuki. Tapi entah kenapa ada perasaan yang meluap-luap dalam hatiku yang membuatku sedikit kesal, marah, dan emosi. Berhenti berpikir yang tidak-tidak tentang Yuki Akira! Lebih baik besok dan menanyakan hal ini langsung padanya. Aku harap kita bisa segera bertemu disekolah besok.